Kejadian itu 2

Warga yang kelihatan kesal dan marah itu hampir saja main hakaim sendiri. Untung saja Pak Kades datang menghentikan warga.

"Berhentiii !!!," teriak Pak Kades menghalau warga desa, melindungi Latika dan Afriadi.

"Minggir Pak, jangan halangi kami!," teriak salah seorang warga memecah keributan, wajahnya tergambar galak giginya mengeretak bengis.

"Jangan lindungi mereka, minggir Pak," teriak salah seorang warga, bersiap untuk menghajar Latika dan Afriadi.

"Tenang saudara-saudara jangan pakai emosi kita selesaikan masalah ini baik-baik." Pak Kades tetap bertahan, menenangkan para warga.

"Pak, minggir Pak jangan halangi kami !!!," teriak salah seorang warga memecah keributan.

Pak Imam datang menerobos pertahanan warga, menghampiri Pak Kades ikut menenangkan warga, "tenang saudara-saudara kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin bukan dengan kepala panas, selesaikan masalah ini baik-baik jangan main hakim sendiri."

"Tenang bagaimana, Pak? Nanti desa ini bisa terkena bencana gara-gara ulah mereka yang biadap ini." salah seorang warga menghadap Pak imam, suaranya lantang.

"Iya iya tapi, kan harus-" Pak Kades menahan emosinya.

Afriadi menarik lengan baju Pak Kades, memotong parkataannya, "Pak lepaskan kami, kami tidak bersalah itu hanya kecelakaan Pak."

Pak RW dan warga yang berpengaruh menerobos pertahanan warga, mereka menghampiri Pak Kades dan Pak Imam.

"Wah, alasan saja kau, halaaaah..." warga yang panas itu, sikit hari lagi menghajar Afriadi, untung saja Pak Kades menangkis serangan warga itu.

"BERHENTIII !!!," teriak Pak Kades urat tegangnya kelihatan, "kita dengarkan penjelasan dari mereka, jangan sibuk dengan mulut kalian saja."

"Kecelakaan? Maksudnya?," tanya Pak Imam.

"Kami dibegal Pak..." Afriadi menjelaskan semua kejadian yang mereka alami bebrapa jam lalu Pak Kades, Pak imam, Pak RW, dan waraga yang berpengaruh di desa mendengarkan penjelasan Afriadi.

Warga desa terdiam mengangguk, tapi sebagian dari mereka tidak percaya menganggap itu hahya sebuah alasan.

"Alah... Bohong itu, alasan saja. Bilang saja mau kabur dari tanggung jawab, kecelakaan kecelakaan. Banyak sekali Afriadi kau." Pak Hansip menghardik mereka.

"Hukum mereka." sorak warga suara merrka riuh sekampung.

"Astaghfirullah. Pak Bu kami tidak akan melakukan perbuatan yang keji seperti itu." ucap Latika nada suaranya menaik.

Ibu-ibu yang berada dekat dengan Latika, membalas Latika dengan perkataan yang terlalu.

"Alah sok alim lo..."

"Sok suci lo, padahal penzina."

"Penzina hukum mereka berdua."

"Pakai jilbab hanya untuk menyembunyikan kebusukan saja."

"Merusak nama baik agama saja, untuk apa kau pakai jilbab jika perbuatan busuk, lebih baik kau buka saja jilbabmu itu."

"Hooo..."

"Dasar wanita busuk."

Mulut para Ibu Ibu itu sangat tajam, perkataan mereka menusuk sekali.

"Hooo... Hukum mereka," sorank warga desa.

"Tenang Bapak Bapak Ibu Ibu, tenang. Kita selesaikam masalah ini baik-baik jangan pakai emosi," suara lembut Pak imam menenangkan warga yang memanas tadi.

