BCZA - Awal Baru!

Maaf banyak typo bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini.

........💖💖💖.......

Cyra mengikat rambutnya asal lalu beranjak mau membuat makanan sederhana. Dia mengupas bawang merah dan putih. Dia jadi ingat kejadian satu minggu yang lalu ketika mengiris bawang merah. Mengingat itu membuat Cyra merengut sebal.

"Aku bisa, pasti!" semangat Cyra.

Afraz baru keluar dari kamar mandi dan melihat Cyra tengah asyik mengupas bawang merah dan putih. Dia melangkah menuju Istrinya dengan segera karena khawatir sang Istri kembali mengiris jari sendiri. Afraz langsung merengkuh Cyra dari belakang. Perlahan tangannya terulur untuk menggenggam tangan Istrinya.

Cyra menegang tatkala merasa Afraz di belakangnya seraya menggenggam tangannya. Dia tidak kuasa menahan detak jantung ketika tubuh Suaminya menempel sempurna di belakangnya.

"Mas, mau apa?"

"Menurutmu apa? Aku tidak mau kamu mengiris jari kembali."

Cyra merengut sebal mendengar jawaban Afraz. Dia mendongak dan menatap tajam Suaminya. Andai saja boleh Cyra ingin menabok kepala Afraz sampai puas.

"Biarkan saja jariku teriris, tidak usah peduli. Tolong menyingkir Mas terlalu menempel!"

Afraz menunduk untuk menatap Cyra. Nyaris bibir mereka bersentuhan jika Afraz tidak berpaling. Merasa gugup ia memejamkan mata sebentar lalu mengatur irama napas.

"Kenapa tidak peduli padamu? Kamu terluka aku yang repot. Kalau tidak mau, bagaimana?"

Cyra tambah kesal kenapa Suaminya begitu menyebalkan. Dasar es kutub tidak tahu perasaan wanita. Dia langsung melepas diri dari Afraz dan berbalik menghadap Suaminya. Alhasil posisinya terkurung di kedua lengan kekar Afraz.

"Menyebalkan, minggir aku tidak jadi mengiris bawang. Aku takut merepotkan, Gus. Tidak perlu karena aku yang akan masuk."

Cyra mendorong dada bidang Afraz supaya menjauh. Namun, sebuah pelukan dia dapatkan. Ia berusaha meronta, tetapi mendapat dekapan lebih erat. Cyra ingin sekali mengigit Afraz sampai puas demi meredam emosi.

"Ternyata kamu sangat mudah marah. Tahan emosi itu tidak baik, tapi kamu lucu saat marah. Baiklah aku akan jujur kamu merepotkan jika sedang terluka. Karena aku sangat khawatir jika kamu sakit maka jangan buat aku kerepotan dengan luka. Itu sangat mengganggu, hatiku."

Afraz mengatakan kejujuran walau dengan aksen dingin dan datar. Entah kapan aksen kutub mulai cair darinya. Biarkan saja semua menjadi indah walau tanpa kata manis.

Cyra membisu mendengar perkataan Afraz. Sontak dia mendongak menatap mata hitam arang Suaminya yang penuh kejujuran. Pipinya merona dengan laju irama bergemuruh.

"Mas Zaviyar." Hanya gumam yang mampu Cyra balas. Tangan mungil itu perlahan melingkar erat di pinggang Afraz. Bersandar senyaman mungkin di dada bidang Suaminya penuh haru.

"Mau Mas ajari cara mengiris bawang merah yang benar?" tawar Afraz.

"Boleh, terima kasih, Mas."

"Hn."

Cyra kembali berbalik memunggungi Afraz. Sementara Afraz merapatkan diri dengan tangan menggenggam tangan Cyra. Sungguh keduanya begitu mesra akan situasi manis.

"Mas," panggil Cyra ketika Afraz menumu dagu di atas kepalanya.

"Hn."

"Apa tidak apa melakukan begini? Apa nanti tidak melukai jari?"

"Cukup diam."

