Rintikan hujan deras malam ini terdengar cukup nyaring dan berirama di dalam telingaku. Di balik selimut tebal yang membungkus tubuhku, mataku sangat sulit untuk terpejam. Entah apa yang ada di pikiranku saat ini mengingat banyak hal yang telah terjadi. Mulai saat dimana Ken menolong dan menggendongku di kolam renang, sampai saat kukira Ken ingin menciumku ternyata tidak. Entah apa lagi yang terjadi esok di sekolah, seolah aku memiliki firasat yang buruk. Aku terus mencoba untuk memejamkan mataku sampai akhirnya aku pun terlelap.
.
.
.
So wake me up when it's all over
When I'm wiser and I'm older
All this time I was finding myself
And I didn't know I was lost
Terdengar bunyi suara alarm yang semakin lama semakin nyaring bunyinya.
"Ruby ... bangun, alarm mu bunyi terus tuh, udah pagi ini ...," teriak Ibu dari arah dapur.
"Hmm ... Iya Bu, lima menit lagi," ucapku sambil menarik selimut.
"Udah jam 6 kurang 15 menit loh! Kamu mau terlambat sekolah?" teriak Ibuku lagi yang mulai menghampiriku dan langsung menyeretku turun dari tempat tidur.
"Hmm ... yaudah Bu aku mau mandi dulu ...," jawabku yang masih belum sepenuhnya sadar menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai sarapan, aku langsung bersiap pergi ke sekolah dengan tetap memakai penyamaran di wajahku yang setiap hari masih kulakukan. Pagi ini cukup dingin lantaran hujan tadi malam yang cukup deras. Entah mengapa hawa dingin yang kurasakan membuatku seolah enggan dan kurang bersemangat untuk memulai hari. Aku mulai bergegas mengayuh sepeda berwarna pink kesayanganku sambil terus mengecek jam yang ada di tanganku dan berburu dengan waktu.
Sesampainya di sekolah sudah banyak murid yang datang lantaran aku pun datangnya hampir mendekati bel masuk. Aku berjalan menuju ke arah kelas, di sana tampak banyak murid yang melihat ke arahku dengan tatapan mata sinis dan benci.
"Eh itu, itu anaknya!"
"Lihat deh lihat padahal jelek gitu ya ..."
"Masak sih dia kemarin yang digendong Ken?"
"Cih, si udik nggak tau diri lebih cantikan juga aku darimana-mana!"
Terdengar banyak cibiran dari murid-murid yang sedang memandangku sambil berbisik-bisik. Mereka seolah menjadi barisan sakit hati karena kejadian kemarin saat Ken menolongku di kolam renang. Jika aku bisa memilih, aku juga tidak ingin di tolong olehnya jika tahu akhirnya akan menjadi seperti ini. Aku hanya bisa tertunduk dan terus berjalan dengan menambah kecepatan langkah kakiku. Sesampainya di depan kelas tak kusangka tiba-tiba ada yang mencoba menyandungku dengan kakinya. Aku mencoba untuk tetep berdiri tegak tetapi rasanya aku sudah tak mampu mempertahankan keseimbangan dan mulai goyah.
"Brrruuaaakk!"
Akhirnya aku pun terjatuh, dengan keadaan tubuh yang terduduk lemah di lantai, semua mata lagi-lagi melihat ke arahku. Mereka tertawa seakan puas, suara gemuruh dari bisikan-bisikan mereka pun juga terdengar. Entah apa yang harus kulakukan. Tak lama berselang, ada seseorang yang tengah berdiri di sampingku dan menjulurkan tangannya padaku, aku pun menerima tangannya dan mencoba untuk bangkit. Dia adalah Reyhan, ketua kelas di kelasku yang cukup di hormati dan juga populer.
"Ah ... makasih," ucapku sambil membenarkan kacamataku yang hampir jatuh.
"Udah puas kalian ketawanya?" ucap Reyhan seakan membelaku.
Mereka yang sebelumnya bergerombol dan mengelilingiku akhirnya satu persatu mulai membubarkan dirinya. Beruntung ada Reyhan yang menolongku sebelum aku semakin menjadi ejekan murid-murid yang lainnya. Reyhan adalah ketua kelas yang cukup di hormati karena dia terkenal ramah dan suka membantu teman-teman yang lainnya.
"Sekali lagi makasih ya Rey udah ditolongin," ucapku.
"Ah iya, kamu nggak papa kan?" tanya Reyhan.
"Nggak papa kok, ya udah aku mau ke mejaku dulu ya," sahutku sambil berlalu pergi.
