Hamil anak siapa?

Sore itu sepulang dari kampus, seperti biasa Zee pergi ke tokonya, tapi hari ini Zee merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Perutnya terasa aneh, hingga akhirnya dia pun memuntahkan semua isi perutnya. Para pegawai toko yang melihatnya menjadi panik, karena melihat Zee yang berkali-kali muntah hinga membuatnya begitu pucat. Keringat sebesar biji-biji jagung mengucur deras dari wajahnya, tubuhnya terasa begitu dingin. Bajunya basah oleh keringat. Tubuh mungilnya sudah tidak bisa lagi menopang berat tubuhnya, sehingga dia hanya bisa merebahkan dirinya di kasur yang ada di salah satu ruangan toko.

"Mbak Zee kenapa?" Tanya Nita panik, sambil menggosok-gosok punggung dan perut Zee dengan minyak kayu putih.

"Aku ga apa-apa. Cuma salah makan aja kayaknya." Jawab Zee lemah, dia begitu terlihat pucat karena beberapa kali muntah.

Akhirnya salah seorang pegawainya berinisiatif menelpon Guntur.

"Mas Guntur, Mbak Zee lagi sakit kayaknya, dari tadi muntah-muntah terus. Sekarang mukanya pucet banget." Kata Aldi panik melihat Bosnya yang begitu pucat.

Mendengar itu Guntur yang baru akan pergi ke ruang rapat langsung menyerahkan berkas yang akan menjadi bahan rapat kepada Dimas sahabat yang juga menjabat sebagai asistennya.

"Gue serahin rapat hari ini ke elu. Bini gue sakit. Sekarang gue harus bawa dia ke rumah sakit." Kata Guntur sambil berlari meninggalkan Dimas. "Sekalian tolong bilangin bokap gue juga." Pintanya setengah berteriak.

Sekitar 30 menit Guntur sudah berada di halaman parkir toko Zee. Dia langsung berlari menuju toko.

"Mana Zee?" tanya Guntur pada karyawan toko. Kepanikan terlihat jelas di wajahnya.

"Di dalem Mas, ditemenin Lia sama Nita." Jawab Aldi, sambil menunjukan sebuah ruangan yang biasanya dijadikan tempat karyawan beristirahat.

Dan benar saja di dalam ruangan itu, Zee sedang tergeletak lemah di atas kasur.

"Kita ke rumah sakit ya?" Tanya Guntur sambil memeluk dan mengecup kening Zee.

Tak ada jawaban, hanya anggukan kecil, sebagai tanda dia setuju.

Dengan sigap Guntur langsung membopong tubuh kecil Zee yang lemah ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat ke rumah sakit tempat Fabian bekerja.

Sekitar 2 jam kemudian, keluarga mereka, Mama Vivi yang sedang menghadiri arisan dengan para sahabat sosialitanya langsung meninggalkan tempat acaranya, begitu mendengar kabar dari Fabian. Zee sudah dipindahkan ke ruangan perawatan, ketika keluarganya datang. Sedangkan Papa Gery harus menyelesaikan rapatnya dulu, setelah itu menjemput Flower dari sekolah, agar mereka bisa datang ke rumah sakit bersama.

Kehawatiran masih menghiasi wajah Guntur, dia tak pernah melepaskan genggaman dari tangan istrinya.

Hingga siapapun yang melihatnya dapat mengambil kesimpulan bahwa Guntur begitu menyayangi istrinya.

"Kok bisa begini? Gimana ceritanya?" Tanya Mama Vivi yang panik ketika melihat menantunya tergeletak lemah di ranjang rumah sakit.

Tak ada jawaban dari Guntur, kekhawatir yang menyelimutinya membuatnya tidak mempedulikan orang disekitarnya.

"Kayaknya sih Zee salah makan. Sekarang dia udah baikan kok Tan, dia cuma lagi tidur aja." Jawab Bian, karena tidak ada respon dari Guntur ketika Mama Vivi bertanya keadaan menantunya itu.

"Dia ga bakalan jawab Vi, dari tadi juga aku nyerocos ga dijawab-jawab sama dia. Noh gitu aja dari tadi juga." Kata Mama Nia,sambil menunjuk ke arah Guntur yang sudah kacau, dengan sudut matanya.

"Jas kerja sama dasinya maen lempar aja. Gak nyadar kali kalo ada mertuanya." Sindir Mama Nia yang kaget ketika Guntur tiba-tiba membuang jas dan dasinya sembarangan ke sofa yang Mama Nia duduki.