Cyra terdiam ketika Afraz mulai mengiris bawang merah dengan benar. Tangan kecilnya terasa hangat di lingkupi tangan besar Afraz. Posisi romantis membuat dia begitu berdebar kencang penuh kebahagiaan.

"Sudah, memang Adek mau masak apa?" tanya Afraz seraya memperhatikan leher jenjang Cyra.

"Sayur oseng kangkung. Mas mau kan sayur itu? Soalnya di kulkas kasihan belum di masak."

"Masaklah karena Mas ingin makan makanan buatan Adek. Mas ingin lihat apa Istriku sejauh mana masaknya. Memang Adek bisa mengulek bumbu?"

Cyra mengerucut bibir imut karena merasa tertohok. Namun, langsung bersemu mendengar perkataan Afraz mengclaim dirinya Istriku. Ia malu berhadapan dengan Suaminya walau kesal akan ejekan mengulek. Biasanya dia akan memblender bumbu dari pada mengulek. Sebenarnya dia kurang bisa melakukan itu.

"Bisa sedikit-dikit."

“Kalau begitu lakukan!”

“Siap, Gus-ku!”

“Hn.”

Afraz memisahkan diri dan memilih mencuci tangan. Dia berjalan duduk di kursi seraya menatap Cyra. Dia ingin lihat apa gadis ini benar-benar bisa mengulek bumbu? Afraz harap bisa walau pelan-pelan.

Cyra mencuci cabai dan bawang putih. Setelah bersih dia letakan di cobek dan mulai mengulek-ulek. Sungguh ini pertama kali dia mengulek-ulek bumbu. Karena tidak hati-hati mata Cyra terpercik cabai.

"Kyaa ... perih ....!" pekik Cyra. Dia merasa gagal menjadi seorang Istri yang baik. Pupus sudah harapan memasakan Afraz makanan sederhana.

Afraz langsung berdiri dan menarik Cyra agar dekat. Dia basuh mata sang Istri lalu mengelap wajah manis Istrinya dengan tangannya. Afraz takut sesuatu terjadi pada Cyra akibat keteledorannya.

"Apa sangat perih?"

"Hu'um, perih sekali, Mas."

Afraz menangkup pipi gembil Cyra dan perlahan meniup mata Istrinya secara bergantian. Harusnya dia tahu Istrinya tidak bisa mengulek bumbu dan ia malah membiarkan begitu saja. Rasa bersalah terus melingkupi hati Afraz akan kesalahannya.

Cyra berpegangan pada lengan kekar Afraz. Matanya sudah mulai mendingan, namun lelehan air mata masih saja keluar. Lain kali dia akan lebih hati-hati. Cyra tertegun merasakan ciuman Afraz begitu lembut pada kelopak matanya.

Afraz mengusap pipi Cyra lembut dan hal tidak terduga terjadi. Dia mengecup kelopak mata Istrinya lama. Biarkan begini asal rasa paniknya mereda. Afraz menurunkan tangan untuk merengkuh pinggul Cyra.

Cyra malah menangis di perlakukan lembut oleh Afraz. Dia mendongak saat Suaminya menjauhkan diri. Demi Allah ia merasa tidak berguna menjadi seorang Istri. Cyra terus menangis tanpa mau berhenti. Walau Afraz menyeka air matanya tetap saja tidak kunjung berhenti.

"Mas, maafkan aku yang tidak berguna urusan dapur. Aku sangat malu karena tidak bisa memasak dengan benar. Aku juga tidak bisa ...."

"Sstt ... aku tidak akan mempermasalahkan hal itu, Dek. Adiba-ku tidak usah sedih. Adek bisanya memblender lakukan itu. Belajar dengan pelan-pelan pasti di kemudian hari, Adek mampu melebihi Mas. Tersenyum jangan menangis," hibur Afraz.

"Mas Zaviyar, sungguh aku sangat beruntung mendapatkan, Mas. Tolong maafkan aku belum bisa apa-apa."

"Hn."

