Rombongan Kerajaan Han Li sudah siap untuk kembali ke Istana. Pangeran Jun, Pangeran Jianying dan Pangeran Jianheeng menaiki kuda mereka masing - masing, sedangkan Raja Kun serta Putri Mei Xiu duduk dengan manis di dalam Kereta Kuda. Para dayang berada di belakang dengan beberapa prajurit yang bertugas menjaga baris belakang. Semuanya berjalan lancar hingga membuat Putri Mei Xiu tertidur saat di perjalanan.
"Lindungi kereta kuda" Teriakan demi teriakan terdengar, bunyi pedang yang saling terbentur terdengar membangunkan Mei Xiu dari tidurnya.
Raja Kun menatap Putrinya cemas, ia tau bahwa Putri masih belum pulih akibat kejadian 2 hari yang lalu. Putri Mei Xiu menatap Raja Kun seolah bertanya apa yang sedang terjadi. Raja Kun tersenyum lalu menepuk pipi putrinya.
"Tenang saja, selama aku disini kau tidak akan kubiarkan terluka" Setelahnya kereta kuda mereka membentur tanah dengan cukup keras, membuat mereka berdua tersentak kaget.
Raja Kun tau bahwa di luar sana sudah sangat kacau dan kuda mereka sudah bisa di pastikan lari karna kaget dan takut. Raja Kun bersiap untuk keluar dari kereta kuda meninggalkan Putri Mei Xiu.
"Jangan keluar satu langkahpun" Ucap sang Ayah sebelum keluar melihat sekacau apa mereka saat ini.
Mei Xiu masih bingung, ia sebenarnya tak merasa takut hanya saja ia bingung harus bagaimana untuk bersikap. Ia bukan Mei Xiu dari zaman ini, dan itu membuat dirinya tak mengerti apa yang seharusnya dirinya lakukan.
"Putri" Sebuah seruan dari Gaeun Bi membuyarkan lamunanya, ia ditarik keluar bersamaan dengan beberapa prajurit untuk menjaganya mencari tempat aman.
Dalam tarikan Gaeun Bi, Mei Xiu melihat sekeliling. Ia yakin mereka kalah jumlah. Musuh lebih kuat, meski hanya mengandalkan Parit dan beberapa pedang tapi karna jumlah musuh lebih banyak dibanding mereka itu yang membuat kekuatan musuh semakin kuat saat beberapa prajurit dari pihak mereka sudah tumbang di tanah.
Mei Xiu melihat Pangeran Jianying yang dikepung 10 orang musuh. Tanpa menunggu apapun, Mei Xiu melepas genggaman tangan Gaeun Bi dan menarik pedang yang tersampir di salah satu prajurit untuk melindunginya. Berlari kearah Pangeran Jianying, Mei Xiu menendang keras punggung seorang musuh saat akan menghusukkan pedangnya tepat pada jantung belakang Pangeran Jiaanying.
"Mei Xiu" Seru Pangeran Jianying saat sadar adiknya datang untuk melindungi dirinya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Pangeran Jun yang juga ikut membantu.
Mei Xiu sadar kedua Kakaknya akan marah padanya, tapi ia tak peduli, ia masih fokus untuk menghindari serangan bertubi - tubi yang datang kearahnya. Mei Xiu begitu lihai saat dua orang pria dengan parit ingin menebas dirinya. Mei Xiu tak diam, ia menendang dan menebaskan pedangnya tepat di dada pria itu hingga terkapar.
Rintihan demi rintihan dan cipratan darah memenuhi hutan, Mei Xiu sedikit tersenyum sinis saat lengan kirinya patah akibat menahan tendangan musuh. Rintihan Mei Xiu menjadi pengingat Pangeran Jun jika Adiknya dalam bahaya.
Berusaha untuk menyelamatkan sang Adik, namun tak sempat karna musuh lebih banyak datang hingga membuat Pangeran Jun tak bisa menghampiri Mei Xiu.
"Lindungi Putri Mei Xiu" Teriakan Pangeran Jun membuat Panglima kepercayaan Pangeran Jun, Hong Anta menyadari jika Putri Mei Xiu di kepung, dengan darah yang mengalir dari lengan kirinya.
Tanpa menunggu lama Hong Anta ingin membantu sang Putri melepaskan diri, tapi saat Hong Anta hampir tiba, Mei Xiu sudah berhasil mengabisi mereka semua tanpa sisa.
"Putri anda terluka" Seru Hong Anta mencoba memapah Mei Xiu yang menepisnya dengan lemah.
"Hanya luka kecil" Jawab Mei Xiu singkat lalu kembali menebaskan pedangnya pada musuh yang ada didepannya.
