Arga memukul meja didepannya dengan keras.
"Kenapa mau mukul gue lo?Jijik gue lihat wajah lo seakan nggak punya dosa sama hmguw."Ucap Arka lagi lalu berdiri hendak meninggalkan Arga.
Baru satu langkah ia beranjak tangan Arka sudah ditahan oleh Arga.
"Lepasin Arga!Kita udah selesai.Udah tamat.Ini bukan sinetron ya yang bisa ditambahin episodenya sesuai keinginan sutradara."Arka mencoba melepaskan tangannya.
Kejadian itu tidak lepas dari penglihatan sepasang mata yang kini berdiri diambang pintu.Sejak ia mendengar suara obrolan dua orang didalam kelas,ia langsung berdiri diambang pintu menyaksikan pertengkaran dua manusia yang ternyata sedang berseteru.
Awalnya ia cukup terkejut karena seorang Arga sedang bertengkar dengan Arka.Tentu jika murid lain banyak yang tahu akan menjadi berita yang heboh digrup sekolah.
"Lepas Arga!"
"Nggak."
"Lepas!"
"Enggak."
Arka memutar bola matanya jengah dengan sikap seenaknya sendiri Arga.
"Lepasin tangan temen gue atau hal ini terdengar sampai seantero sekolah!"Ucap orang itu.
Menyadari ada yang melihat kejadian itu Arga segera melepas tangan Arka dan pergi dari kelas itu begitu saja.
Ada rasa kecewa dari hati Arka karena Arga meninggalkannya begitu saja.Tapi ia sudah bertekad ingin melupakan itu satu manusia luknut.Hehehe
Arkapun ingin keluar kelas.Tetapi sebelumnya ingin mengucapkan terimakasih dulu pada orang itu.
"Thanks Rhand."Ucap Arka sambil menepuk pundak Rhandra dengan canggung.Rhandra hanya mengangguk.
Arka bukanlah murid yang mudah akrab dengan teman-temannya.Bahkan hingga kini ia masih sering merasa canggung dengan beberapa orang teman sekelasnya.Bahkan dulu saat awal-awal pertemanannya dengan Althaf dan Azka dia yang paling canggung.Tepatnya takut kalau sampai mereka dibully hanya karena berteman dengan Arka.
Dulu ia selalu merasa tidak enak hati setiap ia berjalan bersama ketiga temannya banyak pasang mata yang menatapnya tak suka,tetapi semakin kesini ia semakin tidak peduli dengan tatapan-tatapan tidak penting mereka.
Dia memang tidak cantik.Tidak pintar.Tidak kaya.Tidak putih kulitnya.Dan ia juga bingung alasan pasti mereka selalu membully Arka.
Arka memilih melangkahkan kaki kekantin sekolah.Lagi masih sepi.Wajar sih,masih belum genap pukul setengah 7.
30 menit berlalu.Bel tanda masuk berbunyi.Ia bahkan tak menyalin PR dari guru killernya itu.Ia sudah pasrah jika memang harus dihukum.Moodnya tiba-tiba rusak setelah pertengkarannya dengan Arga beberapa menit yang lalu.
Ia berjalan santai menuju ruang kelasnya.Banyak dari kelas sebelah yang menertawakan dan menatap dengan tatapan meledek dirinya saat ia lewat.Entahlah hal apa yang mendasari mereka berbuat sedemikian.Tapi hal itu sudah biasa.
Ia langsung duduk dikursinya dan membenamkan wajahnya keatas tas yang tadi ia tinggalkan.
Merasa ada yang aneh dari sahabatnya Althaf mendekati Arka.
"Ar lo kenapa?"Tanya Althaf dengan nada khawatir.Meski playboy,Althaf hanya menunjukkan rasa khawatir hingga sedemikian pada Arka atau orang terdekatnya saja.Sedangkan dengan mantan-mantannya yang dulu,ia bahkan tidak terlalu peduli juga dengan mereka.
