LALUNA: In To The New World
Prolog :
Dahulu kala pernah terjadi bencana alam yang maha dahsyat, dunia yang awalnya memiliki 6 benua kini hanya tersisa 2 benua besar. Kedua benua saat ini merupakan gabungan antara 6 benua lainnya dan hampir separuh populasi hilang karena bencana alam tersebut. Meskipun kedua benua besar ini terpisah, namun penduduk dunia masih bisa pergi ke benua sebrang dan sebaliknya. Misteri aneh muncul tepatnya di laut selatan, banyak mitos mengatakan bahwa ada pulau misterius di sana, pulau itu akan muncul setiap satu tahun sekali tepatnya pada purnama pertengahan tahun, namun tak ada yang berani membuktikan dan menyebrang ke sana karena pulau misterius itu dikelilingi oleh Segitiga Bermuda.
Setiap tahun penduduk dari kedua benua selalu membuat ritual dan perayaan dengan cara mengirim hasil Bumi dengan kapal tanpa awak menuju ke arah Segitiga Bermuda, hal ini dilakukan agar tidak terjadi bencana seperti yang sebelumnya. Orang-orang percaya bahwa yang menyebabkan bencana dahsyat adalah dewa yang tinggal di segitiga Bermuda.
Hari ini sungguh tak terduga diri ku yang selama ini hidup sebagai remaja berusia 19 tahun harus pergi sebagai persembahan untuk dewa, di kirim ke pulau misterius untuk menyelamatkan Benua. Ibu dan ayah yang menyayangi dan merawat ku dengan tega melepas ku begitu saja bahkan paman yang sangat ku sayangi malam itu terlihat berbeda dari biasanya. Pasrah dan tak berdaya itulah yang ku rasa, terombang-ambing di tengah laut hingga kapal menabrak karang mengkoyakkan tubuh hingga tenggelam di lautan. Siapa sangka justru tubuh ini selamat dan berada di tempat baru, tiga orang asing telah menyelamatkan ku,
"Nona anda sudah sadar?" ucap seorang gadis cantik dengan rambut berwarna hitam disebelah ranjang ku.
"Nona, syukurlah anda selamat" ucap seorang remaja pria seusia ku dan diikuti anggukan setuju oleh seorang pria paruh baya disebelahnya. Dari sini lah nasib ku berubah 360 derajat, dari seorang remaja penurut menjadi seorang perempuan tangguh yang akan mengemban misi di masa depan.
* * *
Peristiwa ini dimulai kurang lebih 7 hari yang lalu, awalnya semua tampak biasa-biasa saja dengan kehidupan normal ku sebagai Eden Georgia Ludwig, anak sulung dari keluarga Ludwig yang memiliki rambut pirang panjang dengan bola mata berwarna biru. Menurut orang lain aku memiliki sifat yang ceria, berbanding terbalik dengan adik ku Adel Georgia Ludwig, dia memiliki sifat pendiam, anggun dan lembut, ia juga memiliki mata biru yang indah dengan rambut berwarna coklat panjang.
Keluarga Ludwig merupakan salah satu keluarga terpandang di kota Thalsa yang memiliki pabrik penangkapan ikan terbesar di benia ini. Sebenarnya pabrik keluarga Ludwiglah yang memasok kebutuhan ikan sampai ke seluruh penjuru Benua. Bersama ibu, ayah ku meneruskan bisnis leluhurnya, hingga menjadi besar seperti sekarang.
* * *
Kota Thalsa merupakan Kota kecil yang terletak dibagian paling ujung Benua ini, letaknya strategis dan sangat dekat dengan laut lepas wilayah Segitiga Bermuda. Faktor inilah yang menyebabkan pasokan ikan laut tidak pernah habis sehingga mampu mencukupi kebutuhan seluruh negara di benua ini. Hari ini merupakan bulan keenam pertengahan tahun yang bertepatan dengan kurang dari satu minggu sebelum festival laut diadakan. Masyarakat di Kota Thalsa mulai sibuk mempersiapkan pesta lampion dan juga mengumpulkan hasil bumi dari berbagai wilayah yang nantinya akan di kirim menuju laut lepas. Ada sebuah aturan khusus dimana hasil bumi ini tidak boleh berasal dari laut dan harus berasal dari perkebunan juga ada aturan lain dimana pengunjung yang hadir tidak boleh menyalakan kembang api melainkan hanya lampion.