Hong Anta terkejut, Putri yang mereka selamatkan dari kejadian dua hari yang lalu, terluka sangat parah bisa mengatakan jika lengannya yang patah dan goresan lebar pada pundak hanya luka kecil. Hong Anta tau bahwa sang Putri menahan sakit yang luar biasa di tambah lilitan kain putih yang berada pada kepalanya sudah berubah warna menandakan, bahwa luka di kening sang Putri sudah pasti terbuka kembali.
"Ayahanda" Teriakan Pangeran Jianheeng membuat Pangeran Jun, Pangeran Jianying, Hong Anta dan Putri Mei Xiu memalingkan wajah mereka melihat Raja Kun berlutut memegangi lengan kanannya akibat goresan yang cukup dalam.
"Raja Kun, anda sedang kurang sehat? Hamba bukan Raja kalau anda lupa. Mengapa anda berlutut" Ucap seorang pria dengan tertawa sinis saat melihat sang Raja yang ia benci berlutut menahan goresan yang ia berikan tadi.
"Kau akan menyesalinya Ham" Jawab Raja Kun dengan meludah di depan Ham, pria yang menjadi lawannya.
Tanpa memperlihatkan wajah yang meringis kesakitan Raja Kun mencoba bangkit tetapi lututnya ditendang oleh seseorang di belakangnya. Hong Anta berlari menunju sang Raja mencoba menjangkau orang yang berada di belakang Raja Kun yang menghunuskan pedangnya pada leher Tuannya. Hong Anta bergerak dengan lincah menghindari serangan demi serangan dan terus bergerak maju hingga dirinya berhasil menebas kepala pria yang berada di belakang Raja Kun hingga terjatuh ditanah.
"Mei Xiu" Teriakan Raja Kun saat melihat Putri Mei Xiu jatuh tersungkur tepat di depan Raja Kun.
Hong Anta yang melihat orang yang menebas Mei Xiu langsung memberikan perlawanan dan menusukkan pendangnya tepat di jantung pria itu. Hong Anta melindungi Raja Kun dan Putri Mei Xiu dibelakangnya. Raja Kun membawa sang Putri kepangkuan miliknya dengan wajah cemas menahan tangis. Ia melihat Putrinya menyelamatkan dirinya, menusukkan pedangnya pada Ham, tapi ia tak menyadari jika anak buah Ham tepat berada di belakang Mei Xiu dan menebas punggung sang Putri hingga terjatuh tepat di depannya.
Mei Xiu melihat Raja Kun yang menatapnya dengan cemas hanya tersenyum kecil, lalu sedikit demi sedikit mulai menutup matanya.
"Bunuh mereka semua, jangan tersisa satupun" Ucapan menggelegar milik Raja Kun menjadi suara yang terakhir kali ia dengar.
Mei Xiu sedikit menyesal karna begitu cepat kembali mati, ia baru akan mencoba menikmati hidupnya disini dan ingin meraskan apa arti keluarga, saat dulu ia tak mempunyainya. Sungguh hidup yang tragis yang ia jalankan. Tapi Mei Xiu tak pernah menyesal bisa diselamatkan dalam tubuh seorang Putri dan mati terbunuh karna melindungi Ayahnya yang seorang Raja. sungguh sebuah prestasi yang membanggakan.
****
"Mei Xiu" Satu suara perempuan berparas cantik menyambut penglihatannya.
Ia mencoba membiasakan cahaya saat membuka mata, wajah cantik dengan goresan goresan kekhawatiran menyambutnya. Ia tak tau siapa perempuan ini hingga seorang pria tua yang hampir membungkuk berjalan masuk dan memeriksa keadaannya lalu suara seorang Kasim memberitahukan bahwa Raja Kun tiba. Semua dayang dan tabib yang memeriksa dirinya barusan membungkuk memberi hormat di ikuti oleh wanita yang pertama kali Mei Xiu lihat.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Raja Kun saat Pangeran Jun dan Panglima Hong Anta tiba setelahnya.
"Menjawab Yang Mulia. Keadaan Putri Mei Xiu belum bisa di bilang membaik tapi kesadaran Putri Mei Xiu sudah pulih. Beberapa luka memar juga sudah hampir menghilang, hanya lengan kiri sang Putri membutuhkan waktu seminggu untuk kembali pulih. Tapi Yang Mulia" Sang Tabib menggantungkan kalimat miliknya membuat Raja Kun menyeritkan keningnya.
"Lanjutkan" Titahhnya yang membuat sang tabib semakin menunduk.