Sementara itu aku terus berjalan menuju ke mejaku. Tanpa sadar saat aku mulai mendekati meja, kulihat Ken sedang duduk di bangkunya dengan tatapan tajamnya yang ditujukan padaku, dia duduk dengan menyilangkan tangannya di dada dan terlihat sangat kesal. Sepertinya dia sudah memperhatikan aku sejak tadi. Tatapan mata itu begitu tajam dan dingin, seolah aku telah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal. Entah apa lagi yang sedang dipikirkan olehnya. Sungguh laki-laki yang sulit dimengerti.
"Apa-apaan sih dia? Padahal aku yang jadi korban dari perlakuannya kemarin, kok malah sekarang kayak dia yang marah. Dasar aneh!" batinku.
Jam pelajaran matematika pun dimulai. Bu Enny masuk ke kelas dengan membawa setumpuk buku. "Buka buku paket halaman 102, kerjakan nomor 1 sampai 20, kalian bisa kerjakan berkelompok sesuai dengan nomor absen dan 1 kelompok terdiri dari 5 orang!" perintah Bu Enny.
Anggota kelompokku adalah Nina, Reyhan, Anton, dan Ken. Kami pun mulai mengatur meja agar dapat duduk dekat dengan anggota kelompok masing-masing. Kebetulan aku dan Nina hanya tinggal membalikkan badan karena bangku Ken dan Anton tepat berada dibelakang kami, hanya Reyhan yang mendekat dengan membawa kursinya. Kami pun mulai mengerjakan soal yang ada di buku paket.
Terlihat Ken mengerjakan soal-soal yang ada di buku dengan begitu mudah. Gerakan tangannya yang memegang pensil bergerak begitu santainya seakan dia tidak perlu banyak berfikir untuk mengerjakannya. Tak lama berselang tiba-tiba pensilnya diletakkan di sudut bukunya pertanda dia sudah selesai mengerjakan, dia langsung menidurkan kepalanya di atas meja, dengan posisi miring dan matanya tertutup rapat. Sementara itu kami semua masih terus berusaha mengerjakan soal-soal dengan penuh perjuangan.
"Nin, nomor 7 kamu bisa nggak?" tanyaku.
"Waduh kalau Logaritma aku juga nggak begitu paham," jawab Nina.
"Minta ajarin Ken aja, dia udah selesai semuanya dari tadi tuh, gila jadi jenius itu enak ya," celetuk Anton.
Akupun langsung melihat ke arah Ken yang sedang tertidur di atas mejanya. "Ken ...." Lengan Ken berusaha untuk kucolek dengan perlahan. Tapi sayangnya dia sama sekali tak bergeming. "Ken, Ken, bangun ajarin aku ya," pintaku dengan suara lirih. Usahaku berhasil, Ken membuka matanya dan mengangkat kepalanya.
"Beraninya kamu meletakkan tangan kotormu di lenganku?" jawab Ken dengan nada sinis dan begitu menohok.
Aku pun terkejut, beberapa murid yang mendengar sontak mengarahkan pandangannya pada kami, banyak dari sebagian murid perempuan yang tersenyum puas saat melihat Ken membentakku. Aku tertegun, memang sebelumnya pernah terdengar rumor jika Ken tidak senang bersentuhan dengan gadis-gadis di sekolah. Tetapi karena kejadian kemarin saat dimana dia mau menggendong dan menolongku di kolam renang, aku sempat berpikir bahwa itu hanyalah sebuah rumor belaka.
"Ruby, biar ku ajarin aja aku sedikit paham kok tentang Logaritma," sahut Reyhan yang langsung mengambil buku paketku.
Reyhan pun mulai menjelaskan rumus Logaritma padaku dengan begitu sabar dan teliti. Aku mendengarnya dengan seksama. Lagi-lagi kulihat Ken hanya memandangi kami dengan tatapan yang tajam dan dingin.
Dia tiba-tiba berdiri dan bergegas pergi dari tempat duduknya.
"Kemana Ken?" tanya Anton.
"Kamar mandi," jawab Ken dengan nada sinis sambil melihat ke arahku.
Aku pun terdiam seolah tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di pikiran Ken. Apa sebenarnya yang telah kulakukan sampai membuatnya begitu marah? Apa karena aku telah membangunkannya saat tertidur? Kenapa sifatnya gampang sekali berubah? Atau jangan-jangan dia itu sebenarnya bipolar?
***
Lirik lagu dalam alarm \= Avicii (Wake Me Up)
Bipolar \= kepribadian ganda
.
.
.
.
.
*Mohon dukungannya untuk Author ya :) dengan klik favorit, like, komen, dan vote..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Anie Juliana
ken cemburu 🤭😂
2022-11-03
0
Suharti Suharti
🤫🤫🤫cemburuu too
2022-05-11
0
Raindroplets
Ini udah yang ketiga kalinya samaan y, mulai dari disminore, mengeluarkan air mata pas denger lagu a thousand years, dan dibalik selimut. Orang- orang bilang gak ada yg namanya kebetulan, jadi......
2021-10-09
3