Kabarnya pernah suatu ketika seseorang menyalakan kembang api dan hal itu menyebabkan tsunami yg sangat dahsyat hingga menyebabkan banyak korban meninggal. Menurut legenda ledakan telah membuat dewa marah, hal ini berkaitan erat dengan tindakan manusia jaman dulu yang gemar menangkap ikan dengan bom sehingga merusak ekosistem laut, jadi menyalakan kembang api sangat di larang karena menimbulkan suara-suara seperti ledakan. festival kali ini para remaja di Kota Thalsa ikut berpartisipasi sebagai penghias hasil bumi termasuk Eden dan juga Adel. Tradisi ini terus diturunkan dari generasi ke generasi oleh orang dewasa agar festival bisa terus berlangsung setiap tahun dan tentunya agar sang dewa tidak marah.
Tahun ini merupakan festival yg menyedot banyak perhatian dari sebelumnya yang selalu diwarnai dengan hujan dan badai sehingga semua orang tidak dapat melihat keindahan laut thalsa saat purnama. Kini Kota Thalsa sudah di datangi oleh para pewarta yang mulai mengabarkan bahwa cuaca akan cerah hingga bulan depan, tentunya hal ini di sambut bahagia oleh banyak orang. Selain itu para wisatawan juga sudah mulai berdatangan dan memenuhi objek wisata di sekitar Kota Thalsa, begitu ramai dan menjadi kebanggan tersendiri bagi seluruh penduduk Kota Thalsa.
Siang ini sepulang sekolah Eden pergi menuju Balai Kota yang terletak di dekat pantai, ia pun mulai membantu menghias hasil bumi bersama remaja lain dengan menyusun satu persatu agar membentuk seperti sebuah gunung. Kerja tim kali ini begitu serius karena mereka harus benar-benar menata seluruh pasokan hasil bumi agar seluruhnya dapat terbentuk, namun di tengah keseriusan itu sesekali mereka bergurau agar suasana jadi lebih menyenangkan.
"Senja di laut thalsa adalah yg paling indah"
Celetuk Eden sembari tersenyum lebar melihat ke arah laut Thalsa dan semua orang pun setuju dengan pendapat Eden tersebut. sedikit merasa lelah, spontan Eden berdiri menggerakkannya ke kanan dan kekiri lalu berjalan menuju sebuah gazebo di tepi pantai, sambil duduk ia menikmati keindahan laut Thalsa di sore hari. makin lama matahari terbenam pelan-pelan, langit senja yang berwana jingga mulai berubah menjadi warna merah muda. Angin sepoi-sepoi menghembuskan rambut pirang Eden membuatnya sedikit menutup mata untuk menikmati betapa sejuknya angin sore itu. Matanya kembali terbuka melihat ke arah ombak yang bergulung dan ada sesuatu yang aneh, sebuah benda asing muncul dari arah matahari terbenam,
'seperti kapal, tetapi bukan'
gumam Eden pelan. Semakin lama semakin mendekat seolah sedang berjalan menepi, sambil mengusap-usap mata Eden sedikit terheran dengan sesuatu yang asing ini.
"seperti orang berjalan diatas laut!!!!! itu mustahil"
Eden kembali mengusap mata, mencoba memejamkan mata sedikit lebih lama dan tenyata ia terbangun dari tidur lelapnya sore itu.
