Hari keberangkatan Vadil pun akhirnya tiba. Vella sedari tadi terus menangis dan terus memeluk Vadil hingga semua orang di bandara memperhatikan Vella, yang menangis jejeritan.
"Vella Kakak janji akan hubungi Vella nanti ya, kalau Kakak sudah sampai di sana. Vella jangan gini, Kakak jadi sedih untuk tinggalin Vella," ucap Vadil sambil menghapus air mata Vella.
"Kalau gitu Kakak gak perlu berangkat, Kakak tetap di sini sama Vella," ucap Vella dengan sesegukan.
"Vella Kakak harus ke sana, yakin lah ini semua demi kamu," ucap Vadil sambil menangkup wajah Vella.
"Vella,.. Kamu gak boleh mementingkan egomu sendiri, Kakak ke sana untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Jadi kamu jangan mencegah cita-cita Kakak mu," ucap Vanya. Sedangkan Vella langsung menatap Vanya dengan tatapan bingung, dan bertanya-tanya.
"Apakah Vella mencegah cita-cita Kak, Vadil?" tanya Vella. Namun saat Vanya akan menjawab, Vadil langsung mengmbil alih.
"Tidak, Vella tidak pernah mencegah cita-cita Kakak. Dengarkan Kakak Vella, Vella mau kan Kakak selalu menuruti ke ingian Vella?" Vella pun langsung menganggukkan kepala.
"Nah, Kakak ke sana biar bisa nuruti semua keinginan Vella. Kakak ingin nanti jadi lelaki yang bisa memenuhi keinginan adiknya, jadi izinkan Kakak pergi ya?" Vadil berusaha membujuk Vella.
"Tapi jika demi menuruti semua keinginan Vella, Kakak pergi jauh. Lebih baik Vella gak minta apa-apa, cukup berada di samping Kakak, Vella bahagia kok." Vadil semakin bingung dan tak tega melihat Vella menangis.
"Hey,.. Dengarkan Kakak. Vella Sayang sama kakak, atau tidak?" tanya Vadil.
"Iya Vella sangat Sayang sama Kakak, bahkan melebihi apa pun itu," jawab Vella dengan pasti.
"Kalau gitu izinkan Kakak pergi. Kakak janji akan datang menemui Vella, lima tahun lagi dan akan aku ungkapkan isi hatiku padamu." bisik Vadil di telinga Vella. Vadil sangat yakin cara ini bisa meluluhkan Vella, sedangkan Vella merasa jantung nya berdebar-debar saat Vadil berkata seperti itu.
"A..Apa itu," jawab Vella dengan gugup. Gadis berumur dua belas tahun itu sangat gemetar dan dadanya berdegub kencang sangat kencang, saat Vadil berkata seperti itu.
"Kau akan tau lima tahun lagi, Sayang." Vadil berkata dengan mengecup kening Vella. Sedangkan Vella langsung terbuai, dengan kecupan lembut dari Vadil.
"Hey, apakah drama kalian sudah selesai," ucap Daniel yang baru datang. Vanya yang tau Daniel datang langsung menghampiri Daniel, dan memeluk Daniel.
"Entahlah anak-anakmu penuh dengan drama" ejek Vanya
"Sudahlah Bunda, jangan ejek Vella terus. Dia sudah sangat malu dan terpukul," ucap Vadil dengan senyuman menggoda.
"Baiklah-baiklah. Ini tiket kamu dan cepat masuk, pesawat mu akan berangkat sebentar lagi" Daniel berbicara sambil meberikan tiket.
"Apa secepat itu?" tanya Vella. Daniel yang tau putri nya akan menangis, langsung memeluk Vella.
"Iya Sayang, Kakak harus berangkat sekarang." tangis Vella pun kembali pecah. Sedangkan Vadil langsung menatap iba dan mengeluh rambut Vella dari belakang.
"Ayah,.. Vadil titip Vella, jaga Vella jangan sampai di terjerat pergaulan bebas. Vadil tak mau itu terjadi," ujar vadil
"Hey,.. Dia putri ku. Tanpa kamu suruh pasti akan Ayah jaga, apa kamu meremehkan Ayah mu ini?" Daniel langsung mendengus saat Vadil berkata seperti itu.
"Iya aku percaya sama Ayah" Vadil memandang Vanya yang berusaha menahan tangis nya,melihat putra nya akan pergi selama bertahun-tahun.
"Bunda maafkan Vadil jika selama ini Vadil selalu bikin Bunda marah,kesal,dan jengkel. Vadil sangat Sayang sama Bunda, jaga kesehatan Bunda jangan lupa minum vitamin dan makan yang teratur," ucap Vadil. Vanya yang tak bisa menahan air mata nya lagi, langsung memeluk Vadil.
"Bunda harus ingat, jika Ayah belum pulang sampai malam Bunda tak perlu menunggu Ayah, Bunda langsung makan saja. Dulu ada Vadil yang selalu menemani Bunda dan menunggu Ayah, tapi sekarang Vadil akan jauh dari Bunda, jadi jika Ayah belum pulang lewat jam delapan bunda langsung makan. Jika bunda bandel Vadil akan telefon Bunda dan memaksa Bunda makan," ucap vadil panjang lebar dan mengingatkan vanya. Karena kebiasaan Vanya masih sama seperti dulu,jika Daniel belum pulang saat makan malam dia tidak akan makan juga.
"Iya Bunda akan ingat perkataan mu, Sayang." Vanya langsung menciumu kening,pipi dll
"Vadil pergi jaga diri kalian dengan baik, jika aku mendengar keadaan buruk seucuil pun aku akan marah." Setelahnya Vadil berjalan menaiki eskalator dan perlahan-lahan mulai menjauhdan tak terlihat. Vella yang sadar Vadil sudah tak terlihat pun berontak akan menghampiri Vadil, namun di cekal oleh Daniel.
"Ayah lepasin Vella, Vella mau sama Kakak," teriak Vella sangat kencang.
"Sayang, Kakak hanya pergi sebentar" bujuk Daniel dan berusaha menenangkan Vella.
"Aku bukan anak berumur lima tahun yang bisa di bodohi Ayah, Kakak akan pergi lama dan kami gak akan pernah bertemu," ucap Vella sambil menangis. Vanya yang melihat putri nya begitu terpukul pun ikut menangis, dan juga ikut merasakan sakit didalam hati nya.
"Apa keputusan ku menyetujui semua ini salah,aku malah membuat putriku terpukul akan kepergian Vadil," ucap Vanya dalam hati.
.
.
.
Happy Reading
SURABAYA-02-03-2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
ig@taurusdi_author
Hadir kakakkkk...
Mampir di novelku juga yaaa beri kritik dan saran.trimakasihh
2020-07-19
0
Enny Azza
makinn penasaran aja,,,
2020-03-04
2
Mak Ocim 😗
Vella sayang sabarlah menunggu kakakmu Vadil cuma 5 tahun kok...☺ thor boleh g' ceritanya langsung lompat 5 tahun kemudian....jiahhh kok aku yg g' sabar yah....😂😂 makasih thor...😊
2020-03-04
6