"Pak, mau diselesaikan baik-baik bagaimana? Sedangkan saya melihat dengan mata kepala saya, mereka melakukan zina." bantah Pak Hansip di depan Pak Imam menunjuk kedua matanya, ia terlihat gagah, yakin dengan apa yang ia lihat.

"Tidak Pak, kami tidak melakukan itu, " Latika menangis air matanya membasahi pipinya.

"Pak, saya dan warga di sini melihat mereka berdua peluk-pelukan di tanah dan parahnya lagi mereka melakukan itu, Pak..." Pak Hansip mengatakan apa yang ia lihat di tambah dengan bumbu-bumbu ceritanya, "Betul tidak !!!," teriak Pak Hansip meninta suara dari warga.

"Betul..."

"Betul..."

"Betul..."

Sahut para warga, suara mereka mengguncang balai desa.

"Kami melihat sendiri mereka melalukannya Pak," ucap salah seorang warga yang ikut mempergoki Latika dan Afriadi bersama Pak Hansip.

"Bohong Pak, kami tidak melakukan itu," bantah Latika.

"Hey! Kau, apa kau sadar saat dia melakukannya, sedangkan kau saja pingsan. Bagaimana kau bisa tahu? Kami sendiri yang melihat dia melakukannya." Pak Hansip membentak Latika.

Tubuh Latika gemetar, perkataan Pak Hansip ada benarnya juga.

'Saat itu aku sedang pingsan, tapi Bapak jatuh pingsan lebih dulu, bisa saja dia sadar saat aku pingsan dan dia benar melakukannya' pikir Latika.

Latika melangkah mundur dari Afriadi.

"Latika, aku tidak melakukan itu padamu , percayalah padaku Latika," ucap Afriadi meyakinkan Latika.

"Kenapa kau baru meyadari sesuatu, baru sadar," ucap Pak Hansip penuh percaya diri.

Latika ingat kalau tadi bajunya terbuka dan Afriadi menindihnya, Latika menatap Afriadi tidak percaya.

"Astaghfirullah, Latika. Jangan percaya perkataan mereka, mereka bohong." Afriadi mecengkram bahu Latika mengharap ia percaya kepadanya, namun nyatanya Latika menggeleng tidak percaya, Afriadi melepas cengkramannya dari bahu Latika.

"Pak, Bapak lihatkan wanita itu saja sadar." Pak Hansip menunjuk Latika.

"Pak, percaya sama saya Pak, saya tidak melakukannya." Afriadi menghadap Pak Kades.

"Pak, lihat Pak pakaian mereka berantakan sekali, kotor, lihat si wanita kancing bajunya saja pada hilangan pasti di paksa buka oleh dia, mana ada kecelakaan seperti itu." Pak Hansip memperkuat argumennya.

"Iya juga ya." warga yang berpengaruh mengangguk merasa perkataan Pak Hansip ada benarnya juga, Pak Imam tidak sepenuhnya percaya.

"Wah... Berarti benar itu."

"Hooo..."

"Hukum mereka..."

"Hukum mereka..."

"Hukum mereka..."

Para warga kembali ribut.

"Hiiiss... Diaaam!!! Dari tadi teriak minta hukum mereka-minta hukum mereka-minta hukum mereka. Emangnya kalian mau menghukuk mereka bagaimana? Kalian pikir ini arab, disini aceh mau menghukum mereka dengan di rajam, kalian mau dera di cambuk lalu di asingkan gitu. Hey!!! Negara kita negara hukum..." Pak Kades marah, semua warga menciut tidak berani membuka mulut.

"Tenang Pak. Beucap Pak, Astaghfirullah halazim." Pak Imam menenangkan Pak Kades mengusap-usap punggungnya.

"Begini saja, para warga lainnya silahkan pulang ke rumah masing-masing, dan warga yang melihat kejadian itu tetap di sini." Pak Rawi salah orang yang disegani di desa turun tangan mengusir warga, walaupun diusir hanya sebahagian yang pergi sambil bersorak dan sebahagianlainnya tetap di sana melihat.