'syukurlah ini hanya mimpi'
Gumam Eden sambil mengelus dada merasa lega bahwa yang barusan ia lihat hanyalah sebuah mimpi. Edenpun beranjak dari tempat duduk untuk bersiap pulang, hari sudah mulai gelap debur ombak semakin kencang, angin laut membawa aroma asin dan juga terasa lembab namun Eden begitu menyukainya menurutnya aroma laut begitu menyegarkan.
* * *
sesampainya di rumah, ibu sudah selesai menyiapkan makan malam.
"aku pulang" seru Eden memberi salam sambil berlari menaiki tangga.
"Eden bergegaslah mandi, ibu sudah menyiapkan makan malam" seru ibu dengan suara lantang menyambut kedatangan anak sulungnya.
"Dia selalu saja pulang terlambat" sahut Adel yang duduk manis di meja makan sambil menikmati hidangan pembuka.
"Tentu saja, aku kan bukan nona disiplin seperti mu" jawab Eden meledek Adel dari kejauhan.
"apa kau bilang" seru Adel jengkel sambil menoleh ke arah tangga.
"Sudahlah biarkan kakak mu membersihkan diri" sembari menaruh beberapa hidangan di atas meja makan Ibu melerai keduanya agar tidak bertengkar.
Sejujurnya antara Eden dan Adel meskipun bersaudara tapi mereka tidak bisa mengungkapkan rasa sayang satu sama lain, bila khawatir maka akan diungkapkan dengan mengeluh seperti yang diucapkan Adel. Mereka berdua sama sekali tidak pernah bertengkar, Adel adalah adik yg baik dan sangat perhatian pada keluarga sedangkan Eden selalu siap melindungi adiknya kapanpun dan dimana pun ia berada.
Setelah menyelesaikan makan makan malam Eden pergi menuju kamar tidur untuk beristirahat, tak berselang lama Adel masuk dan tidur di sebelah Eden, tentu saja hal ini membuat Eden kesal.
"Pergilah, kau kan punya kamar sendiri!" seru Eden sambil sedikit menendang Adel yang malah membuat Adel semakin erat mendekapnya. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga, Eden tak dapat melepaskan dekapan Adel karena Adel memiliki kemampuan bela diri hingga membuatnya menyerah.
"Baiklah aku menyerah" ucap Eden lemas, Adel pun segera melepas dekapan tangannya terhadap Eden dan berbaring tenang disampingnya. Edenpun kembali membuka percakapan,
"Adel, apakah kau pernah melihat seseorang berjalan di atas air?" tanya Eden dengan serius.
"Apa maksud mu? Hal seperti itu tentu saja tidak ada" sambil mengernyitkan alis Adel menjawab ketus.
"Hei tapi ini tampak seperti nyata" Eden bersikeras meyakinkan Adel terhadap cerita tersebut.
"Di mana kau melihat hal semacam itu?" Adel mulai tertarik, sambil memainkan bantal ia mendengarkan cerita lengkap dari sang kakak.
"Emm dalam mimpi" dengan ekspresi polos Eden menjawab sang adik.
"Pfffttt, dulu kau pernah bercerita soal Naga, lalu sekarang orang berjalan di atas air" Adel merespon sedikit tertawa cekikikan karena Eden terlihat seperti sedang membual.
"Hei aku serius" seru Eden yang masih bersikeras akan keyakinan dirinya terhadap apa yang ia lihat sebelumnya.
"Hei sepertinya kau harus berhenti membaca novel fantasi, sekarang kau menajadi suka berkhayal" ucap Adel yang kemudian bangkit dari ranjang lalu melemparkan pantal yang sebelumnya ia pegang pada Eden dan berlari meninggalkannya pergi.
"Hei dasar kau!" seru Eden sambil membanting bantal karena kesal Adel telah mempermainkan dirinya.
ia pun kembali berbaring di atas ranjang, menghela nafas dan kemudian tidur, meskipun masih terlintas dipikirannya mengenai apa yang ia lihat dalam mimpi namun dengan penuh keyakinan Eden pun berusaha melupakan kejadian hari ini.
