Guardians : Legend Of Leo
Ashura, Makhluk Kuno yang muncul secara misterius dan memiliki wujud yang menyerupai hewan pemangsa seperti serigala, beruang, macan, singa, dan pemangsa lainnya.
Ashura memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan kecerdasan yang tinggi dibanding dengan hewan pada umumnya.
Dengan kekuatan yang besar bersamanya Ashura membawa kehancuran pada apa yang ada disekelilingnya.
Berabad-abad Ashura membawa kehancuran pada umat manusia dan menyebabkan kesengsaraan yang berkepanjangan, dengan korban yang tak terhitung jumlahnya, membuat nama Ashura ditakuti oleh banyak orang.
Sampai akhirnya muncul orang-orang yang bisa melawan mereka dan menjaga perdamaian pada wilayah dimana mereka ada untuk mempertahankan wilayah tersebut.
Orang-orang ini kemudian disebut Guardians penjaga umat manusia, lambang kedamaian dan keberanian umat manusia. Harapan terakhir umat manusia melawan kepunahannya.
~•~
Di suatu hutan terlarang area pinggir kota Sodcha, terlihat sepasang pemuda-pemudi berlari secepat mungkin dengan nafas yang memburu.
Terlihat seorang gadis dengan rambut panjang berwarna hitam, sedang berlari bersama seorang pemuda yang memiliki paras yang cukup tampan.
Dengan rambut berwarna coklat yang sedikit lebih mencolok, mata berwarna hijau terang, dan tatapan yang sedikit kelam, keduanya nampak terburu-buru menghindari sesuatu yang ada di belakangnya.
Napas gadis itu terdengar mulai terputus-putus, "Leo tunggu ... " gadis itu berkata sambil berusaha tetap berlari bersama pemuda di depannya.
Napasnya sudah tak beraturan dan tubuhnya terlalu lelah setelah berlari sekuat tenaga tanpa henti.
Ia tak bisa berhenti karena tangannya digenggam erat oleh sang pemuda, dan ada alasan lain mengapa mereka sampai harus berlari secepat mungkin dibelakangnya.
"Leo!" Napas gadis itu semakin tersengal, "Aku sudah tidak kuat lagi..." Gadis itu melepaskan genggaman tangannya.
"Ayolah Rose! Mereka sudah dekat. Baiklah kalau begitu naiklah kepundakku cepat!" Ucap Leo sebelum memalingkan wajahnya ke arah Rose.
Mereka adalah Rose dan Leo sepasang kekasih yang kebetulan sedang berlatih di hutan itu.
Keduanya adalah murid dari seorang mantan Jenderal dari Pasukan Kerajaan, keduanya juga memiliki bakat unik masing masing dalam bela diri pertempuran.
"Umm... Baik!" Rose bergegas naik ke punggung Leo saat pemuda itu menundukkan tubuhnya.
Rose bisa melihat kalau sebenarnya Leo juga sudah kelelahan sama sepertinya tetapi ia terus menutupinya dengan senyum ringan di wajahnya.
"Baiklah kalau begitu pegangan yang erat! Kita akan melewati jalan yang panjang!"
"Iya, cepatlah Leo mereka sudah dekat!"
Leo berlari sekuat tenaganya, menjauhi makhluk yang semakin dekat dengan mereka. Nafasnya memburu, keadaannya tak jauh berbeda dengan Rose yang saat ini berada di punggungnya.
"Sial pandanganku mulai memudar! Aku tak boleh jatuh disini, setidaknya sampai Rose berada ditempat yang aman" Leo mengalihkan pandangannya ke arah Rose.
Selang beberapa saat kemudian, tubuh Leo tak sanggup menuruti keinginannya, mereka terjatuh hanya beberapa ratus meter dari makhluk yang mengejar mereka.
"Rose, apa kau tak apa?! Sepertinya kita tak bisa kemana-mana lagi. Kita sudah terkepung."
Rose hanya melihat Leo dengan tatapan bersalah, andaikan ia tak memperlambat Leo mungkin keadaan mereka tidak akan jadi seperti sekarang, setidaknya untuk Leo.
"Rose? Hei jawablah! Kita tidak boleh diam saja."
Rose meneteskan air matanya, ia tak menduga latihan mereka yang seharusnya tak berbahaya akan menjadi seperti sekarang, seharusnya bagian tepi Hutan Terlarang tidak dihuni banyak Ashura tipe Beast, tetapi entah kenapa sekarang mereka malah dikejar-kejar oleh lusinan Ashura tersebut.
Lusinan Ashura tersebut dengan cepat mengelilingi mereka, tidak memberi jalan keluar sedikitpun untuk mereka.
Leo mengeluarkan pedangnya bersiap menyerang Ashura yang hendak menyerang mereka.
Ashura tipe Beast yang mereka lawan menyerupai serigala, dengan taring besar dan mata merah menyala, para Ashura itu nampak bersiap untuk menerjang Leo dan Rose yang sudah kelelahan dan tidak dalam kondisi prima untuk bertarung.
