Jiana memilih menunggu di dalam ruangan Raka. Ia menyadari bahwa selama magang di sini, baru beberapa kali masuk ke ruangan ini. Jiana memperhatikan setiap sudut ruangan ini.
Jiana merasa bosan, sudah sekian lama Raka belum juga kembali. Jiana mendengus kesal dan beberapa kali melirik jam yang melingkar ditangannya.
Demi mengusir kebosanannya, ia memilih untuk mengambil buku yang ada di rak buku dan membacanya sambil berdiri di dekat rak tersebut.
"Ke mana sih Raka pergi. Kenapa nggak balik-balik?" Kini Jiana mulai kesal dan lelah menunggu.
Dirinya duduk di kursi kerja Raka. Jiana tersenyum kala merasakan betapa nyamannya kursi yang ia tempati saat ini. Pantas saja Raka selalu betah di dalam ruang kerjanya. Kursinya nyaman begini, pikirnya.
Tanpa terasa, Jiana mulai mengantuk dan tertidur di sana. Menunggu itu membosankan. Wajarkan jika ia sampai ketiduran.
"Vanya, kamu siapkan apa yang saya katakan tadi. Jangan lupa untuk meneliti ulang. Nanti bawa ke ruangan saya." Ucap Raka dibalik ruangannya. Mereka bertiga pulang dari meetingnya. Vanya mengangguk paham dan segera menuju meja kerjanya untuk menyiapkan apa yang diminta Raka.
Klek
Farrel membukakan pintunya dan Raka masuk ke dalam diikuti Farrel dari belakang. Langkahnya terhenti saat melihat Jiana tertidur di kursi kerjanya. Raka tersenyum tipis. Ia menatap Farrel. Seketika Farrel mengangguk paham dan segera keluar dari ruangan tersebut.
Raka berjalan mendekati Jiana. Dirinya memperhatikan Jiana lamat-lamat. Raka membungkukkan badannya yang bertumpu dengan kedua tangannya.
"Lucu sekali." Ujar Raka dan tersenyum tipis.
Raka mengusap pipi Jiana dengan lembut. Menusuk-nusuk pipi Jiana dan dirinya tertawa kecil.
Jiana yang merasakan sesuatu diwajahnya perlahan membuka matanya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati Raka berada di depannya. Jiana dengan reflek mendorong Raka. Raka yang tidak punya persiapan apa-apa jatuh ke belakang. Tetapi sialnya, Raka menarik Jiana sehingga Jiana ikut jatuh dan kini berada di atas tubuh Raka.
Deg deg deg
"Astaga, jantungku kenapa berdebar cepat sekali." Batin Jiana yang masih berada di atas tubuh Raka.
Raka menelan salivanya beberapa kali. Jantungnya tak kalah berdebarnya dengan Jiana.
"Mau sampai kapan kamu di situ?" Suara Raka memecah keheningan.
"Ehh." Jiana tersadar dan ia segera beranjak dari sana.
Raka berdiri dan kini mendekat ke arah Jiana. Jiana menjadi panik dan memundurkan dirinya. Sial, ia sudah tidak bisa ke mana-mana lagi. Dirinya kini dikurung oleh Raka.
"Apa hanya begitu saja? Tidak seru sama sekali." Raka berbisik didekat telinga Jiana dan menyeringai ke arahnya.
Raka menarik dagu Jiana dengan cepat dan mulai mencium bibir Jiana. Jiana membulatkan matanya dan memukul-mukul tangan Raka namun hanya sia-sia.
Raka mendorong tubuh Jiana dan kini ia berada di atas meja. Dengan liar, Raka menciumi bibir Jiana dan tangannya mulai membuka kancing baju Jiana. Jiana terbuai dengan sentuhan yang diberikan oleh Raka.
Ugh
Raka meninggalkan bekas memerah di leher Jiana. Raka menyudahi ciumannya dan menatap Jiana. Dirinya tersenyum tipis.
"Patuh sekali." Ujar Raka dan mengecup bibir Jiana sekilas.
"Minggir! Si-siapa juga yang patuh. Itu karena kamu yang memaksaku." Balas Jiana dan kini mendorong Raka agar menjauh darinya. Jiana menyembunyikan wajahnya yang memerah akibat malu.
"Dasar Jiana. Apa yang kamu lakukan tadi." Batin Jiana merasa sedikit menyesal dengan tindakannya barusan.
"Mana yang akan ditanda tangani?" Tanya Raka dan kini ia duduk di sofa. Matanya menatap ke arah bekal yang berada di meja.
"Ini untukku?" Tanya Raka lagi dan menatap Jiana.
"Siapa bilang, ini untuk Farrel." Balas Jiana dengan santai. Ia mendekat ke arah Raka. Jiana mengambil bekal tersebut dan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Farrel, asisten Raka.
Raka mengernyitkan dahinya. Ia merasa sedikit kesal dengan jawaban yang dilontarkan istrinya.
"Apa kamu mau aku pecat Farrel sekarang juga?" Raka menatap Jiana dengan dingin. Jiana menelan salivanya dengan kasar.
"Sayang, aku hanya bercanda saja. Memangnya untuk siapa lagi kalau bukan untuk suamiku ini." Ujar Jiana dengan manja. Dirinya tidak mau lagi menjadi alasan dipecatnya karyawan kantor yang sama sekali tidak bersalah.
"Sial! Hanya mendengar suaranya yang manja seperti itu kenapa aku jadi ingin menerkam Jiana saat ini juga." Batin Raka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
al - one ' 17
udh halal mh gaspol aja bang raka
2021-04-27
0
Ayu Lundong
tancaaapp jgn ksh kendorrr😀😀😀😀
2021-01-20
0
Eky Ramadani10
hahha sabar Raka😅😂😂😂
2021-01-19
0