*****

Cyra menatap hari mulai petang dan sebentar lagi Maghrib. Dia sudah mandi begitu pun Afraz. Dengan langkah bergetar dia akan meminta Suaminya untuk jadi Imam. Semoga saja Suaminya berkenan mengimami dirinya. Cyra pada akhirnya sudah berdiri di depan Afraz yang tengah asyik membaca buku Hadits.

"Mas, itu kurang 10 menit lagi Adzan Maghrib."

"Lalu?"

Cyra meremas ujung bajunya karena gugup. Semua terasa mendebarkan untuk di katakan. Dia harus bagaimana untuk meminta? Karena gugup ia sampai diam 3 menit dengan posisi sama. Cyra meremas tangannya gugup akan situasi mendebarkan jika ingt minta imami Shalat.

Afraz menyengit melihat Cyra tidak kunjung berbicara. 3 menit berlalu tanpa ada suara dan Istrinya tetap berdiri dengan posisi menunduk. Sebenarnya apa yang di inginkan Istrinya? Afraz jadi ragu mau bertanya sebelum Cyra dulu yang memulai.

"Mas."

"Iya."

"Apakah Mas mau Imami saya di Shalat Maghrib?"

Afraz tertegun mendengar permintaan Cyra. Dengan senyum tipis dia menjawab, "iya. Wudhu lah dulu kita akan berjamaah."

Cyra langsung mendongak menatap Afraz penuh haru. Tanpa babibu lagi dia langsung beranjak menuju kamar mandi. Dalam kamar mandi ia tersenyum sembari meletakan tangan di atas dada kirinya. Cyra bersemu merah membayangkan Afraz mengimami dirinya. Kyaaa, debat jantungnya membuat ia gila sampai tidak bisa melunturkan senyum.

Afraz tersenyum tipis melihat kelakuan Cyra. Dia tutup kitab tentang Hadits Shahih Bukhari. Setelah itu beranjak mengambil air wudhu. Dalam pikirannya selalu tercetus nama Istrinya. Ya Allah rasanya menggila ketika Afraz akan menjadi Imam Shalat pertama kalinya bagi Cyra. Ya Allah kenapa rasanya begitu mendebarkan?

Untuk pertama kali Afraz jadi Imam untuk Cyra. Mereka Shalat berjamaah untuk pertama kali dengan perasaan campur aduk. Baik Afraz atau pun Cyra sama-sama gugup serta begitu bahagia. Antahlah karena ini begitu mendebarkan secara ini kali pertama Shalat bersama.

Afraz berbalik untuk mengajak salaman. Wajahnya masih saja datar namun berubah sedikit ketika melihat air mata Cyra. Ya Allah ada apa dengan Istrinya? Apa Istrinya sedang ada masalah? Karena tidak tega ia seka air mata Istrinya serat akan rasa khawatir. Afraz takut jika Cyra sakti atau dalam keadaan buruk.

Cyra mengecup punggung tangan Afraz penuh suka cita. Dia sangat terharu bisa menjadi makmum bagi pria idamannya. Hingga air mata luruh deras mengingat Suaminya mampu ia raih. Cyra selalu bermimpi bisa menjadi Makmum Afraz dan kini impiannya terwujud. Hingga usapan air mata ia terima dari Suaminya.

"Adek, kenapa?"

"Saya hanya sangat terharu, Mas. Mas, ayo mengaji bersama sembari menunggu Adzan isya," usul Cyra.

"Hm."

Walau pria es itu irit bicara dan sangat datar, tetapi bagi Cyra semua beda. Di luar Afraz memang dingin, namun sejatinya sangat perhatian dan hangat. Tidak pernah sekalipun ia bayangkan betapa manis Suaminya dikala perhatian melalui sikap esnya. Tetapi, dari sinilah Cyra bersyukur Afraz dingin layaknya es. Namun, semua itu bohong karena sang Suami begitu manis serta sangat perhatian.

Mereka wudhu kembali dan memilih mengaji. Afraz dan Cyra terkesan diam usai mengaji lalu saling memandang sekian detik. Cyra tidak kuat akhirnya memutus kontak mata bersama Afraz. Sementara Afraz terdiam melihat Cyra tampak gugup.

