Wida kembali ke kelas dengan kesal. Ia meninggalkan Prima di kantin saat ada kesempatan untuk kabur. Saat itu Prima rupanya sedang membayar makanan yang di pesannya. Wida berlari tanpa menoleh kearah Prima. Prima pun hanya tersenyum menatap kepergian Wida.
Asti teman sebangku Wida yang sepertinya sudah dengar berita tentang Prima dan temannya itu, langsung memberondongnya dengan pertanyaan.
"Hei.. ada apa kamu sama Prima? Jadian ya..? Itu katanya.. Prima nembak kamu di kantin. Bener ga sih. Kok kamu ga bilang sama aku kalau lagi pdkt sama Prima. Aku kan sahabatmu.. mestinya aku yang tahu lebih dulu dari pada orang lain. Ini.." Wida segera mendekap mulut Asti. "Berisik!" katanya.
"Siapa yang jadian..?"
"Itu kata anak-anak di luaran," jawab Asti setelah melepas tangan Wida dari mulutnya.
"Tak tahulah, aku pusing. Seenaknya saja jadi orang.. paksa-paksa begitu," omel Wida.
"Ayolah... cerita dong.." paksa Asti. Wida hanya menghela nafas. Bel masuk pun berbunyi, tanda istirahat sudah usai. "Save by the bell.." gumam Wida lega.
Dengan tergesa-gesa Wida memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas. Ingin rasanya ia langsung segera sampai di rumah dan merebahkan tubuhnya di kamarnya yang mungil, untuk melupakan kejadian di kantin tadi.
Tapi keinginannya tak terkabul. Asti menyoleknya seraya menunjuk dengan kepalanya ke arah pintu. Dan disana telah berdiri Prima yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Dirinya, kah? Heh! Wida mendengus kesal. Ditariknya tangan Asti agar berjalan bareng menuju keluar kelas. Asti yang terkejut dan mengomel tidak karuan, diabaikannya. Rupanya Asti dijadikannya tameng agar ia bisa melewati Prima yang berdiri di pintu kelas.
Namun Prima melihatnya. Sebelum Wida berlalu terlalu jauh, ia pun segera mengejarnya dan menarik tangan Wida.
"Bareng," katanya setelah menghentikan langkah Wida.
Tangan Wida yang menggenggam tangan Asti pun terlepas. Asti yang merasa tidak ingin mengganggu sahabatnya itu, segera berlalu dan melambaikan tangannya sambil tersenyum kecil.
"Semangat!" teriaknya.
Dengan kesal Wida melihat kearah prima yang kini memegang tangannya.
"Tidak harus bergandengan tangan, kan?" ujarnya seraya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Prima.
"Nanti kabuuur..." jawab Prima sambil tersenyum simpul.
"Kabur apaan?! Lepas, ah! Malu tahu..!" pekik Wida tertahan karena kesalnya.
Prima pun melepaskan pegangannya.
"Benar ya..jangan kabur.. Ayo!" ajaknya.
Dan dengan enggan Wida pun mengekor di belakangnya.
Di jalan Wida berpikir keras, bagaimana caranya agar bisa kabur dari orang yang menurutnya menyebalkan ini. Bagaimana tidak.. telinganya panas mendengar kasak-kusuk murid-murid lain, dan juga teman-temannya yang menggosipkan mereka bila berpapasan dengannya di jalan.
Dan... pucuk di cinta ulam pun tiba! Prima lengah! Iya berhenti dan menoleh kebelakang saat ada yang memanggil namanya. Wida yang melihat kesempatan itu, tanpa ba bi bu lagi, langsung kabur dari samping Prima. Ia tak menghiraukan Prima yang berteriak memanggil namanya dan berlari sekencang-kencangnya. Merdekaaa!! Batinnya senang.
Prima hanya menghela nafas saat melihat Wida yang kabur dariya. Eko yang datang menghampirinya, ditatapnya dengan kesal.
"Whats up men?" tanya Eko tanpa merasa bersalah.
Prima yang kesal melanjutkan jalannya, tanpa mengacuhkan pertanyaan Eko.
Sesampainya di rumah, Wida langsung menghempaskan tubuhnya ditempat tidur tanpa menghiraukan teriakan ibunya yang menyuruhnya untuk cuci kaki sebelum masuk kamar. Perasaannya masih kesal dengan kejadian tadi di sekolah. Ia masih kurang memahami apa maksud Prima padanya. Apa maunya orang itu..? Pikirnya. Wida berusaha memejamkan matanya. Ah.. bagaimana ia harus menghadapi hari esok disekolah ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Semangat thor 💪💪💪
2020-10-05
3
Firchim04
Hai author, aku datang membawa like dan rate5 😊
Jangan lupa mampir juga di karyaku ya
"Dosenku Sahabatku"
"Suamiku Adik Kelasku"
2020-09-13
2