Raka menatap Jiana dengan lekat yang membuat Jiana merinding. Bisa-bisanya ia dijodohkan dengan laki-laki yang menurutnya aneh seperti ini. Selalu menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan.
"Kita masuk dulu dan lanjutkan pembicaraan tadi. Ingat, jangan membuat keputusan yang salah," ujar Raka dan kini ia berdiri sambil merapikan jasnya.
"Menerimamu sebagai suamiku itu baru keputusan yang salah," gumam Jiana kesal.
Jiana berdiri dan melangkah mendahului Raka. Jiana kembali ke ruang keluarga. Jiana duduk di sana dengan asal. Masih dengan muka yang kesal.
"Kak, jangan cemberut ah. Gak sopan ada Tante Mira," bisik mama Desi yang melihat tingkah anaknya ini.
Raka kembali dan ia duduk di samping Jiana. Jiana sama sekali tidak menghiraukannya. Suasana menjadi lebih santai, tidak seperti tadi. Gelak tawa di antara mereka terdengar membahagiakan.
Mereka mulai membahas pernikahan yang sudah mereka atur. Semua bahagia kecuali Jiana. Jiana tidak bisa banyak menolak soal pernikahan. Ia harus menuruti kedua orang tuanya dan tak ingin menjadi anak durhaka. Disisi lain, ancaman Raka sukses membuatnya takut.
"Baiklah, kita sudah sepakat untuk acara pernikahan akan diadakan saat Jiana liburan semester. Berarti dua bulan lagi ya mbak Desi," ujar Mira saat mereka sudah mencapai kesepakatan.
"Jiana harus magang dulu Tante," sahut Jiana datar.
Desi menyenggol tangan Jiana agar lebih sopan lagi dalam berucap. Namun Jiana hanya menampilkan senyum palsunya kepada Mamanya.
"Tidak masalah. Papa akan atur nanti. Kamu magang di tempat Raka saja. Biar lebih mudah," ujar Alex menyarankan kepada Jiana agar memilih perusahaan Sanjaya.
"Terserah Papa." Singkat dan jelas. Jiana masih dirundung rasa kesal dan kecewa kepada orang tuanya.
Setelah kesepakatan tadi, mereka makan bersama dan mengakhiri pertemuan dua keluarga besar kali ini. Semua sesuai harapan. Meskipun Jiana sempat menolak, tetapi masih bisa diatasi.
"Ya sudah mbak, kami izin pulang dulu ya. Terima kasih loh jamuannya," pamit Mira kepada Desi.
"Kamu jangan senang dulu ya. Meskipun aku mau menikah sama kamu tapi aku tidak pernah mencintaimu. Ini semua aku lakukan karena demi keluargaku," bisik Jiana di dekat Raka. Raka hanya menampilkan senyumnya seolah memiliki rencana tersendiri.
Mereka bertiga mengantar Raka dan juga Mamanya sampai ke depan. Jiana masih memasang wajah geramnya dan sama sekali tak menampilkan senyum diraut wajahnya.
Setelah Raka dan Mamanya benar-benar pergi, Jiana langsung kembali ke dalam rumah.
"Sudah dong kak ngambeknya," ujar Mama Desi sambil menghampiri anaknya.
Jiana masih kesal. Ia memilih untuk diam. Jiana meraih remot TV dan menyalakan TVnya. Jiana mengganti-ganti channel TV dengan asal. Sebenarnya ia tak berniat menonton TV.
Mama Desi meraih remot yang ada ditangan Jiana. Meletakkan remot itu di meja. Mama Desi memegang tangan Jiana dengan lembut.
"Maafkan Mama ya sayang karena tidak memberitahu kakak dulu," ujar Mamanya merasa bersalah.
"Harusnya kan bicara dulu sama Jian. Setidaknya Jian itu tahu kalau Mama sama Papa ingin Jian menikah. Biar Jian tidak kesal seperti ini," ucap Jiana dengan kesal.
"Iya, lain kali kalau ada apa-apa lagi Mama bakal cerita dulu ke anak Mama yang tersayang ini," balas Mama Desi sambil memeluk Jiana.
Jiana membalas pelukan Mamanya. Sedangkan Papanya hanya memperhatikan mereka dari sisi sofa yang lain. Seolah memberikan ruang kepada mereka untuk menyelesaikan masalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
al - one ' 17
yg masih jaim" ini yg seru untk di simak
2021-04-27
0
🇯ͩ🇮ͥ🇳ᷠ🇬ᷠ🇬ꙷ🇦ᴷ⃟²⁴ ☪
jafi penasaran gimana rasanya dijodohkan...
2021-03-22
0
Muhimmatul Jkookie Ash-Syakilla
visual thorr
2021-02-25
0