Hana pergi sambil menendang botol yang ada di depannya.
Hana menatap nyalang ke arah Alvaro yang masih mengusap sudut bibirnya.
"Awas kau!!"tunjuk Hana galak.
Hana menarik Jeni menjauh dari kerumunan yang melihat mereka.
"Apa yang kalian lihat?! Mau aku pukul kalian?"tanya Hana galak membuat mereka langsung mengalihkan pandangannya.
"Hana,kau tau siapa dia?"tanya Jeni panik sambil memegang lengan Hana.
Hana mengangguk"anak pertama pemilik Antony's group,kenapa?"tanya nya.
"Kau baru memukul nya tadi"ucap Jeni khawatir.
"Lalu?"tanya Hana malas. hanya memukul kan,bukan melakukan tindakan kriminal.
"Bagaimana--"
Hana membekap mulut Jeni"jangan pikirkan aku"ucapnya.
"Hana apa kau sudah buat tugas mu?"tanya Jeni.
"Tugas?"beo Hana bingung sambil menatap Jeni.
Matanya membulat ia langsung berlari sembari menarik tangan Jeni.
"Sialan!! Bagaimana aku bisa melupakan tugasku?! Ini gara-gara Alvaro sialan!!"umpat Hana dengan kesal lalu ia menarik tangan Jeni menuju kelasnya.
"Cepat!! Cepat"ucap Hana.
"Sabar Hana,kau menarik ku terlalu kuat"ucap Jeni kewalahan.
Brakk...
Hana menendang pintu kelasnya membuat Jeni melongo dan membuat seisi kelas memandang terkejut kearah Hana.
"Hana,bisakah kau seperti gadis feminim lainnya. Lembut sedikit"ringis Jeni.
Hana mengangkat bahunya tidak peduli yang penting ia sampai di kelas dengan cepat.
Hana duduk di bangkunya lalu mengerjakan tugas yang sempat tidak ia kerjakan.
Setengah jam kemudian ia sudah selesai mengerjakan tugasnya lalu pergi ke kantin untuk makan karena perutnya tidak bisa menahan lapar lebih lama lagi.
Ia duduk sendirian di pinggir dan melahap makanannya dalam diam.
"Hey cantik"sapa Kris.
Hana menatap datar"pergilah, sebelum kau menjadi babak belur di tangan ku"ucapnya dengan ketus.
Kris sedikit meringis sedangkan Fadhel tertawa kecil lalu menepuk bahu Kris.
"Prihatin sekali"ucap Fadhel,ia duduk di hadapan Hana.
"Siapa yang menyuruhmu duduk disini?"tanya Hana galak.
"Tidak ada,lagi pula kantin ini milik sekolah. Kami bebas duduk dimana saja"ucap Fadhel.
Hana tidak menjawab ia tetap memakan makanannya sampai suara riuh terdengar karena Alvaro datang.
"Sudah kau obati?"tanya Rio.
Alvaro mengangguk"ya."ucapnya.
Alvaro menatap gadis yang duduk di depan Fadhel,gadis yang tadi memukulinya hingga seperti ini.
Lalu Alvaro duduk di samping Fadhel.
"Siapa yang menyuruh mu duduk disana?"tanya Hana kesal.
Alvaro tidak menjawab ia lebih memilih memainkan handphone miliknya
Hana menggerutu kesal lalu menyelesaikan makan nya dengan cepat ia tidak mau berlama-lama dengan orang yang sudah membuatnya kesal.
"Hey apa kau makan tidak bisa pelan? Tidak seperti gadis yang terlihat feminim"ucap Kris sambil meringis melihat cara makan Hana yang terlihat sembrono.
"Kau bicara padaku?"tanya Hana datar.
Fadhel tertawa kecil"luar biasa"ucapnya sambil bertepuk tangan dengan pelan.
Kris mencibir ke arah Hana karena hanya gadis itu yang berani memojokkan nya dan membuatnya bungkam.
Hana membersihkan mulutnya dengan tissue lalu pergi dari hadapan Alvaro dan teman-teman nya.
Belum pergi jauh dari mereka ,Hana menghentikan langkahnya.
"Dia kasar sekali melebihi gadis yang lain"celetuk Kris dengan pelan namun masih terdengar di telinga Hana.
"Tidak buruk wajahnya juga lumayan,benar kan Alvaro?"tanya Fadhel.
Alvaro hanya mengangguk saja dan lebih memilih diam.
"Ya dia cukup--"
Takk~
Sebuah sendok mendarat di wajah mereka masing-masing. Membuat seisi kantin menatap terkejut ke arah mereka.