Afraz menatap lamat-lamat Cyra yang tampak gelisah. Ada apa dengan Istrinya? Ia tidak tahu pasti yang jelas begitu janggal. Dia melihat ada banyak kata mau di sampaikan dari bibir tipis nan mungil itu. Namun, Afraz tahu Cyra kurang berani mengutarakan isi hati.

"Ada apa, Dek? Dari tadi Mas lihat Adek terlihat gelisah."

"Mas, izinkan saya menjadi Istri seutuhnya. Izinkan saya menjadikan Mas ladang amal dan izinkan saya meraih Surga-Nya Allah bersama, Mas."

Afraz menepuk puncak kepala Cyra hati-hati. Dia tersenyum untuk pertama kalinya memperlihatkan lesung pipit yang sangat manis. Ini awal baru di hubungan rumah tangga. Afraz tersenyum melihat Cyra begitu manis saat tersipu akan dirinya. Melihat itu tidak ayal membuat dirinya berdegup kencang.

Cyra terpaku melihat senyum Afraz yang sangat manis. Ya Allah manis sekali Suaminya ini saat tersenyum. Dia langsung menunduk tidak sanggup menatap lama sang Suami. Hingga Cyra tersadar ketika Afraz menyentuh bahunya. Jangan berteriak nanti Suaminya balik jadi kutub Utara. Kalem jangan nakal abaikan makhluk Allah yang memiliki senyum sejuta pesona.

"Apa Adek siap? Ingat Mas bisa menunggu saat Adek siap lahir batin. Lagian Adek baru suci, Mas tidak mau semua menjadi beban. Adek punya masa depan cerah, maka dari itu Mas hanya bisa mendukung. Jangan terburu-buru mengambil keputusan, Dek."

Cyra kembali mendongak menatap Afraz. Perlahan tangan mungilnya menggenggam erat tangan besar Suaminya. Dia angkat tangan itu lalu mengecupnya lama. Cyra tersenyum usai mencium pergelangan tangan Afraz.

Degup jantung Afraz berasa meronta-ronta akibat perlakuan Cyra. Bahaya ini karena degup jantungnya seperti lari maraton. Jika terus begini bisa bahaya bagi kesehatannya yang menjaga diri. Afraz jadi malu karena Cyra sangat lama mencium pergelangan tangannya.

"Insya Allah, saya siap lahir batin menjadi Istri, Mas seutuhnya. Asal ada Mas dan selalu di samping saya, kenapa tidak? Bukannya menikah tujuannya memiliki momongan? Apa Mas siap menjadi Ayah untuk anak kita kelak? Kalau Adiba sangat ingin agar ada yang menemani. Masa depan Adiba ada pada, Mas Zaviyar. Tidak masalah jika semua harus hilang asal saya bisa menjadi Istri Shalehah untuk, Mas."

Cyra tersenyum saat mengatakan kata manis. Dia akan menjadi Istri Shalehah untuk Afraz. Suaminya adalah masa depan terindah. Biarkan ada janin di rahimnya asal semua terbayar manis penuh makna. Jikalau nanti Cyra hamil rasanya bangga bisa mengandung benih Afraz yang notabenenya imam menuju Surga-Nya Allah.

Afraz tersenyum haru mendengar perkataan Cyra. Kenapa bisa gadis kecil ini mampu merobohkan pertahanan kokoh hanya kurun beberapa hari? Ya Allah Istrinya memang takdirnya yang begitu manis. Karena hati sangat terharu Afraz meraih tangan Cyra lalu mengecupnya penuh arti.

Cyra tersipu malu saat Afraz mengecup punggung tangannya sangat lama. Dia tidak bisa berhenti berdegup keras akan Suaminya yang romantis. Ia tertunduk hingga Suaminya mengangkat dagunya. Cyra bersemu melihat mata Afraz begitu memukau.