"Maaf yang mulia jika perkataan hamba membuat yang mulia marah. Luka kepala Putri Mei Xiu cukup parah, Putri mengalami hilang ingatan akibat darah dalam kepala sang Putri mengumpul menjadi satu. Dan sang Putri akan sering mengalami mimisan dan merasakan pusing beberapa waktu kedepan. Hamba akan mempersiapkan obat yang akan mengurangi sakit Putri Mei Xiu, tapi, maafkan hamba Yang Mulia karna tak sanggup memberikan obat untuk menghilangkan darah yang mengumpul dari dalam kepala sang Putri" Lanjut sang tabib yang membuat semuanya sedikit terkejut.
Mei Xiu menatap datar mereka semua. Ia tau itu bukan gumpalan darah akibat pertempuran yang lalu. Itu adalah penyakit yang ia alami dulu sebelum berubah menjadi seorang Putri. Ia tak menyangka jika penyakit itu akan ia rasakan kembali, ia pikir ia takan memiliki cacat celah lagi dalam hidupnya yang sekarang. Ternyata tidak.
****
Mei Xiu menatap langit malam dengan helaan napas. Ia bosan sangat bosan, beberapa hari ini ia tak diizinkan untuk keluar dari rumahnya. Padahal ia ingin melihat bagaimana bentuk Istana ini.
"Putri, sudah terlalu larut untuk diluar" Xia Tao Tao dayang pribadi miliknya menemui Mei Xiu.
Yang ia tau Xia Tao Tao ini adalah pengganti dayang Gaeun Bi sewaktu kemarin mereka di luar. Gaeun Bi adalah dayang pribadi Pangeran Jun, dan Gaeun Bi hanya menggantikan posisi Xia Tao Tao saat kemarin Xia Tao Tao tak ikut menjemputnya.
"Tao Tao" Panggil Mei Xiu.
"Hamba Putri" Jawab Xia Tao Tao dengan duduk berlutut di belakang Mei Xiu.
"Kenapa malam ini sangat sepi?" Tanya Mei Xiu.
Ia merasa berbeda, biasanya Pangeran Jianheeng masih berjalan jalan didepan Paviliun miliknya setelah keluar dari ruang baca Istana Han Li.
"Lusa adalah hari pertunangan Putra Mahkota dengan Putri Mahkota Kerjaan Xi Putri. dan sekarang mereka sering mengadakan jamuan malam hingga acara pertungannya nanti" Jawab Tao Tao saat menyadari wajah sang Putri sedikit murung dan sedih, ia tau mungkin karna Putri merindukan untuk hadir dalam acara Kerajaan yang sudah lama tidak dirinya hadiri karena beberapa hal yang tidak bisa sang Putri utarakan.
"Putri tidak bisa hadir karna Putri masih harus beristirahat. Mungkin jika sudah semakin baik, hamba yakin saat acara pertunangan Putri bisa hadir" Sambung Tao Tao mencoba merubah ekspresi sang Putri.
Mei Xiu mendongkak melihat langit malam di Han Li. dulu, saat ia masih di Beijing ia tak pernah bisa dengan tenang menikmati langit malam karna pekerjaannya yang lebih banyak memakan waktu saat malam hari. Bahkan Mei Xiu terbiasa jika tidur hanya 10 jam selama satu minggu.
Tapi terlepas dari hal itu ia sangat mencintai pekerjaannya, ia bekerja keras hingga bisa masuk unit searching dan hampir menjadi kepala unit sebelum teman seperjuangannya memberikan informasi mengenai dirinya hingga ia ditangkap oleh musuh. Ironis, tapi Mei Xiu tidak pernah membenci hal itu.
Dirinya malah bersyukur saat ini jika ia memang tidak bisa kembali dalam kesehariannya yang dulu, setidaknya Dewa menyelamatkannya untuk hidup di zaman sekarang. Dan ia yakin surga dan langit yang memberikan hidup ini terhadapnya punya maksud yang baik.
Mei Xiu berdiri saat hendak memasuki kediamannya. Tapi gagal, ia mendengar langkah kaki yang cukup banyak. Menundukkan tubuhnya dan menaruh telapak tangannya pada tanah dibawah, Mei Xiu bisa merasakan sekitar 20 orang atau lebih langkah kaki menjauh dari kediamannya. Menyeritkan kening, Mei Xiu sadar orang - orang itu adalah orang yang tak pernah di undangan kehadirannya.
Ia segera berdiri dan meminta Tao Tao untuk mengumpulkan dayang miliknya untuk menutup semua pintu paviliunnya dan juga jendela. Ia meminta bantuan para prajurit penjaga untuk mengikutinya. Tao Tao yang tak mengerti hanya menatap dengan cemas kemana arah perginya sang Putri.
