**CHAPTER 4
Hari Festival**?
Setelah kejadian malam kemarin, Indi tak pernah bisa berkonsentrasi pada hari festival. Perkataan gadis kecil itu seolah menghipnotisnya. Setelah bersiap-siap di kamarnya Indi turun ke lantai bawah.
Di lihatnya Fanny dan gang hantunya, mereka menatapnya sinis, sama seperti hari-hari biasa. Untungnya hari itu mereka juga disibukkan dengan segala perampungan festival yang akan dimulai sore nanti.
Catherine menjelaskan akan ada lima acara utama dari festival. Pertama pameran penemuan, yang umumnya hanya diikuti oleh anak-anak Cerebellum. Beberapa anak dari asrama lain juga sering berpartisipasi, hanya saja penemuan mereka selalu kalah.
Kedua adalah kontes seni. Kebanyakan anak indigo lahir dengan bakat seni alami. Pada acara ini semua hasil karya seni, maupun tampilan-tampilan yang berkaitan dengan seni akan dipertunjukkan.
Ketiga pameran bakat, yang kata Catherine mirip dengan fashion show hanya saja ditambah dengan menunjukkan bakat. Keempat ajang olahraga yang tahun lalu dimenangkan oleh anak-anak Tempus.
Terakhir adalah babak penentu dari semuanya, permainan Indigofera yang wajib diikuti semua penghuni asrama UCI.
“Ingat kau harus focus, kita akan memenangkan festival tahun ini.” Kata Catherine mantap.
“Apa kau yakin? Meskipun dengan kemampuan kalian yang lebih dari satu, tapi jumlah penghuni asrama elementum adalah yang paling sedikit. Bagaimana kau bisa begitu yakin kalau kita akan menang?” Tanya Indi pesimis.
Catherine lalu menatap Indi penuh harap, “Karena kita memilikimu.”
\*\*
Pagi itu hari festival tiba. Panggung dibangun di depan mansion utama. Indi menatap pernak-pernik panggung itu. Semuanya dihiasi oleh karangan bunga, patung tengkorak, dan foto-foto hitam putih. Lengkap dengan wewangian kematian.
Indi tidak terkejut sama sekali, melihat yang mendekor adalah para hantu. Stan-stan berdiri di sekitar panggung, mulai dari stan seni, maupun penemuan-penemuan.
Beberapa anak cerebellum menunjukkan penemuan mereka.
Indi melihat-lihat beberapa penemuan yang aneh, diantaranya kacamata pendeteksi hantu, alat makan otomatis, hingga mesin pembaca pikiran. Sementara di stan-stan seni Indi melihat lukisan yang sama sekali tak dimengertinya.
Salah satu lukisan menarik perhatian Indi. Di lukisan itu, Indi melihat kobaran api yang tampak benar-benar hidup. Selama menetap di UCI Indi tahu kalau beberapa anak tempus menuangkan ramalannya lewat lukisan. Hal itu menarik perhatian Indi pada pameran lukisan hari itu.
“Hei, apa kau tertarik dengan lukisanku?” Tanya seorang lelaki jakung, dari balik lukisan itu.
“Lukisanmu luar biasa, bagaimana caramu membuat lukisan ini tampak hidup?”
Lelaki itu mengangkat kedua bahunya, “Aku tak tahu, tak ada trik khusus. Setiap kali aku melukis, aku menvisualisasi mimpiku, dan menuangkannya di sebah kanva lukis,” terang lelaki berambut keriting itu.
Indi kembali memerhatikan lukisan itu. Ekspresinya lalu berubah. Ia tampak pucat dengan apa yang dilihatnya.
“Bukankah gedung dibalik api itu adalah salah satu gedung di UCI?” Tanya Indi.
Lelaki itu mengangguk sambil tersenyum. Ekspresinya tampak biasa saja bagi seorang Indigo yang melukis gedung UCI yang dilahap api.
“Apa itu berarti-“
“Tentu saja tidak,” jawab lelaki itu terkekeh, “Mungkin ia kalau aku adalah anak tempus, tetapi aku bukan. Aku dari asrama interiorem. Hanya lukisan mereka yang dari tempus yang dapat meramalkan sesuatu.”
Indi menghembuskan nafas lega. Ia hendak bertanya lebih tentang lukisan itu, ketika seseorang menariknya.
“Kau dari mana saja? Kita harus bersiap-siap, tak ada waktu untuk keluyuran,” kata Catherine, yang hari itu menggunakan jaket parka berwarna biru dongker. Rambut bergelombangnya dibiarkannya terurai.
“Tapi-“
“Nggak ada tapi-tapi, intinya kita harus focus untuk memenangkan pertandingan terakhir!” sela Catherine.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Derza
kayak Harry Potter lah...
2021-08-14
0
Queen of love 💕
jadi berasa kek hunger games yak
2020-10-11
0