Jika boleh jujur ingin rasanya Afraz mengecup kening atau pipi gembul Cyra yang sangat menggemaskan. Sebagai Suami itu haknya walau masih ia tahan karena tidak mu agresif. Jika sudah mendapat izin dengan senang hati Afraz akan mengecup mesra kening dan pipi Cyra sebagai bentuk rasa sayangnya.

"Alhamdulillah ya Allah, Mas sangat bahagia mendengar itu, Dek. Insya Allah, atas nama Allah, Mas siap menjadi Ayah dan Suami yang Sholeh. Mari awali hal baru dengan mengucap Bismillah."

"Bismillahirrahmanirrahim."

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

adiba i luv u.. ✌😍😘😥🤣

2022-07-19

0

abror family

abror family

ya Allah ko aku senang bacanya ya😍😍😍dari abi dan umi, ayah dan umi, kakak gede dan anisa, kaka kecil dan syafa trus ini dede zaviar 😘😘😘semangat ka rose masih di tunggu dede faafa😍😍😍

2022-02-14

0

Heny Soraya

Heny Soraya

so sweet 😍😍😍

2021-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog BCZA!
2 BCZ&A - Awal (yang) Buruk!
3 BCZ&A - Rencan Licik!
4 BCZ&A - Terkurung Berdua!
5 BCZA - Konsekuensi!
6 BCZA = Menikah Terpaksa!
7 BCZA - Pembatalan Pertunangan!
8 BCZA - Awal Yang Buruk
9 BCZA - Pagi yang Manis!
10 BCZA - Pelukan Pertama!
11 BCZA - Panggilan Baru!
12 BCZA - Terpesona Akan Pesonanya!
13 BCZA - Awal Baru!
14 BCZA - Malam Pertama!
15 BCZA - Hadiah Pertama!
16 BCZA- Kampus Setelah Skorsing!
17 BCZA - Panik Membuatnya Berbeda!
18 BCZA - Merajuk Manja ala Adiba!
19 BCZA - Rasa Sayang Zaviyar!
20 BCZA - Rasa Khawatir Menggebu!
21 BCZA - Rasa Khawatir dan Rasa Syukur!
22 BCZA - Kata Penenang Untuk Sang Kekasih!
23 BCZA - Kerapuhan (yang) Terpendam Lama!
24 BCZA - Rahasia Besar (dari) Zaviyar!
25 BCZA - Sebuah Fakta!
26 BCZA - Mas Tersayang Adiba!
27 BCZA - Terbongkar!
28 BCZA - Kebenaran Untuk Membuka Lembaran Baru!
29 BCZA - Pembelaan Adiba Untuk Mereka!
30 BCZA - Kehangatan Tercipta!
31 BCZA - Mengidam ala Zaviyar!
32 BCZA - Cemburu!
33 BCZA - Jangan Menangis!
34 BCZA - Terharu Akan Kebahagiaann
35 BCZA - Sakit Membawa Petunjuk!
36 BCZA - Kunci Menuju Kebahagiaan!
37 BCZA - Akhirnya Pelangi itu Hadir Juga!
38 BCZA - Faakhira (yang) Malang!
39 BCZA - Perjalanan Menuju Berbah!
40 BCZA - Akhirnya Sampai Rumah!
41 BCZA _ Keluarga Narsis!
42 BCZA - Visual Keluarga Narsis!
43 BCZA - Menantu Baru Keluarga Narsis!
44 BCZA - Sedikit Bercerita Masa Lalu!
45 BCZA - Special Chapter Spoiler Kisah Kak Mumtaaz!
46 Last spesial chapter BCZA - Keluarga Narsis!
47 BCZA - Pulang Bersama!
48 BCZA - Terima Kasih!
49 BCZA - Bercanda Gurau Penuh Tawa!
50 BCZA - Ketegasan Zaviyar!
51 BCZA - Cinta Penuh Kekaguman!
52 BCZA- Kedatangan Danish!