Althaf sudah duduk kursi yang ada didepan Arka.Sebelumnya ia sudah mengusir pemilik kursi untuk pindah sebentar.
"...."Tak ada jawaban dari Arka.
"Kampret lo kenapa?"Althaf coba bertanya lagi.Kali ini nada suaranya terdengar naik satu oktaf.
"Berisik lo.Pergi sono.Noh pak Dedy udah dibelakang lo."Arka berbohong pada Althaf supaya tidak mengganggunya.
Althaf spontan berdiri dan berbalik.Tetapi tidak ada siapa-siapa.Ia kesal karena merasa dikerjai oleh Arka.
"Sialan lo."Omel Althaf.Dan iapun harus rela ditertawakan oleh teman-temannya.
Tak lama guru yang mengampu pelajaran Fisika masuk kelas.Ia langsung meminta untuk tugas yang ia berikan minggu lalu segera dikumpulkan.Dengan santainya Arka mengatakan jika belum mengerjakan sehingga iapun harus dihukum berdiri didepan kelas sampai pelajaran selesai.
“Pak,maepkeun saya yang lupa ngerjain PR.”Ucap Arka.Meski setiap melihat guru itu ia selalu merinding,tetapi Arka juga suka sekali menggoda guru paling tampan seantero sekolah itu.
Tak jarang guru itu merasa kesal dengan godaan dan candaan dari Arka.
Tapi tanpa keduanya sadari,justru hak itulah yang membuat timbulnya getaran-getaran aneh dalam hati keduanya.
“Hukuman tidak pernah berubah,sesuai yang pernah saya katakan.”Jawabnya dengan muka datar.
“Mengerti?”Lanjut Dedy.Arka langsung maju kedepan.
"Tapi ada satu hal uang tidak saya mengerti pak."Ucap Arka dengan wajah dibuat sedih.
"Apa?"Tanya Dedy dingin.Arka menelan salivanya dengan susah.
"Busyet...Bapak ngomongnya lempeng amat "Gumam Arka."Apa Arka yang tidak kamu mengerti?"Tanya Dedy lagi.
"Perasaan saya kebapak."Goda Arka.
Sorak-sorakan penghuni kelas terdengar jelas setelah Arka menggombali guru itu.
Dedy memasang wajah kesal mendapat gombalan yang entah keberapa dari para muridnya.
"Saya juga tidak mengerti."Jawab Dedy."Apaan pak?Jawaban perasaan bapak?"Goda Arka lagi antusias."Udah jawab aja iya."Celetuk Arka.
"Kenapa tingkah kamu bisa seabsurd itu."Jawab Dedy ia kemudian kembali kekursinya.
Tawa lebih keras dari para anggota kelas terdengar jelas setelah mendengar jawaban Dedy.Arka mencebikkan bibirnya karena kesal.
Pelajaran dimulai,Arka mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Dedy sambil berdiri meski dnegan bibir yang terus berkomat-kamit seperti mbah dukun baca mantra.
"Sen temen lo napa dah?"Bisik Azka disamping Asen.
"Mana ane tahu.Dia temen lo juga curut."Sahut Asen dengan suara yang masih bisik-bisik.
"Cuy lo mau dihukum kek sobat ambyar lo itu?"Althaf menyahut.
"Berisik lo pada.Diem-diem bae napa!"Asen menjawab dengan suara sedikit keras.
"Althaf,Asen dan Azka maju kedepan kalian lakukan seperti yang Arka lakukan!"Perintah Dedy akhirnya.
Mau tidak mau ketiganya berdiri disamping papan tulis bersama dengan Arka.
“Ya nasib,ya nasib.”Ucap Azka pelan.
Jika sudah seperti itu,maka Azka akan melakukan tindakan gilanya.
“Lo berisik banget sih Ka?”Sahut Althaf pelan.
