Bab 8

Pagi ini Riana dan sang ayah akan mengunjungi makam ibundanya. Sesampai di TPU --tempat pemakaman umum-- ketiganya langsung menghampiri makam ibunya. Belum sampai di depan makam, Budi langsung menangis menutupi matanya dengan lengannya. Riana berusaha dengan sekuat mungkin untuk tegar merangkul sang ayah dan mengendong Salsa di tangan kanannya. Saat sampai di depan kuburan sang ibunda, mereka langsung manaburi bunga di atas kuburannya. Budi sejak tadi hanya menangis di depan kuburan istri yang sudah lama meninggalkannya.

“Bu, lusa Aku akan menikah, maafkan Aku tidak membawa calonku ke sini. Tapi, Aku janji setelah menikah nanti Aku akan membawanya di depan Ibu. Dia Pria yang ganteng dan Aku yakin kalau dia pria yang baik,” Air matanya sudah tidak bisa di bendung lagi. Riana tertunduk meneteskan air matanya. Salsa yang masih belum mengerti ikut menangis karena melihat ibu dan kakeknya menangis.

"Sayang, maafkan Aku yang tidak bisa menjaga buah hati kita, tapi Aku berjanji padamu akan mencari anak sulung kita," Lanjut Budi yang masih dalam tangisnya, sambil mengusap batu nisan istrinya.

Disisi lain Rendra sedang asik duduk di café milik sahabatnya Eki bersama Didit. Kedua sahabatnya yang mendengar pernikahannya yang mendadak hanya menertawai nasib sahabatnya. Bukan karena pernikahannya, tapi karena wanita yang akan dinikahinya adalah seorang janda beranak satu.

“Nyesel Gue datang kesini,” ucapnya kesal.

“Sensitif banget sih pak bos yang satu ini. Kaya cewek lagi datang bulan,” Canda Didit.

“Habis kalian bukannya ngasih semangat malah ngetawain Gue, apes banget deh hidup Gue.”

Eki dan Didit adalah sahabat Rendra sejak mereka duduk di bangku SMA dan sampai sekarang umur mereka yang sudah tak muda lagi. Eki sendiri adalah calon adik iparnya, itu juga kalau dia jadi menikah dengan adiknya, Sonia. Sedangkan Didit, dia masih mencari perempuan yang rela menjadi pasangan hidupnya.

“Jadi, secantik apa nih janda yang bakal lo nikahin?”Tanya Eki.

“Ya, kalau dibilang cantik, jujur dia sangat cantik, tapi sampai sekarang Gue masih belum terima statusnya, gue bujang dan Gue bisa dapetin lebih dari dia.”

“Lo jangan gitu Dra, biar bagaimana pun itu pilihan nyokap lo, dan pastinya nyokap lo tau mana yang terbaik buat lo. Kalau memang lo merasa keberatan, Gue rela kok gantiin posisi lo,” Ucap Didit yang membuat kedua sahabatnya melemparkan batal yang yang ada di sofa.

“Ya ... Gue sih dengan senang hati, asal lo mau berhadapan dengan nyokap gue.”

“Kalau itu yang harus Gue hadepin, mending Gue mundur, tak sanggup Gue berhadapan sama Ibu,” candanya mengundang tawa.

Selagi anaknya yang sedang asik berkumpul dengan para sahabatnya, Ratih yang dibantu dengan anak gadisnya sibuk mengurus semua keperluan pernikahannya. Sesuai kesepakatan kalau pihak dari laki-laki yang akan mengurus semuanya, dan Riana hanya tinggal diam dan datang pada saat acara pernikahan. Sebenarnya itu bukan kesepakatan melainkan keinginan Ratih, karena dia tau kalau Riana akan sangat repot mengurus semuanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Riana menatap album foto dirinya bersama keluarga dulu saat masih ada ibunda tercinta. Keluarga yang harmonis dan penuh dengan kebahagiaan. Ingin rasanya dia kembali di masa itu, masa dimana hidupnya dengan tawa bahagia.

'Kak, kak desi dimana? Aku akan menikah dan aku berharap kaka bisa datang di acara pernikahan aku. Kakak hidup bahagia 'kan? Aku akan hidup tenang selama hidup dengan bahagia, kakak tenang aja walaupun aku akan menikah Salsa akan tetap menjadi anakku' ucapnya sambil memandang foto kakanya meneteskan air mata.