Alvaro dan temannya meringis sambil menatap ke arah pelaku yang melempar sendok ke arah mereka.
Hana menatap garang ke arah Alvaro dan teman-teman nya. Alvaro mengusap dahinya yang memerah mungkin sebentar lagi akan membengkak.
"Sekali lagi kalian membicarakan ku di belakang,bukan hanya sendok yang akan aku lempar ke arah kalian, dasar menyebalkan!!"
∆∆∆
"Menyebalkan!!"Hana menendang kursi di sampingnya.
"Gila!"
"Sinting!"
Hana terus mengumpat di sepanjang koridor sekolah membuat sekelilingnya menatap Hana aneh.
"Apa yang kalian lihat?!"tanya Hana galak membuat semua orang langsung mengalihkan pandangan nya dari Hana.
Hana memakan coklatnya dengan raut wajah kesal.
"Kau kenapa?!"tanya Jeni.
Hana menggeleng"tidak."ucapnya.
"Kau yakin?"tanya Jeni.
Hana mengangguk lalu terdengar suara bell sekolah menandakan sekolah telah usai.
Ia dan Jeni berjalan menuju kelasnya namun langkahnya terhenti karena orang yang ingin di jauhinya malah berdiri di depan kelasnya.
"Ada apa ini Hana? Apa mungkin dia ingin kau minta maaf padanya?!"tanya Jeni panik.
"Aku? Minta maaf padanya?! Tidak akan pernah"ucap Hana ketus,ia memilih pura-pura tidak melihat Alvaro.
Namun Alvaro lebih dulu menahan Hana dengan kakinya yang ia taruh di pintu.
Hana menatap garang ke arah Alvaro"apa mau mu?"tanya nya kesal.
"Kau harus tanggung jawab"ucap Alvaro datar.
Hana menaikan alisnya"untuk apa? Tidak penting sekali."ucap nya ketus.
Alvaro menatap dingin kearah Hana.
"Kenapa masing-masing wajah mereka memerah seperti terkena bekas lemparan benda"bisik Jeni.
Hana meringis dalam hati "aku yang melempar mereka dengan sendok tadi"ucap nya santai.
Jeni menatap tak percaya"apa kau gila?"tanya nya.
Hana mengangkat bahunya tidak peduli.
"Ekhem"Fadhel berdeham.
Hana menatap tajam"apa? Mau aku lempar kau dengan sepatu ku?!"tanya nya.
Fadhel meringis"kau galak sekali"ucapnya pelan.
"Obati aku"ucap Alvaro membuat semua temannya menatap terkejut.
w-what seorang Alvaro meminta di obati dari seorang gadis, luar biasa sekali.
"Aku? Mengobatimu,kalau aku tidak mau?"tantang Hana.
Alvaro mengeluarkan smirknya menatap Hana,ia perlahan mendekatkan wajahnya dengan Hana.
Hana yang menatap panik lalu mendaratkan kepalanya di kening Alvaro membuat Alvaro mundur beberapa langkah dengan ringisan di wajahnya.
"Shh..."ringis Alvaro
"aduh sakit"ucap Hana pelan.
Hana mengusap keningnya teryata sakit juga,ia lebih memilih mengambil tas nya lalu keluar sembari berlari dan tak lupa menendang tulang kering Alvaro.
"Mengobati mu? Mimpi saja sana"ketus Hana sambil menenteng tas nya dan keluar bersama Jeni.
Alvaro meringis sembari mengusap tulang keringnya yang menjadi sasaran maut Hana.
"Woahh.."decak kagum Rio menatap Hana.
Alvaro memasukkan tangannya kedalam saku jaket nya sambil mengusap keningnya yang masih memerah lalu menatap Hana yang berdiri jauh dari hadapannya.
"Obati aku atau aku akan melakukan sesuatu padamu!"ancam Alvaro.
Hana memeletkan lidahnya lalu melempar botol kosong di dekatnya dan mendarat kembali di kepala Alvaro.
Kris menepuk keningnya ini kesekian kalinya ia melihat Alvaro di tindas oleh seorang gadis.
"Ancaman mu tidak berpengaruh untuk ku,tuan sombong."
"Bye."
∆∆∆
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
strawberry 🍓🍓
hahahahaha
2021-11-09
0
Santy Mustaki
Alvaro kena batux..🤭🤭🤭
2021-06-25
0
Elin Elin jenong
ku sukaa nie karakternyh hana👍👍
2021-01-23
1