Jiana meletakkan piring kotor ke dapur lalu mencucinya. Setelah selesai, ia mengedarkan pandangannya mengitari seluruh rumah. Rumah sebesar itu, dan ia harus membersihkannya sendiri. Seumur hidupnya baru kali ini Jiana harus turun tangan untuk pekerjaan rumah.
Maklum saja, selama ini dirinya selalu dimanja oleh kedua orang tuanya. Tak pernah bekerja berat ataupun yang melelahkan seperti ini. Jiana berjalan gontai menuju sofa ruang tengah. Dirinya meratapi hidupnya yang dirasa sungguh membuatnya naik darah setiap detiknya.
"Kamu itu sebenarnya mau cari istri atau pembantu sih Rak." Ujar Jiana dengan kesal. Dirinya memukul-mukul bantal yang ada di sofa tersebut untuk meluapkan kekesalannya.
"Oke, kalau hanya mengeluh saja ini nggak akan selesai. Jiana, semangat." Ujar Jiana menyemangati dirinya sendiri. Jiana bangkit dan segera menyelesaikan tugas rumahnya.
Jiana mulai menyapu, mengepel, mengelap tempat-tempat yang kotor. Dirinya juga merapikan barang-barang yang dianggapnya kurang rapi.
Setelah sekian lama berkutat dengan pekerjaannya, akhirnya selesai juga.
"Akhirnyaaa..." Jiana merebahkan dirinya di sofa ruang tamu. Memejamkan matanya sejenak. Dirinya benar-benar lelah.
Drrtt...drrtt..
Ponsel Jiana berdering. Ia mengambil ponselnya yang ada di saku celananya. Menjawab panggilan telepon tersebut dengan malas.
"Halo.." Ucap Jiana dengan malas.
"Ji, kamu di mana? Bukankah hari ini kita akan ke perusahaan Sanjaya untuk meminta tanda tangan?" Ujar Sarah, sahabatnya. Sarah sudah menunggu Jiana di kampus dari tadi. Mereka berniat untuk meminta tanda tangan bersamaan.
Jiana sontak terduduk. Bagaimana bisa dirinya lupa dengan hal penting itu. Harusnya sebelum Raka berangkat ke kantor, ia meminta tanda tangan terlebih dahulu.
"Ji? Jangan bilang kamu lupa?" Tanya Sarah diseberang telepon.
"Hehe, emang aku lupa." Ujar Jiana dan ia menyengir.
"Yaudah, aku mandi dan siap-siap dulu ya. Kamu tunggu di kampus saja. Biar aku yang meminta tanda tangannya." Ujar Jiana sambil berjalan menuju kamarnya. Ia mematikan sambungan teleponnya dan segera mandi.
Jiana memesan taksi online untuk pergi ke perusahaan suaminya itu. Ia sudah rapi dengan membawa laporanya dan juga punya Sarah.
"Apa sekalian bawa makan siang untuk Raka ya." Gumamnya sambil melirik ke arah dapur. Jiana menghela napasnya sejenak, kemudian menyiapkan makan siang untuk Raka.
Terdengar suara klakson di depan rumahnya. Taksi yang ia pesan sudah siap. Jiana keluar dan tak lupa mengunci pintunya. Ia bergegas menuju taksi dan melaju ke arah kantor suaminya.
Jiana menuruni taksi online dan berjalan menuju lobi. Dirinya langsung menuju ruangan Raka tanpa bertanya ke resepsionis terlebih dahulu.
Sesampainya di sana, ia tak menemukan Raka maupun asistennya. Vanya juga tak ada di ruangannya. Jiana kemudian menelepon Raka untuk menanyakan dirinya berada saat ini.
"Apa kamu merindukanku sayang?" Ujar Raka dari balik telepon. Jiana memutar bola matanya dengan malas.
"Hai tuan, jangan terlalu percaya diri. Aku meneleponmu karena ingin meminta tanda tanganmu saja. Kamu di mana? Aku sudah berada di ruanganmu tapi kamu tidak ada." Ujar Jiana. Dirinya meletakkan kotak makan siang di meja dan ia menjatuhkan dirinya di sofa.
"Aku lagi meeting di luar sayang. Sebentar lagi aku ke sana. Kamu tidak apa-apakan menungguku sebentar?" Balas Raka.
Jiana berpikir sebentar. Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Baiklah, aku akan menunggumu." Ujar Jiana dan ia menutup teleponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
al - one ' 17
pelakor ada g neh
2021-04-27
0
Tipyani Astuti
lnjt
2021-01-18
0
Anna Sharma
jiana mulai terbiasa dengan sifat raka😊
2020-10-14
5