Dengan langkah gontai Wida menuju ke sekolah. Ia takut kejadian kemarin akan berlanjut hari ini. Bukannya Wida tidak suka dengan Prima. Dari kelas satu sebenarnya ia sudah mengidolakannya. Siapa yang tidak? Sosok anak muda yang berbadan tegap.. tampan.. ganteng.. manis.. Aaaah.. pokoknya semua nilai ada padanya. Juga sifatnya yang pendiam dan tenang. Cool istilahnya, yang membuat para siswi disekolahnya juga mengidolakannya. Tak sedikit para siswi mengirimkan surat cinta padanya. Namun sampai detik ini tak ada satu pun yang di pacari Prima. Pemilih? Atau sudah punya pacar di luar sekolah ? Entahlah.. Wida menggeleng.
Tapi kalau di ingat-ingat, dari kelas satu pun sebenarnya Prima sepertinya memang sudah bersikap aneh padanya. Ia selalu bersikap mengawasi terhadapnya. Yang matanya melotot lah kalau ia tertawa keras bila terlihat olehnya.. menatapnya tajam kalau ia kecentilan.. atau menggeleng pelan seolah melarangnya untuk melakukan hal-hal yang mungkin menurutnya kurang menyenangkan. Dan anehnya ia selalu menuruti tatapan mata yang seperti kata-kata itu. Heh.. ada apa dengannya..
Wida masih mengingat-ingat sikap Prima yang di lakukannnya dulu padanya. Dan ternyata, orang yang ada dalam pikirannya itu, kini sedang berdiri di depan gerbang sekolah. Wida yang melihatnya segera bersembunyi di belakang salah seorang siswi yang sedang berjalan di depannya.
Tapi rupanya Prima sudah melihatnya. Dengan senyum manis ia menatap Wida. Namun yang ditatap, tampak berjalan sambil menunduk. Dengan cepat Prima menghadang langkahnya.
"Hai.." sapanya.
Wida mendongak.. menatap sebentar dan hendak melanjutkan langkahnya. Namun Prima kembali menghadang.
"Ada apa, sih ..?" ujar Wida kesal.
"Hai..." Prima mengulangi sapaannya dengan lembut.
Sambil mendengus kesal, akhirnya Wida menjawab sapaan Prima dengan ketus.
"Hai juga!" katanya, dan segera berlalu melewati Prima memasuki gerbang sekolah.
Prima mengejarnya dan mensejajari langkahnya dengan langkah Wida di lorong sekolah.
"Nanti pulang, tunggu aku ya," katanya.
Wida tak menjawab dan malah mempercepat langkahnya. Begitu sampai di depan kelasnya, ia pun langsung masuk tanpa menjawab perkataan Prima. Prima berhenti dan menatapnya sebentar, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
Iwan yang juga teman Prima, ternyata sekelas dengan Wida. Saat melihat Wida yang tengah duduk di bangkunya, ia langsung menghampiri Wida dan mulai melontarkan pertanyaan bak wartawan.
"Jadian ya, sama Prima ?" tanyanya, "Mulai kapan dekat sama Prima ?"
Wida membelalakan matanya dengan kesal.
"Tanya sana sama orangnya!" jawabnya ketus.
Asti yang baru datang, segera mengusir Iwan. "Pergi! Pergi! Mau tahu saja sih, urusan orang!" katanya.
Setelah Iwan pergi, Wida berpikir ia bisa bernapas dengan lega. Namun ternyata.. Asti pun tak kalah cerewetnya dibanding Iwan.
"Bagaimana kemarin?" start Asti. "Diantar sampai mana?Jalan-jalan dulu, ya?"
Wida yang kembali kesal, hanya menutup telinganya sambil menundukkan kepalanya. Au, ah! Batinnya..
Jam istirahat pun tiba. Asti menawarkan diri apakah Wida ingin menitip jajanan padanya. Wida hanya menggeleng menolak tawaran Asti. Dan tanpa menunggu lama, Asti pun pergi meninggalkannya.
Rasa malas untuk keluar kelas merasuki Wida. Ia takut akan bertemu dengan Prima. Tiba-tiba seseorang mengetuk kaca jendela kelas yang ada disebelahnya, dan membuat Wida menoleh. Rupanya Ryan. Orang yang mengaku mengenalnya kemarin. Ternyata ia membawa makanan untuknya.
Lewat kaca nako Ryan mengusungkan makanan yang terbungkus kantong kresek itu.
"Ini kak.. dari pada bengong" katanya sambil tersenyum.
Wida tampak ragu menerimanya.
Ryan menggoyang-goyangkan kantong kreseknya menggoda Wida. Rasanya tidak enak jika menolak kebaikan orang, pikir Wida. Akhirnya ia pun mengambil kantung tersebut.
"Terima kasih."
"Kakak sudah ingat aku?" tanya Ryan.
Wida menggeleng. Di ambilnya roti dan susu yang ada di kantong kresek.
"Aku makan ya."
Ryan penasaran, "Masa kakak lupa.. Waktu itu dikolam renang Mayapada.. Kakak kehilangan adik kakak.. dan kita mencarinya berdua."
Wida termangu menghentikan kunyahan rotinya. Sepertinya ia ingat.
"Ooh.. iya aku ingat! Waduh.. sepertinya kamu tidak setinggi ini deh."
Wida menatap Ryan seperti tak percaya, bahwa orang ini sama dengan yang ia temui dua tahun yang lalu.
Ryan tersenyum senang karena Wida akhirnya mengingatnya. "Aku tahu kakak masuk SMA Jaya.. makanya aku juga ikut masuk ke sini."
"Kamu.. kelas satu ya?" tanya Wida.
Ryan mengangguk.
"Bukannya kelas satu masuk siang?"
"Aku lagi ada praktek komputer."
"Oowh.." Wida tersenyum.
"Aku pergi dulu ya kak. Sepertinya kelas sudah mulai. Dimakan, ya.." Ryan pamit dan menghilang dari balik jendela.
Wida melambaikan tangannya, "Terima kasih!" katanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Thomas Juwita
wahhh wida pengagum nya berondong
2021-02-20
1
Shaka Kirani Chellien
wh kyaknx seru nihh.!
2020-12-12
0
akila maulida
suka ceritanya😊
2020-09-04
2