Oke Indi menolak fakta bahwa Lisa adalah anak sombong seperti perkataan Jeannet, si hantu cilik. Gadis itu sangat amat ramah. Ia bahkan terlalu sempurna untuk tolak ukur gadis normal.
Kedua perempuan itu tampaknya menikmati acara tour singkat mereka. Mereka melewati lapangan sepak bola, atau mungkin pikiran bola, yang Indi lihat para pemain tak harus bersusah payah berlari dan saling berebut bola. Mereka hanya diam di posisi masing-masing dan bola melayang-layang kesana kemari.
Beberapa anak menatap Indi. Seseorang bahkan menunjuknya dan berbisik pada teman lainnya sambil memerhatikan Indi. Indi tampaknya sudah terbiasa dengan hal itu. Setiap pindah sekolah kejadian yang sama pasti akan ia alami.
Anak\-anak di tempat itu berlalu lalang, Indi memerhatikan bahwa beberapa anak bahkan mungkin jauh lebih tua darinya. Menurut Lisa, mereka adalah penghuni lama dari tempat ini yang tak kunjung mampu untuk hidup di dunia luar.
"Hmmm, sebenarnya aku ingin menanyakan ini dari awal aku tiba di tempat ini, dimana aku bisa mendapatkan gawaiku?" tanya Indi berhati\-hati.
"Owh, hal itu, aku lupa memberitahumu. Penggunaan gawai dapat membuat anak\-anak indigo mudah dilacak oleh The Sanctus karena itu, aturan di tempat ini hanya mereka yang dari cerebellum yang menggunakannya,"
Sebelum Indi sempat bertanya mengapa, "Karena mereka membuat gawainya sendiri, beberapa dari mereka sangat cerdas sehingga mampu menciptakan gawai yang jaringannya tidak terkoneksi dengan jaringan manusia pada umumnya."
Masuk akal batin Indi. Mereka melintasi ladang perkebunan, yang sangat menarik perhatian Indi. Kata Lisa di UCI beberapa tempat sengaja dibuat untuk jadi lahan uang, salah satunya adalah ladang perkebunan. Dikarenakan jumlah anak-anak Indigo yang setiap harinya bertambah, jadi mereka menutup pengeluaran dengan cara itu.
Indi mengamati beberapa anak memanen sayur-sayuran, juga buah-buahan dari ladang itu. Indi bertanya-tanya dimana gerangan si hantu cilik Jeannet. Sepertinya ia benar-benar membenci Lisa.
"Dia sedang dihukum," jelas Lisa, setelah membaca pikiran Indi kesekian kalinya.
"Apa maksudmu? Dia hantu yang baik,"
Lisa menghela nafas. Dia lalu menyisipkan rambut ke atas telinganya. "Semua hantu yang ada di sini memiliki tugas dan tanggung jawab masing\-masing. Mereka harus melakukan setiap tugasnya sebagai bayaran menetap di tempat ini. Beberapa dari mereka bahkan dikirim keluar untuk mencari anak\-anak Indigo lainnya. Tapi, Jeannet, ia selalu bermain\-main dengan tugasnya. Bukannya membantu untuk membawa anak Indigo ke tempat ini, ia malah bermain\-main dan kesana\-kemari, bahkan berdasarkan kasus yang kudengar, ia lebih sering merasuki indigo ataupun manusia lain untuk kesenangannya."
"Apa yang akan terjadi dengannya saat dia dihukum?"
"Aku tak pernah tau, tetua hantu yang akan menghukumnya. Kita tak pernah tau dengan apa yang akan terjadi dengan mereka."
Saat berjalan, Indi melihat satu area yang selalu dibencinya sejak ia kecil. Area pekuburan. Melihat tempat itu, mengingatkannya pada ibunya.
"Lisa," kata Indi. "Apakah tak ada Indigo yang bisa membawa seseorang kembali dari kematian?"
Raut Lisa menggelap. Jelas kalau ia menyembunyikan sesuatu. Lisa menghela nafas panjang.
"Indi, aku tahu kau berduka. Dan aku tahu bahwa aku tidak boleh mengatakan ini. Tapi aku harus, kau harus move on dan berlapang dada. Tidak ada orang yang dapat membangkitkan orang yang sudah mati. Kalaupun roh orang mati dapat dipanggil kembali, mereka tak lagi sama seperti saat mereka hidup!" tegas Lisa, yang membuat Indi terdiam.
"Aku minta maaf, ayo kita pergi ke asrama." kata Lisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments