Afnan menghampiri ibunya yang sedang menunggunya bersama dengan ayahnya.
"Abi dan umi manggil afnan." ucap afnan setelah sampai di hadapan ayah ibunya.
"Iya. Duduklah dulu nak." ucap ibu afnan.
"Jadi begini. Tadi kita minta tolong sama arya buat cari tahu alamat nak eliza. Dan kami sudah dapat alamatnya jadi nanti setelah isya' kita kesana buat mengkhitbahnya." jelas ayah afnan.
"Tapi bi." ucap afnan yang hendak menolak.
"Afnan ingat apa yang sudah kamu melakukan ." ucap ibu afnan mengingatkan afnan.
"Baiklah mi." jawab afnan dengan terpaksa.
Dilain tempat. Eliza dan juga teman temannya sedang berpesta di sebuah klub yang dipenuhi dengan orang orang yang menari nari dengan diiringi lagu yang memekakan telinga.
"Selamat ulang tahun sayang...." ucap eliza pada leon.
"Terima kasih sayang. Oh ya gimana kalau kita bermain..?." tawar leon.
"Main apa..?."tanya eliza.
"Main kartu. Siapa yang kalah dia harus minum satu gelas wine . Gimana..?." usul cika.
"Ok siapa takut." jawab mereka semua.
Merekapun bermain hingga larut malam. "Leon..anterin gue pulang ya."pinta eliza yang sudah mabuk.
Dilain tempat. Paman dan bibi eliza telah tiba di depan rumah eliza. Saat tiba disana, ada afnan dan juga ibu dan ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Eh..ada tamu. lalu eliza nya mana bi. Kok tamunya ditinggal sih." ucap bibi eliza.
"Maaf nya. non eliza tadi pergi sama mas leon." jelas bi inah
Bibi dan paman eliza yang mendengar hal itupun menghela nafas dan meminta maaf terhadap afnan dan kedua orang tuanya.
Dilain tempat. Eliza telah sampai dirumahnya dengan leon yang memapahnya untuk masuk ke dalam rumah.
"Eh..kok rame banget sih. Kalian pesta kok nggak ngajak gue." ucap eliza yang masih terpengaruh oleh alkohol.
"Bik..bik inah..."panggil eliza teriak teriak.
Paman eliza yang melihat hal itu pun segera menghampiri eliza.
"Eliza..apa yang kamu lakukan ini ha... kenapa kamu memakai pakaian kekurangan bahan seperti ini dan juga kau mabuk..? Ini pasti gara gara pria ini kan." ucap paman eliza marah.
"Enak aja gue yang di salahin. Hey pak tua gini ya eliza itu cewek gue jadi dia bisa melakukan apapun yang dia mau dan siapapun yang melarangnya akan berhadapan dengan gue." ucap leon kasar tanpa sopan santun.
"Berani sekali kamu berkata begitu kasar. Lebih baik sekarang kamu angkat kaki dari sini." ucap paman eliza yang semakin tersulut kemarahan dan mengusir leon.
"Ihhh...paman kok ngusir leon sih." ucap eliza menatap tak suka kearah pamannya.
"Leon sayang kamu disini aja ya." ucap eliza dengan senyum manisnya.
"Tidak. Kamu harus pergi dari sini. Dan jangann pernah mencoba untuk mendekati keponakan saya. Pergi...Saya bilang PERGI..sekarang juga dari sini." ucap paman eliza yang masih bersikeras mengusir leon.
"Dan kamu ikut paman." ajak paman eliza menarik paksa eliza untuk masuk kedalam rumah.
"Ihh..paman eliza mau tidur." ucap eliza berusaha melepaskan genggaman pamannya yang begitu kencang di lengannya.
"Pak, bu, nak afnan saya menerima lamarannya." ucap paman eliza. Ia berfikir bahwa inilah satu satunya jalan agar eliza dapat kembali ke jalan yang benar.
"Lamaran...? Paman mau nikah lagi ya..." tanya eliza.
"Diam kamu. paman sudah menerima lamaran nak afnan untuk kamu." jelas paman eliza.
"Apa...nggak..eliza nggak mau. Bibi bilang ke paman kalau eliza cuma mau nikah sama leon bukan sama dia." ucap eliza menolak dengan menunjuk afnan.