Satu Ashura memulai pergerakan dengan melompat menyerang Leo, dengan cepat Leo mengayunkan pedangnya ke arah Ashura itu.
"Sial, rasakan ini!" Pusaran api berputar menyerupai bulan sabit setelah Leo menebas Ashura itu dengan pedangnya.
Hanya dengan satu serangan kepala Ashura itu sudah terpisah dari tubuhnya dan perlahan terbakar menjadi abu.
Melihat rekannya tewas dalam satu serangan, Ashura yang lain mencoba menyerang dengan jumlah untuk melemahkan tenaga Leo yang memang sudah hampir pada batasnya.
Satu per satu Ashura menerjang Leo, memaksa Leo menebas mereka dengan berbagai serangan yang terlihat seperti tarian berapi dan membara.
Satu demi satu mayat Ashura berjatuhan, tetapi tidak ada tanda-tanda para makhluk itu akan menyerah.
Setelah lebih dari dua puluh ekor Ashura menerjang Leo, pemuda itu kehilangan keseimbangannya dan menggunakan pedangnya untuk menopang tubuhnya yang sudah tak sanggup lagi berdiri.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini para Ashura dengan cepat mencoba menerjang Leo dari berbagai arah.
Melihat hal ini Rose berdiri dan menggunakan tenaganya yang tersisa untuk membantu Leo, Rose sudah memperkirakan hal ini sehingga ia memutuskan untuk menghemat dan mengisi kembali tenaganya,
Agar saat Leo sudah benar-benar kehabisan tenaga, ia bisa melindungi Leo dengan sisa kekuatannya.
"Kalian mencoba menyakitinya? Lewati dulu pedangku!" Rose menebaskan pedangnya,
Tebasan Rose menghasilkan energi angin tajam yang sangat tipis, berbeda dengan Leo yang gerakannya tajam dan tegas, setiap gerakan Rose sangat halus dan lembut, sehingga terlihat seperti seseorang yang sedang menari dikelilingi mawar yang indah.
Para Ashura tidak berhenti menyerang Rose sampai akhirnya gadis itu mulai kehilangan keseimbangannya karena tenaga yang ada ditubuhnya sudah hampir habis.
Melihat Rose sudah hampir kehabisan seluruh tenaganya, Leo kembali berdiri dan mengayunkan pedangnya.
"Hmph!" Leo mendengus saat mengayunkan pedangnya. Setelah beristirahat sejenak, tenaganya sedikit terisi dan membuatnya bisa mengayunkan pedangnya sekali lagi.
Sembari terus menyerang lawan-lawannya dengan cepat, Leo akhirnya mengambil kuda-kuda bersiap.
Ia mengarahkan pedangnya ke depan, seraya menatap tajam Ashura-Ashura di depannya.
"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi apa boleh buat, kalian memaksaku." Bola api besar tercipta di ujung pedang Leo, Bola api itu semakin membesar menyerupai matahari yang panas dan membara, membakar apa saja yang ada dalam area serangannya.
"Biar kubantu!" Rose juga mengambil posisi serupa dan mengumpulkan semacam cahaya di ujung pedangnya.
Cahaya itu berubah perlahan menjadi pusaran angin yang membantu penyebaran serangan bola api Leo, setelah keduanya bersatu pusaran angin Rose menyerap api dari bola api milik Leo yang berada di tengah pusaran tersebut sehingga membakar apapun yang dilewati oleh api tersebut.
Dalam sekejap, tidak ada serigala lagi yang terlihat.
"Sepertinya hari ini hari keberuntungan kita" Leo menjatuhkan pedangnya karena kehabisan tenaga.
Rose juga kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh jika tak ada Leo yang menahannya saat itu. sambil tersenyum lega, keduanya kemudian terjatuh bersama-sama.
Mereka berdua memilih beristirahat sebelum kembali ke kota Sodcha.
Tetapi, saat Leo hendak duduk, tiba-tiba seekor Ashura yang jauh lebih besar dari yang mereka hadapi sebelumnya muncul dan langsung melompat ke arah Leo.
Serangannya begitu cepat, sehingga Leo mencoba menahannya dengan pedang miliknya.
Cakar Ashura itu bertemu dengan pedang Leo, menyebabkan suara retakan dan gelombang udara ringan disekitarnya.
Ashura itu melompat mundur, sementara Leo kehilangan keseimbangannya dan terjatuh kebelakang. Leo melihat pedang yang ia genggam, terlihat pedang tersebut telah hancur, menyisakan hanya gagangnya saja.
Melihat Leo sudah tidak bisa menahan serangannya, Ashura itu kembali melompat, Leo yang tidak sempat bereaksi kemudian hanya bisa terdiam.
Waktu seakan berhenti, Leo merasa inilah waktunya. Senyum merekah di wajah sombongnya, mungkin ini benar-benar waktu terakhirnya, setidaknya ia berharap Rose bisa menyelamatkan diri berkat pengorbanannya itu.
Tetapi, itu hanya harapannya. Dalam waktu yang seakan membeku itu, Rose ternyata sudah maju ke hadapan Leo.