Mei Xiu berlari dengan seluruh kemampuannya, ia yakin lukanya sudah membaik tapi ia tidak yakin jika luka dikepalanya sudah membaik. Ia paham luka tersebut tidak akan bisa di sembuhkan bahkan oleh seluruh tabib kerajaan, tapi ia tidak akan menyerah. Sama seperti dulu, ia akan terus berjuang melawan dan tak pernah ingin kalah sampai ia lelah untuk melawan. Menerima sebuah pedang dan cambuk yang di berikan oleh salah satu prajurit yang datang menyusul. Mei Xiu melihat jika seorang yang mencurigakan mendekat kearah Balairung.
Mei Xiu yakin target mereka ialah Putri Mahkota, jika bukan, para penyusup itu akan membunuh beberapa prajurit kerajaan yang mereka temui. Mei Xiu menendang punggung satu orang hingga membentur pintu balairung hingga roboh. Orang - orang yang ada didalam kaget saat melihat Mei Xiu datang dengan beberap prajurit. Tatapan Mei Xiu melihat kedepan kearah dimana sang Raja Han Li duduk sekaligus menatapnya dengan tak kalah kaget, tapi selalu bisa ia sembunyikan.
"Lindungi keluarga Kerajaan" Seru Mei Xiu lalu melempar pedang yang ia genggam kearah Raja yang membuat seluruh penghuni balairiung menjerit kaget.
"Mei Mei" Teriak Pangeran Jun yang kaget hendak berlari namun seseorang mencurigakan menghalangi jalannya.
"Serangan" Teriakan prajurit membuat seisi balairung memahami apa maksud Mei Xiu.
Ia melemparkan pedangnya hingga menancap tepat di jantung seseorang yg berada dibelakang sang Raja. Raja Han Li berlari turun dan menyambar sebuah pedang untuk melindungi Permaisuri dan beberapa anggota kerajaan. Beberapa prajurit emas milik sang Raja hadir untuk membantu. Raja Han Li membuka jalan untuk mereka keluar dari balairung hingga teriakan Mei Xiu bergema disana. Mereka melihat luka di tangan kiri Mei Xiu kini menjadi lebih parah akibat tebasan yang baru saja di lancarakan oleh seseorang.
Merasa geram Raja Han Li ingin membantu Putrinya tapi ditahan oleh selir Xiao Kaili untuk meminta sang Raja ikut bersama mereka. Dengan terpaksa Raja Han Li mengiyakan setelah meneriakan perintah untuk melindungi Mei Xiu.
Mei Xiu mendengar teriakan perintah itu tapi sebelum seseorang membantunya Mei Xiu sudah merobohkan musuh.
"Bagian itu masih luka bodoh!" Mei Xiu melakukan tendangan memutar hingga menendang pipi musuh dan memotong kedua tangannya sebagai ganti rugi.
Suasana ini alot, seisi balairung menjadi tempat pertumpahan darah. Mei Xiu yakin penyusup penyusup ini adalah orang yang belum terampil. Mereka terlalu mudah untuk di kalahkan, dan anehnya tak ada satupun dari mereka yang mencoba melarikan diri ataupun meminta ampun. Seperti mereka sudah di rancangkan untuk mati disini.
"Kau baik - baik saja?" Putra Mahkota menghampiri sang Adik lalu melihat jika Mei Xiu hanya mengalami luka yang pernah ia dapatkan sebelumnya.
Mei Xiu yang masih memikirkan hal ini hanya mengangguk menjawab.
"Tidak usah kau pikirkan sekarang aku akan mengantarmu kembali dan meminta tabib memeriksamu" Seru Pangeran Jun lalu berjongkok ingin menggendong sang Adik.
"Aku bisa jalan sendiri Putra Mahkota, yang luka hanya lenganku bukan kakiku" Jawab Mei Xiu lalu melangkah terlebih dahulu. Pangeran Jun tau, bahwa adiknya masih terlalu tidak mengerti dirinya.
DICTIONARY:
Kereta Kuda: Kendaraan Beroda Setengah Bundar Dan Ditarik Oleh 2 Ekor Kuda
Parit: Sebuah Senjata Besar Berbentuk Setengah Bulan (Hampir Sama Seperti Pedang)
Kasim: Orang Yang Bertugas Melayani Keluarga Kerajaan Yang Sudah Di Kebiri Karena Kecelakaan Atau Secara Sengaja
Pavilliun: Sebutan Tempat Tinggal Pada Zaman Kolosal Selain Istana (Sebutan Istana hanya untuk kediamaan Raja, Permaisuri dan Putra Mahkota)
Dewa: Sebutan Kepercayaan
Balairung: Tempat Pertemuan Dalam Istana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
chibimillow415
katanya posisi "Permaisuri" dikosongkan thor,, lahh itu kk ada "Permaisuri" baru:v
2020-12-11
3
zhafa
kereeen
2020-10-30
0
onalia Sukatendel
Ternyata menjadi anggota kerajaan kg enak nya byk musuhnnya
2020-08-24
3