"Eliza bersikaplah yang sopan. Dia akan jadi suamimu. Dan kamu tidak bisa menolaknya. Besok kalian akan menikah." Bibi eliza pun angkat bicara.
Sedangkan afnan dan kedua orang tuanya hanya diam dan menyaksikan keributan antara eliza dan pamannya.
Eliza yang begitu marah pada pamanyapun menatap ke arah bibinya untuk meminta dukungan namun bibinya pun setuju kalau eliza menikah dengan afnan.
Eliza pun pergi menuju ke dalam kamarnya dan tidak memperdulikan panggilan pamanya. Membuat paman dan bibinya menggelengkan kepala melihat tingkah keponakan mereka.
"Pak, bu, nak afnan. Tolong maafkan tingkah eliza ya. Sebenarnya eliza itu anak yang baik. Hanya saja semenjak papa dan mamanya meninggal dia menjadi salah jalan. Ia salah memilih teman pergaulan. Sedangkan saya dan istri saya hanya dapat memantaunya dari jauh karena kami harus mengurus perusahaan papa eliza yang sedang ada masalah." jelas paman eliza dengan wajah sedihnya.
"Apa yang dikatakan suami saya itu memang benar. Jadi saya mohon sama nak afnan dan juga bapak, ibu untuk membawa eliza kembali ke jalan yang benar karena kami sendiri tidak tahu lagi harus bagaimana lagi." ucap bibi eliza memohon.
"Baiklah. Jadi sudah ditetapkan kalau besok mereka akan menikah." ujar ayah afnan.
"Kalau begitu kami pamit pulang dulu." ucap ibu afnan.
Merekapun pulang dengan diantar paman dan bibi eliza sampai di depan rumahnya.
Dilain tempat. Eliza masih berfikir keras untuk dapat membatalkan pernikahannya. Ya ia tadi sempat menguping percakapan paman dan bibinya dengan afnan dan kedua orang tua afnan.
"Aku tahu aku harus bagaimana. Hhhh kita lihat saja apa besok dia akan melanjutkan pernikahan ini atau tidak hhhh.." gumam eliza setelah mengirim pesan pada teman temannya.
Di lain tempat.
Afnan setelah sampai di pondok ia langsung menuju ke masjid.
Ia merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir.
"Ya Rob. Jika memang hamba engkau takdirkan untuk menikah dengan wanita itu hamba akan mencoba menerimanya. Walaupun hamba tau ini tidaklah mudah. Tapi hamba yakin semua yang engkau rencanakan adalah yang terbaik untuk hamba." ucap afnan.
Tanpa ia sadari, Nadira sedari tadi memperhatikannya. Ia tidak sengaja melihat afnan sendirian di masjid saat dirinya baru saja ingin masuk kedalam pondok putri.
Tanpa sadar air matanya mulai turun ke pipinya.
"Nadira..kenapa kau masih saja menangis. Kamupun sudah tau kalau gus afnan akan segera menikah. kenapa kamu masih menaruh harapan itu sih." gumamnya dengan isakan tangis tanpa suara.
Nadirapun segera pergi sebelum seseorang melihatnya sedang memperhatikan afnan.
Saat sampai di dalam kamarnya. Nadira tak dapat menahan tangisnya. Ia langsung menangis dan terisak. Ia berusaha keras agar suara tangisnya tidak keluar agar ke empat sahabatnya tidak terbangun. Ya di pondok ini setiap kamar di tempati beberapa satri. Dan nadira di tempatkan di sebuah kamar dengan 4 orang santri yang kini menjadi sahabatnya.
Nadira pun tertidur dengan sendirinya karena kelelahan menangis. Dan di malam ini tiga manusia telah merasa hidup mereka akan segera hancur dan berantakan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.#Hai....
.pada suka nggak ya sama cerita yang author buat..?
.
.Gimana kalau kalian tulis komentar kalian di kolom komentar tentang cerita author kali ini ya.
.
.Dan author mau ngingetin.
.
.
.Jangan lupa buat like karena ini itu gratis.
.
.daaaa....
.
.sampai jumpa lagi
.
.salam cherry
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kekeuh banget,Kan udah ditolak Eliza mentah2..
2024-02-09
0
N Hayati
mudah2sn eliza bisa berubah sikapnya walau tdk mudah
2021-02-18
1