"Bresss... " Darah mengalir dari dada Rose, wajahnya menjadi pucat dalam waktu singkat, tubuhnya jatuh setelah menerima serangan yang cukup fatal di bagian dada.
Leo bergegas menangkap tubuh Rose. Napasnya lemah seakan itu bisa menghilang kapan saja, Leo menatap wajah kekasihnya itu.
Rose menjadi semakin pucat, napasnya juga semakin melemah dari waktu ke waktu, sambil menatap wajah Leo, Rose tersenyum hangat pada kekasihnya itu.
"Leo ..." ucap Rose dengan suara lemah, "Jangan... lupakan janji kita..."
Beberapa saat setelahnya, suasana menjadi hening, tidak ada lagi suara tarikan napas yang terdengar dari Rose, Sambil memeluk tubuh Rose, Leo meluapkan emosinya.
Air mata mengalir dari pipi Leo, ia menyesal tidak langsung pergi saat berhasil menghabisi para Ashura yang lebih kecil bersama dengan Rose. Sekarang Rose yang ia sayang telah pergi meninggalkannya bersama dengan harapan mereka.
Suara tangis pemuda itu terdengar menggema diiringi dengan hujan yang mulai turun membasahi bumi.
Tanpa pemuda itu sadari Aura berwarna emas perlahan bersinar dari tubuhnya. Aura ini juga dikenal dengan nama "Aura Kebangkitan" karena Aura ini melambangkan terpilihnya seseorang menjadi seorang Guardians.
Dengan Rose dipelukannya Leo merasa kembali dipenuhi kekuatan yang bahkan jauh melebihi kekuatan sebelumnya
~•~
Ashura yang membunuh Rose tidak langsung melompat saat melihat pilar cahaya emas yang tiba-tiba muncul dari pemuda itu.
Setelah cahaya itu memudar, sosok pemuda itu akhirnya terlihat kembali.
Wajahnya terlihat suram, dengan mata kosong seakan tanpa jiwa. Hanya saja, ada hal lain yang membuat bulu Ashura itu berdiri.
"Rose, kau selalu bilang kita akan membangkitkan Aura Kebangkitan bersama, tapi tampaknya itu sudah tidak mungkin untuk sekarang..."
Kobaran Api perlahan muncul dari tubuh Leo, seakan menentang alam kobaran itu justru semakin membara saat diguyur hujan yang semakin deras turun ke bumi.
Leo melihat ke arah Ashura itu dengan tatapan dingin dan hawa membunuh yang terasa pekat.
Seketika suhu disekitar mereka naik semakin panas walaupun hujan sedang mengguyur deras tanpa henti.
"Ini semua gara-gara kau." Leo menatap Ashura itu dengan dingin.
"Haa... ini menyebalkan." Leo kemudian mengangkan tangannya.
Sebuah bola api kecil muncul di tangannya, panas yang dihasilkan bola api tersebut tidak main-main bahkan mampu menguapkan air hujan yang jatuh secara instan.
merasa dirinya dalam bahaya, Ashura yang sedari tadi berdiam memperhatikan Leo, kini mencoba melarikan diri.
"Setelah semuanya baru sekarang kau ingin pergi? Oi, oi, mana bisa begitu."
Leo melempar bola api itu ke arah Ashura yang berlari secepat mungkin menjauhinya.
Dalam beberapa hitungan detik, bola api itu menembus perut Ashura, dan membesar sampai akhirnya menghasilkan ledakan besar.
Ledakan itu semakin membesar, bahkan menghancurkan hutan disekitar mereka.
Asap mengepul dan api menyala dimana-mana, hanya ada seorang pemuda yang berduduk sembari menatap jasad gadis di sana.
"Ah.. Rose, kurasa aku akan menyusulmu." Senyum penyesalan terlihat di wajahnya. Air matanya menetes bersamaan dengan hujan yang tak kunjung reda.
Cahaya keemasan di tubuhnya menghilang sepenuhnya, bersamaan dengan redupnya cahaya tersebut, suara retakan terdengar entah dari mana di tubuh pemuda itu.
Leo hanya tersenyum sebelum akhirnya terjatuh dan kehilangan kesadaran.
***
Chapter ini telah di revisi selamat membaca ulang chapter ini dan semoga sudah lebih baik daripada versi sebelumnya.
Jangan lupa menekan tombol Like, Fav, dan Komen di Kolom Komentar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
John Singgih
ketika tewasnya sang kekasih menjadi momen bangkitnya kekuatannya
2022-03-27
0
Radin Zakiyah Musbich
crazy up thor....
ijin promo ya 🙏🙏🙏
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍔🍔🍔
kisah cinta beda agama 🥰
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🙏☺️
2020-10-20
0
senja
ikut sedih, betapa menyesalnya dia, bukan pergi tapi istrahat, dan sefatal itu.
ibarat di real, naik mobil berdua, karna ngantuk akhirnya memutuskan utk terus semampunya dan bukan memilih berhenti utk tidur, sekejap mata langsung kecelakaan, hal yg seolah kecil jadi fatal
2020-09-29
0