Latika Afriadi dan para saksi di bawa masuk ke dalam Balai Desa, kebetulan juga di luar hujan turun.

"Siapa yang melihat kejadian itu dengan jelas? Bagaimana ceritanya? Bagaimana ia melakukannya?," tanya Pak Imam.

"Saya Pak." Pak Hansip mengangkat tangan maju menghadap Pak Imam, "Saya dan warga lainnya melihat dengan jelas Pak, kejadian itu. Awalnya kami meronda seperti biasa berpencar saya di temani dengan Mas Asep, tidak lama kami keliling-keliling-keliling-keliling ketika kami sampai di ujing desa kami mendengar teriakan perempuan, Pak. Kami terkejut, langsung saja Mas Asep memukul kentongan memanggil yang lainnya ... Kami mencari-cari suapa teriakan yang menghilang, sekian lama kami mencari, akhirnya kami menemukan mereka di dalam semak melakukan itu, Pak.

Begini Pak... Begini Pak... Begini lagi Pak... Terus begini Pak..." Pak Hansip menjelaskan sambil meperagakan, dibenarkan warga yang menjadi saksi. Tentu saja cerita itu sudah di tambah bumbu-bumbu cerita.

"Bohong Pak..." Afriadi membantah apa yang dikatakan Pak Hansip, "Itu semua bohong saya tidak terima dituduh seperti ini, saya mau panggil pengecara. Saya terima dituduh seperti ini."

"Pengecara... Kau takut kejahatanmu terbongkar gitu, kau tidak mau nama baikmu rusak, orang sepertimu ini hanya bisa seperti itu mengandalkan pengacara, berlindung dibalik mereka, orang lemah seperti kau ini hanya mengandalkan harta kekayaan mengancam kami dengan yang lemah ini dengan itu. Sungguh aku tidak takut dengan itu..." Pak Hansip menantang Afriadi.

"Kau-" emosi Afriadi bergejolak, matanya tajam menatap Pak Hansip.

Pak RW memotong perkataan Afriadi, "Tuan, tenang dulu. Anda sekarang diam dulu kami ingin mendengarkan penjelasan dari mereka."

"Saya tidak terima Pak, saya ingin masalah ini diselesaikan di kantor polisi." nada suara Afriadi meninggi.

"Enak saja kau, kau yang membuat masalah didesa kami, selesaikan dengan kami. Urusan polisi itu nanti." Pak Hansip memancing Afriadi, "Orang sepertimu memiliki otak yang bulus, kotor."

Afriadi mengepal erat tangannya bersiap kapan saja untuk menyeranga, karena emosi Afriadi di pancing-pancing terus, hasilnya tampa memberi kode lagi Afriadi menyerang Pak Hansip, ia bergerak cepat tiba-tiba saja kepalan jambu sudah ada di depan muka Pak Hansip, Pak Hansip yang kaget teriak seperti wanita, hampir saja kepalan jambu itu menghantam wajah Pak Hansip untungnya saja warga terlebih dahulu menghentikannya.

"Tuan, anda bisa tenang tidak!." Pak RW mebentak Afriadi.

Wajah Afriadi tergambar ganas, menatap tajam Pak Hansip, "Kau ingat ini baik-baik. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat 23 ‘sesungguhnya orang yang menuduh wanita baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan di akhirat dan bagi mereka azab yang besar.’

Pelaku Qa'zaf menurut Al-Qur'an tergolong orang yang fasik dan kesaksiannya tidak boleh diterima selamanya." nada suara Afriadi gemetar, lantang disertai keadaan di luar sana langit mengeluarkan cahaya kilat dan guntur semakin menjadi.

Semua warga yang ada di sana terdiam, perkataan Afriadi menusuk tajam sampai ketulang.