Riana menyimpan album fotonya dan berjalan menghampiri sang ayah. Dia memandang haru ayahnya yang sudah terlelap tidur. Ini adalah hari kedua ayahnya tidak menyentuh minuman alkohol dan dia sangat bersyukur akan hal itu, tapi Riana merasa sangat khawatir.

'Bagaimana nanti saat aku sudah menikah? Apa ayah akan menyentuh barang haram itu lagi? Ayah akan tinggal dengan siapa? Dan siapa yang akan menyiapkan keperluannya?' Riana merasa sangat cemas, karena memang selama ini Cuma Riana lah yang menyiapkan semua keperluan ayahnya.

“Ria, sedang apa kamu disini, Nak?" Tanya Budi yang terbangun dari tidurnya.

“Ria Cuma mau liat ayah. Yah, maafkan Ria ya!” Budi yang heran dengan sikap sang anak. Dia pun bangun dari tidurnya dan duduk berhadapan dengan anaknya bungsunya itu.

“Kenapa kamu minta maaf sama Ayah? Harusnya, Ayah yang meminta maaf padamu karena, selama ini sudah merepotkan hidupmu sampai-sampai kamu tidak menikmati masa mudamu untuk mengurus Ayah dan Salsa. Maafkan Ayah, Nak!” Riana meneteskan air matanya dan langsung memeluk erat tubuh sang ayah.

“Ayah, jangan berkata seperti itu! Masa muda Ria sangat bahagia. Ria sama sekali tidak pernah merasa keberatan dengan apa yang Ria lakukan selama ini,” Ucapnya melepaskan pelukannya.

“Waktunya kamu bahagia, Ayah ingin kamu juga merasakan itu. Maafkan Ayah yang selama ini melampiaskan kesedihan ditinggal bunda dengan minum-minuman keras. Ayah janji perlahan akan meninggalkan barang haram itu.” Riana yang mendengarnya tersenyum bahagia.

'Ayah tenang saja, aku akan bahagia walapun pernikahan aku tidak didasari oleh cinta. Untukmu akan akan berusaha bahagia, Yah' dibalik senyumnya hati Riana sangat sakit. Karena, hanya dirinya yang tahu kalau pernikahan ini dilakukan dengan terpaksa. Walaupun seperti itu Riana masih berharap suatu saat nanti Rendra akan mencintainya dan menerima dirinya yang apa adanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sehari sebelum hari pernikahan, Ratih mendatangi rumah calon menantunya bersama para kru salon untuk melakukan perawatan di rumah. Kedatangannya disambut gembira oleh Salsa karena memang Ratih sangat dekat dengan calon cucunya itu. Berbagai macam perawatan pra pernikahan dilakukan Riana, dan itu menjadi hal pertama bagi dirinya melakukan perawatan yang hanya bisa di lakukan orang-orang kalangan atas menurutnya.

Selesai perawatan Riana lanjut mencoba macam-macam baju yang dibawa oleh tim rias pengantin. Karena pernikahan ini di laksanakan sangat mendadak, jadi baju yang digunakan pun sesuai yang ada di gallery sang perias. Itu pun Ratih memilih tempat rias pengantin yang sangat terkenal, ya bisa dibilang mereka selalu menangani para artis ibu kota.

Tidak sedikit yang dikeluarkan Ratih untuk terlaksananya pernikahan ini. Walaupun terkesan dadakan, tapi Ratih mempersiapkan semaksimal mungkin walaupun harus mengeluarkan biaya yang sangat besar.

Selama dirinya masih di rumah sang menantu, para tim dekorasi sudah mulai mendekorasi rumahnya yang dipandu langsung oleh Sonia. Kedua wanita itu benar-benar sibuk mempersiapkan semuanya. Sonia pun dibantu kekasihnya Eki, untuk menata rumahnya. Dan sang pengantin sendiri sedang menghabiskan waktu sisa-sisa bujangnya di kantor mengerjakan pekerjaan yang akan ditinggalnya saat dirinya cuti setelah pernikahannya.