53 BCZA - Pertengkaran Zaviyar dan Danish!
54 BCZA - Kenyataan Tentang Danish!
55 BCZA - Ungkapan Cinta Zaviyar!
56 BCZA - Awal Hubungan Baru!
57 BCZA - Permintaan Sederhana Adiba!
58 BCZA - Setitik Harapan Terakhir Adiba!
59 BCZA - Perjuangan Seorang Ibu Melahirkan!
60 BCZA - Kesakitan (yang) Zaviyar Rasakan!
61 BCZA - Akhir Dari Sebuah Kisah!
62 BCZA - Special Extra Part!
63 BCZA - Information!
64 Kabar Buruk!
65 Maaf!
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Prolog BCZA!
2
BCZ&A - Awal (yang) Buruk!
3
BCZ&A - Rencan Licik!
4
BCZ&A - Terkurung Berdua!
5
BCZA - Konsekuensi!
6
BCZA = Menikah Terpaksa!
7
BCZA - Pembatalan Pertunangan!
8
BCZA - Awal Yang Buruk
9
BCZA - Pagi yang Manis!
10
BCZA - Pelukan Pertama!
11
BCZA - Panggilan Baru!
12
BCZA - Terpesona Akan Pesonanya!
13
BCZA - Awal Baru!
14
BCZA - Malam Pertama!
15
BCZA - Hadiah Pertama!
16
BCZA- Kampus Setelah Skorsing!
17
BCZA - Panik Membuatnya Berbeda!
18
BCZA - Merajuk Manja ala Adiba!
19
BCZA - Rasa Sayang Zaviyar!
20
BCZA - Rasa Khawatir Menggebu!
21
BCZA - Rasa Khawatir dan Rasa Syukur!
22
BCZA - Kata Penenang Untuk Sang Kekasih!
23
BCZA - Kerapuhan (yang) Terpendam Lama!
24
BCZA - Rahasia Besar (dari) Zaviyar!
25
BCZA - Sebuah Fakta!
26
BCZA - Mas Tersayang Adiba!
27
BCZA - Terbongkar!
28
BCZA - Kebenaran Untuk Membuka Lembaran Baru!
29
BCZA - Pembelaan Adiba Untuk Mereka!
30
BCZA - Kehangatan Tercipta!
31
BCZA - Mengidam ala Zaviyar!
32
BCZA - Cemburu!
33
BCZA - Jangan Menangis!
34
BCZA - Terharu Akan Kebahagiaann
35
BCZA - Sakit Membawa Petunjuk!
36
BCZA - Kunci Menuju Kebahagiaan!
37
BCZA - Akhirnya Pelangi itu Hadir Juga!
38
BCZA - Faakhira (yang) Malang!
39
BCZA - Perjalanan Menuju Berbah!
40
BCZA - Akhirnya Sampai Rumah!
41
BCZA _ Keluarga Narsis!
42
BCZA - Visual Keluarga Narsis!
43
BCZA - Menantu Baru Keluarga Narsis!
44
BCZA - Sedikit Bercerita Masa Lalu!
45
BCZA - Special Chapter Spoiler Kisah Kak Mumtaaz!
46
Last spesial chapter BCZA - Keluarga Narsis!
47
BCZA - Pulang Bersama!
48
BCZA - Terima Kasih!
49
BCZA - Bercanda Gurau Penuh Tawa!
50
BCZA - Ketegasan Zaviyar!
51
BCZA - Cinta Penuh Kekaguman!
52
BCZA- Kedatangan Danish!
53
BCZA - Pertengkaran Zaviyar dan Danish!
54
BCZA - Kenyataan Tentang Danish!
55
BCZA - Ungkapan Cinta Zaviyar!
56
BCZA - Awal Hubungan Baru!
57
BCZA - Permintaan Sederhana Adiba!
58
BCZA - Setitik Harapan Terakhir Adiba!
59
BCZA - Perjuangan Seorang Ibu Melahirkan!
60
BCZA - Kesakitan (yang) Zaviyar Rasakan!
61
BCZA - Akhir Dari Sebuah Kisah!
62
BCZA - Special Extra Part!
63
BCZA - Information!
64
Kabar Buruk!
65
Maaf!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!