"Alaaah, jangan bawa-bawa Al-Qur'an, sok paham sekali kau dengan Al-Qur'an padahal penzina, jangan mekotori Al-Qur'an dengan mulutmu." ucap Pak Hansip, tidak takut sama sekali dengan apa yang di ucapkan Afriadi.

Afriadi kembali diam, ia tidak mau beradu mulut dengan dia, takutnya situasi semakin parah, percuma juga melawan orang seperti itu.

Pak Hansip menjelaskan kembali semua kejadian yang ia lihat, dan ketika diminta kejelasan dengan para warga yang menjadi saksi juga menceritakan hal yang serupa.

Malam yang dingin menjadi panas, panas sekali warga yang berada di luar terus bertambah menjadi ramai lagi, padahal sudah diusir. Salah satu waraga yang jahil membuka pintu, mengintip isi dalam dalai desa, warga lainnya yang ikut-ikutan penasaran saling berebutan ingin mengintip, karena saling dorong mendorong, akhirnya pintu terbuka lebar sehingga para warga terjatuh, penghuni Balai Desa terkejut melihat itu. Pak Kades menatap tajam mata warga sudah paham dengan sifat warganya itu, para warga hanya bisa tersenyum bengkit ketika ingin menutup kembali pintu, namun naas pintunya rusak hasilnya pintu Balai Desa tidak di tutup, warga yang ada diluar bisa melihat keadaan di dalam sana, mereka asik sekali seperti menonton drama.

Hujan turun membasahi desa, dingin dan sajuk, Afriadi melihat Latika kedinginan diselimuti rasa ketakutan, membuka jasnya memasangkannya kepada Latika, Afriadi menenagkannya, "Tenanglah jangan takut, kalau kita tidak bersalah Insaallah tidak akan terjadi apa-apa, yakinlah Allah selau melindingi hambanya."

"Hiks... Hiks... Hiks... Tapi, Pak aku takut." nada suara Latika bergetar.

"Tidak apa, jangan takut Allah selalu melindungi hambanya," ucapan Afriadi mebuat Latika sedikit temang.

Warga yang berada luar maupun yang ada di dalam melihat mereka berdua.

"Lihat mereka masih saja mesra-mesaraan...."

"... Tidak tahu malu."

"Sedangkan di sini saja seperti itu..."

"Wah, tidak salah lagi ini, berarti yang dikatakan Pak Hansip benar..."

"Iya... Iya..."

Bisik-bisik warga.