“Iya,gue yang siswa pandai jadi tercoreng karena kalian.”Omel Asen.Ia hanya bercanda,tidak mungkin ia serius dalam mengucapkan hal sedemikian.
Althaf,Arka dan Azka seketika melihat kearah Asen.Asen sendiri yang menyadari tatapan tidak enak dari ketiga temannya hanya bisa nyengir kuda.
“Canda.”Ucapnya.
Arka tak memberikan sahutan,ia merasa sudah lelah berdiri ditambah moodnya hari ini sudah rusak.
Saat pelajaran menyisakan kurang dari 15 menit Arka tiba-tiba mengajak gurunya untuk berunding perihal hukumannya.Karena ia benar-benar lelah harus berdiri terlalu lama.
"Pak Dedy."Arka memanggil.Sang gurupun menoleh.Bahkan semua murid memandang Arka saat itu.
Arka tersenyum cengengesan ditatap sebegitu serius oleh sang guru.
Sedangkan untuk pak Dedy,tiba-tiba hatinya bergetar melihat senyum Arka.
‘Astagah.Apa-apaan ini?Yang benar saja.Hey,Dedy dia hanya salah satu muridmu yang super absurd.'Gerutu pak Dedy dalam hati.
"Pak saya lelah.Laper juga.Dari pagi belom makan.Gimana kalau bapak memberikan keringanan.Lelah saya pak.Selelah menanti sebuah perasaan untuk seseorang yang kita cintai tapi dianya malah nggak peka-peka.Eaaaa.”Lanjut Arka bahkan diakhiri candaan.
"Ambyar dhek."Sahut Agus salah seorang penghuni kelas.
"Heh." Dedy memasang wajah cengo.Ia terkadang tak mengerti dengan sikap absurd muridnya yang satu ini.
"Hehehe...canda pak.Yaelah."Cibir Arka.
Dedy menggelengkan kepalanya.Terkadang Arka memang sulit ditebak jalan pikirannya.
“Pak.”Panggil Arka lagi.
“Ada apa Arkadewi Fajarina?”Jawab pak Dedy sedikit kesal.
"Boleh donk pak sesekali kita tuh ngadain permainan gitu dijam bapak.Biar otak murid-murid pada nggak spaneng.Kita ngadain permainan apa gitu."Lanjut Arka lagi sambil cengar-cengir dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Takut juga jika mungkin Dedy justru akan marah karena sebagai murid ia terlalu berani.
"Jelasin!"Dedy yang memang sangat irit bicara masih belum mengerti.Tetapi tidak dengan orang-orang terdekatnya.
"Kita ngadain permainan kan ya pak.Kalau saya kalah bolehlah saya traktir bapak.Tapi bapak doang nih ya.Dan lain kali gak akan deh saya kena hukum.Janji.Tapi..."Arka menggantungkan ucapannya,membuat semua orang menanti kelanjutannya.Sengaja biar mereka penasaran dengan apa yang akan ia ucapkan setelah ini
Pletakkkk
"Cepetan kampret!"Arka kena jitakan dikepalanya dari Azka.
"Sakit ogeb."Omel Arka.
Arka masih diam dan membiarkan mereka semua penasaran.
“Woy buruan!”
“Ar jan bikin penasaran napa?”
“Cepetan Arka!”
Sahutan murid-murid yang memang penasaran.
"Tapi kalau bapak kalah bapak harus mentraktir kami satu kelas.Bagaimana?"Arka memberi penawaran sambil menaik turunkan alisnya.
Dedy terlihat berpikir.Kemudian dia tersenyum.Senyum yang mampu membuat siapa saja akan jatuh cinta.Senyum yang membuat hati siapapun akan meleleh.
JANGAN LUPA VOTE,LIKE DAN KOMENTAR...SEDEKAH POINNYA JUGA DITUNGGU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Dariella zhoylie felisetiawan
lnjut....
2020-04-12
1
ida
bagus ini
2020-03-27
1