Mimpi sebelum tidur

Hahahah ... Nggak mungkin, 'kan kalo aku hamil. Masak satu kali langsung jadi bayi, apa Eric terlalu hebat gituan. Nggak mungkin, nggak mungkin. Buang pikiran konyol itu.

Jreng

Dua garis merah membuat Vellin mengacak rambutnya sendiri, walaupun terus menyangkal tapi rasa penasaran membuat dia membeli test pack dan mencobanya.

Kini setelah dinyatakan postif hamil oleh test pack, Vellin masih saja menggeleng dan menyangkalnya.

Wah kayaknya test packnya rusak, coba beli di apotik lain deh.

Vellin membeli sepuluh test pack dengan berbagai merek berbeda, mencobanya pun pagi, siang, malam tapi hasilnya tetap sama dua garis merah yang tampak jelas. Membuat Bu Guru itu semakin frustasi.

Sekarang aku harus gimana?

Ia meraba perutnya yang masih datar, mencoba berpikir apa yang harus dia lakukan pada janin itu. Kini dia merasa bersalah pada Ranzi, harusnya hari itu dia tidak pergi dengan marah dan mencoba memahami keadaan. Ranzi yang tiga tahun ini sabar menghadapi keras kepalanya Vellin, tidak memaksa ketika gadis tidak mau menyerahkan keperawanannya. Tapi ia malah menyerahkan mahkota hingga mengandung bayi dari pria lain.

Ranzi aku harus apa? balik lagi ke kamu pun sekarang susah. Kamu pasti benci sama aku.

Dengan berbekalkan kartu nama manager Eric, Vellin pergi ke Star Entertainment. Mereka berdebat cukup alot hingga akhirnya Vellin diizinkan untuk menemui sang superstar itu.

"Duduklah, oh ya siapa nama anda?" tanya Erick kepada wanita yang tiga minggu lalu dia tiduri. Sekarang sang bintang itu malah bersikap seolah tidak terjadi apapun di antara mereka.

Vellin duduk sembari mendesah berat, kedatangannya kemari memang ingin meminta pertanggung jawaban. Tapi dia tidak berharap lebih, ia hanya menginginkan uang sampai melahirkan anak ini dan menitipkannya di panti asuhan.

"Nama saya Vellin, saya cuma wanita biasa yang kamu tiduri tiga minggu lalu. Saya kemari meminta pertanggung jawaban anda karena saya hamil."

Erick terkejut mendengar perkataan wanita di depannya.

Vellin menebak pikiran Erick, pasti masalah ini gampang untuk artis yang dia sering meniduri banyak perempuan. Dia akan menyuruh Vellin aborsi, tapi Vellin tidak mau jadi pembunuh. Vellin akan mengambil anak ini lagi dari panti asuhan suatu hari nanti.

"Anda sungguh hamil?" pertanyaan itu keluar dari bibir Erick begitu saja.

"Saya tidak mau aborsi, saya akan tetap melahirkan anak ini dan menaruhnya di panti asuhan. Anda tidak perlu cemas anak ini membebani anda, saya tidak akan pernah memberitahu siapa ayah kandungnya atau pun mengungkapnya ke media. Saya hanya ingin anda membiayai kebutuhan dan memberi tempat tinggal sampai saya melahirkan, saya tidak mau keluarga saya tahu kalau saya hamil di luar nikah." Vellin mengucapkannya dengan sangat tegas.

"Yak! Kau sudah gila?" Erick terlihat marah mendengar penjelasan Vellin.

"Apa maksud anda berkata seperti itu?"

"Kenapa anak itu harus tinggal di panti asuhan kalau orang tuanya masih lengkap?" Erick menaikkan oktaf suaranya.

"Saya masih berstatus lajang, bagaimana saya bisa merawat bayi? Saya tidak ingin kehilangan pekerjaan dan mendapat hukuman sosial hanya karena perbuatan anda!" Vellin terlihat sebal.

"Bukan itu maksud saya, tapi bukankah seharusnya kamu meminta saya menikahi kamu karena sudah membuat kamu hamil?"

Vellin memalingkan wajah, "ayah bayi ini tidak menginginkan dia, kenapa saya harus membuat pernikahan yang akan menjadi neraka?"

"Siapa yang bilang saya tidak menginginkan bayi itu?"

Gadis itu terkejut, perlahan dia mau memandang mata Erick. Matanya bening dan memancarkan keseriusan.

"Saya yang membuat bayi itu ada di perut kamu, maka saya akan bertanggung jawab. Besok kita temui orang tua kamu dan meminta restu untuk menikah," ucap Erick sungguh-sungguh.

Vellin tak menyangka mendengar kalimat itu keluar dari bibir Erick, bahkan mulutnya terbuka lebar karena heran dengan sikap Erick yang jauh dari perkiraannya.