Terpopuler

Comments

Wiwin Inarah

Wiwin Inarah

pusing ,,,, bisaaaaannn ,,
sebener y seru to bertele-tele

2021-10-15

0

Hajra Joll

Hajra Joll

terlalu bertele-tele, jadi malas bacanya. ..👎👎👎👎👎👎

2021-03-08

1

Nanie Effendie

Nanie Effendie

wkt pemilian hansip aku ga dateng lho..aku golput ya 🤣🤣

2021-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Sebelum kejadian ini...
2 Aula
3 Aula 2
4 Dia
5 Hancur
6 Terlambat
7 Guru MTK
8 Pertanyaan
9 Penawaran
10 Jemput
11 Awal kejadian itu
12 Awal kejadian itu 2
13 Kejadian itu
14 Kejadian itu 2
15 Nikah
16 Tidak mungkin
17 Kesedihan
18 Viral
19 Viral 2
20 Salah Kamar
21 Tak masuk sekolah
22 Rapat
23 Sholat
24 Kebenaran terungkap
25 Disuapi
26 Tamu
27 Keputusan
28 Tersedak
29 Hamil atau tidak
30 Hamil atau tidak 2
31 Angkot
32 Ponsel
33 Sabuk pengaman
34 Kost
35 Tradisi
36 Viral 3
37 Viral 4
38 Pesan
39 Ideal
40 5 Tahun yang Lalu
41 5 Tahun yang Lalu 2
42 Foto
43 Hantu di Sekolah
44 Hantu di Sekolah 2
45 Hantu di Sekolah 3
46 Sejarah
47 Jatuh
48 Belajar
49 Hari Minggu
50 Masak
51 Rencana
52 Mall
53 Mall 2
54 Mall 3
55 Mall 4
56 Taman.
57 Bakso
58 Murid Baru
59 Murid Baru 2
60 Pertama Kali Bertengkar
61 Damai
62 Mimpi
63 Rencana Batal
64 Silat
65 Berebut
66 Drama
67 Rayu
68 Wajah merah
69 Kecoa
70 Latihan
71 Pementasan Drama
72 Bertepuk Sebelah Tangan
73 Bertepuk Sebelah Tangan 2
74 Latika Menghilang
75 Keputusan Latika
76 Hari-hari yang buruk
77 Coretan
78 Baikan dengan Hadi
79 Kenangan Hadi bersama Kina.
80 Salah Kamar 2
81 Jangan pergi
82 Viana
83 Tamu
84 Tersentuh
85 Oppa
86 Berbahaya
87 Hujan oh Hujan
88 No
89 Afriadi Sakit
90 Afriadi Sakit 2
91 Afriadi Sakit 3
92 Afriadi Sakit 4
93 Ayolah damai ^^
94 Kebenaran Terungkap.
95 Maaf Latika
96 Cieee.. Baikan
97 Ulang Tahun Lily
98 Ulang Tahun Lily 2
99 Ulang Tahun Lily 3
100 Ulang Tahun Lily 4
101 Mas Nandi
102 Akui Viana
103 Akui Viana 2
104 Akui Viana 3
105 Jamu
106 Rasa Cemburu
107 Persiapan Ujian
108 Ujian
109 Ketahuan Contekan
110 Pelajaran Untuk Latika
111 Klas Meteing
112 Hadiah
113 Pesta pernikahan Viana dan Nandi
114 Pesta Pernikahan Viana dan Nandi
115 Taruhan
116 Sisa liburan
117 Kembali Masuk
118 Rahasia Bocor
119 Kencan
120 Usai sudah
121 Lembar baru akan dimulai
122 Hidup yang baru
123 Mau Kuliah?
124 Arisan
125 Tes masuk Kuliah Kedokteran
126 Belajar Main Motor
127 Rasa Bersalah
128 Rindu atau Kesepian
129 Kuliah
130 Kapan Nikah Sam?
131 Gak Fokus
132 Teman Baru
133 Brian
134 Kucing Tercinta
135 Resiko Punya Istri Calon Dokter
136 Keluarga Cacan Datang Berkunjung
137 Anak!
138 KB
139 Maaf
140 Rabun
141 Baim hilang
142 Baim Hilang 2
143 Selamat Jalan Baim
144 Tersangka
145 Razia
146 Dedek
147 By By Sakira
148 Kabar gembira
149 Arba mustamir
150 Kejadian Berdarah
151 Rumah Sakit
152 Rumah Sakit 2
153 La tahzan innallaha ma’ana
154 Afriadi vs Wilona
155 Trauma
156 Ciee... Senyum senyum
157 Kejutan
158 Saranghae
159 Hobi baru
160 Kampung Halaman
161 kampung halaman 2
162 Kampung Halaman 3
163 Godaan untuk Sari
164 Sedih kali
165 pengumuman
166 Beby
167 tadaaa cerita baru
168 GIVEAWAY
Episodes

