Braakk..
Jiana membuka pintu ruangan Raka dengan kasar. Ia masuk ke dalam dan menatap Raka dengan datar.
"Kamu gila ya? Kenapa memecat karyawan yang tidak bersalah?" Tanya Jiana dengan kesal.
"Kamu marah hanya karena aku memecat pria itu?" Balas Raka dengan santai.
"Memangnya apa yang sudah ia lakukan?" Tanya Jiana dan ia mengernyitkan dahinya.
"Dia berani mendekati calon istriku. Siapapun yang berani mendekatimu aku akan memecat mereka." Ancam Raka.
Jiana mengeram kesal. Tak seharusnya Raka bersikap berlebihan seperti itu. Lagipula Frans hanya meminta tolong padanya tidak lebih.
"Kau keterlaluan!" Umpat Jiana.
Raka hanya menatap Jiana dan tersenyum tipis padanya. Raka perlahan mendekat ke arah Jiana dan membuat Jiana sedikit panik.
Raka menarik Jiana ke dalam pelukannya. Raka menghirup merasakan aroma tubuh Jiana. Ia memejamkan matanya dan mencium sekilas puncak kepala Jiana.
"Aku tidak suka melihatmu dekat dengan pria lain. Kamu hanya milikku sayang." Bisik Raka didekat telinga Jiana dan membuat tubuhnya menegang. Jiana mendorong dengan kasar tubuh Raka.
"Mimpi saja!" Ucap Jiana dan ia beralih keluar ruangan. Raka menatap Jiana dan tersenyum tipis.
***
"Ada apa kak? Pulang magang kok mukanya lesu begitu?" Tanya Desi saat melihat putrinya itu tidak bersemangat.
Jiana duduk disamping ibunya dan menyandarkan kepalanya ke bahu ibunya. Jiana menghela napasnya dengan pelan.
"Ma, Raka itu keterlaluan banget sih. Dia tadi memecat karyawannya hanya karena karyawan itu dekat dengan Jiana." Ujar Jiana dengan kesal.
"Dekat? Maksud kamu?" Tanya Desi menyelidik.
"Jiana satu devisi dengannya. Wajar gak sih ma kalau dia meminta tolong kepada Jiana. Hanya karena itu saja Raka sampai memecatnya." Ujar Jiana yang geram mengingat kejadian tadi.
Desi tersenyum tipis dan mengusap punggung tangan anaknya itu.
"Mungkin dia tidak suka melihat kamu dengan pria lain." Ujar Desi.
Jiana hanya diam sambil memainkan jemarinya.
"Sudah, tidak perlu dipikirkan." Ujar Desi dan mengusap lembut pipi Jiana. Jiana mengangguk dan tersenyum tipis.
"Ma, Jiana ke kamar dulu ya." Ucap Jiana. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar. Jiana menaruh tasnya dengan asal. Kemudian ia berhambur ke atas ranjangnya.
Berdebat dengan Raka bukanlah hal yang mudah. Meskipun ia sudah menjelaskan perkara sebenarnya, tetap saja Raka tidak mau mendengarnya. Jiana merasa bersalah kepada Frans. Tidak seharusnya Raka memecatnya hanya karena ia cemburu.
"Dasar pria aneh! Hiihh!" Umpat Jiana diantara bantal yang ia jadikan tumpuan kepalanya. Posisi Jiana tengkurap sambil memeluk guling.
"Siapa yang kamu maksud?" Suara yang Jiana kenal.
Jiana terperanjak dan ia segera duduk. Matanya membulat sempurna, ia tak percaya Raka ada di depannya saat ini. Jiana mengucek kedua matanya berulang kali. Ini halusinasi atau bukan?
"Raka?" Tanya Jiana tak percaya.
Raka tersenyum dan mengacak rambut Jiana dengan pelan.
"Masih tidak percaya kalau aku ada di sini? Perlu bukti?" Ujar Raka dan perlahan mendekat ke arah Jiana. Raka menyeringai ke arah Jiana. Membuat Jiana bergidik ngeri.
Jiana segera mundur dan meraih bantal untuk menutupi wajahnya. Raka tertawa kecil.
"Menjauhlah dariku! Bagaimana bisa kamu masuk ke kamar gadis sembarangan?" Ujar Jiana sambil menimpuk Raka dengan bantal yang ia pegang tadi.
"Mama kamu sudah kasih izin." Balas Raka dengan santai.
"Lagipula aku adalah calon suami kamu." Tambahnya lagi. Raka tersenyum tampan ke arah Jiana.
"Bodo amat!!" Balas Jiana ketus dan ia segera turun dari ranjangnya. Jika ia terus-terusan berada di sini, ia tak yakin akan baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Tadi kamu juga tau kalau Frans itu ada niat lain selain minta tolong ke kamu,,
2023-05-09
0
al - one ' 17
gw setuju ama jian, raka emang berlebihan mecat frans
2021-04-27
1
Nurmala LeeMin💖💖
jgan ksih kendor mas raka😁
2021-02-06
2