Updated 168 Episodes

1
Sebelum kejadian ini...
2
Aula
3
Aula 2
4
Dia
5
Hancur
6
Terlambat
7
Guru MTK
8
Pertanyaan
9
Penawaran
10
Jemput
11
Awal kejadian itu
12
Awal kejadian itu 2
13
Kejadian itu
14
Kejadian itu 2
15
Nikah
16
Tidak mungkin
17
Kesedihan
18
Viral
19
Viral 2
20
Salah Kamar
21
Tak masuk sekolah
22
Rapat
23
Sholat
24
Kebenaran terungkap
25
Disuapi
26
Tamu
27
Keputusan
28
Tersedak
29
Hamil atau tidak
30
Hamil atau tidak 2
31
Angkot
32
Ponsel
33
Sabuk pengaman
34
Kost
35
Tradisi
36
Viral 3
37
Viral 4
38
Pesan
39
Ideal
40
5 Tahun yang Lalu
41
5 Tahun yang Lalu 2
42
Foto
43
Hantu di Sekolah
44
Hantu di Sekolah 2
45
Hantu di Sekolah 3
46
Sejarah
47
Jatuh
48
Belajar
49
Hari Minggu
50
Masak
51
Rencana
52
Mall
53
Mall 2
54
Mall 3
55
Mall 4
56
Taman.
57
Bakso
58
Murid Baru
59
Murid Baru 2
60
Pertama Kali Bertengkar
61
Damai
62
Mimpi
63
Rencana Batal
64
Silat
65
Berebut
66
Drama
67
Rayu
68
Wajah merah
69
Kecoa
70
Latihan
71
Pementasan Drama
72
Bertepuk Sebelah Tangan
73
Bertepuk Sebelah Tangan 2
74
Latika Menghilang
75
Keputusan Latika
76
Hari-hari yang buruk
77
Coretan
78
Baikan dengan Hadi
79
Kenangan Hadi bersama Kina.
80
Salah Kamar 2
81
Jangan pergi
82
Viana
83
Tamu
84
Tersentuh
85
Oppa
86
Berbahaya
87
Hujan oh Hujan
88
No
89
Afriadi Sakit
90
Afriadi Sakit 2
91
Afriadi Sakit 3
92
Afriadi Sakit 4
93
Ayolah damai ^^
94
Kebenaran Terungkap.
95
Maaf Latika
96
Cieee.. Baikan
97
Ulang Tahun Lily
98
Ulang Tahun Lily 2
99
Ulang Tahun Lily 3
100
Ulang Tahun Lily 4
101
Mas Nandi
102
Akui Viana
103
Akui Viana 2
104
Akui Viana 3
105
Jamu
106
Rasa Cemburu
107
Persiapan Ujian
108
Ujian
109
Ketahuan Contekan
110
Pelajaran Untuk Latika
111
Klas Meteing
112
Hadiah
113
Pesta pernikahan Viana dan Nandi
114
Pesta Pernikahan Viana dan Nandi
115
Taruhan
116
Sisa liburan
117
Kembali Masuk
118
Rahasia Bocor
119
Kencan
120
Usai sudah
121
Lembar baru akan dimulai
122
Hidup yang baru
123
Mau Kuliah?
124
Arisan
125
Tes masuk Kuliah Kedokteran
126
Belajar Main Motor
127
Rasa Bersalah
128
Rindu atau Kesepian
129
Kuliah
130
Kapan Nikah Sam?
131
Gak Fokus
132
Teman Baru
133
Brian
134
Kucing Tercinta
135
Resiko Punya Istri Calon Dokter
136
Keluarga Cacan Datang Berkunjung
137
Anak!
138
KB
139
Maaf
140
Rabun
141
Baim hilang
142
Baim Hilang 2
143
Selamat Jalan Baim
144
Tersangka
145
Razia
146
Dedek
147
By By Sakira
148
Kabar gembira
149
Arba mustamir
150
Kejadian Berdarah
151
Rumah Sakit
152
Rumah Sakit 2
153
La tahzan innallaha ma’ana
154
Afriadi vs Wilona
155
Trauma
156
Ciee... Senyum senyum
157
Kejutan
158
Saranghae
159
Hobi baru
160
Kampung Halaman
161
kampung halaman 2
162
Kampung Halaman 3
163
Godaan untuk Sari
164
Sedih kali
165
pengumuman
166
Beby
167
tadaaa cerita baru
168
GIVEAWAY

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!