* * *
Keesokan harinya Eden melakukan aktivitas seperti biasa, berangkat sekolah, sore hari membantu menyusun hasil bumi, kemudian pulang. .
* * *
Hari ini adalah kurang 3 hari perayaan festival, pantai sudah ramai dipadati oleh turis dari luar negeri karena pantai di Kota Thalsa memiliki air biru jernih dengan hamparan pasir putih. Melihat ramainya pengunjung membuat Eden ingin sekali pergi ke pantai dan ikut berenang tapi urung ia lakukan karena masih ada tugas yang harus segera diselesaikan yaitu membantu menghias hasil bumi. Saat merasa lelah Eden memilih untuk beristirahat dengan mendekat ke bibir pantai dan mulai berjalan pelan sambil melihat ikan kecil, bintang laut, kerang yang terkena ombak. Ketika sedang menyusuri pantai ada sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah benda terlihat berkilauan seperti cahaya, karena penasaran Eden mencoba mendekat dan ternyata sebuah cincin dengan mata ruby berwarna merah, ia pun memungutnya, "Sepertinya ini terjatuh, mungkin milik turis yang tadi berenang di sini" gumam Eden sambil meletakkan kembali cincin tersebut di tempat yang mudah terlihat untuk berjaga-jaga bila ada seseorang yang akan kembali untuk mencarinya. sebenarnya di mata Eden cincin tersebut terlihat indahhingga membuatnya ingin mengambil tapi ia tak berani karena cincin tersebut bukan miliknya.
* * *
Hari berikutnya adalah hari Sabtu, hari libur tapi Eden harus berangkat menghias hasil bumi lebih pagi, padahal ia sangat ingin bermalas-malasan dan menonton kartun.
"Ibu, di mana Adel?" tanya Eden pada ibu sambil tergesa-gesa.
"Adel sudah berangkat sejak pagi tadi" jawab ibu singkat.
"Apa?! sejak kapan dia pergi, kenapa dia cepat sekali. aku harus segera menyusul nya" langkah Eden semakin cepat, ia begitu terburu-buru karena sudah terlambat. Sesampainya di Balai Kota semua sudah memulai pekerjaannya masing-masing, Eden merasa tidak enak hati tetapi ia harus tetap membantu hingga hari menjelang sore. Senja pun mulai menunjukkan keindahannya menggoda Eden untuk kembali menyusuri pantai sore itu. Pelan-pelan sambil menikmati hembusan angin Eden berjalan menyusuri pantai, hatinya begitu senang kala itu karena senja telah mengobati rasa lelah karena indah yang ditampakkan, setelah merasa cukup ia berjalan pulang namun ia kembali melihatnya lagi, cincin ruby berwarna merah masih berada di tempat yg sama. Untuk memastikan Edenpun memutuskan untuk memungutnya sambil melihat lagi dari dekat, dari arah belakang Adel diam-diam mendekat dan mengagetkan Eden.
"Sedang apa kau?" Adel menepuk pundak Eden untuk mengejutkannya tapi tak mempan.
"Aku sedang mengambil benda ini" sambil menunjukkan cincin Ruby berwarna merah pada Adel.
"Modelnya kuno sekali, cocok sesuai dengan selera mu..hahaha" celetuk Adel dengan sengaja meledek benda temuan kakaknya itu.
"Apa kau bilang, dasar..!" sahut Eden marah dan juga gemas terhadap ucapan Adel.
"Aku akan membawanya pulang" ucap Eden sambil menggenggam erat cincin tersebut ditangannya.
"Terserah, aku yakin pemilik asli nya membuang cincin itu untuk mu hahaha"
"hei kemari kau dasar menjengkelkan!!!"
Seru Eden sambil berlari mengejar Adel.
"ngguuuuuuuunnggggg"
Suara dengungan berbunyi dan membuat telinga semua orang sakit beberapa saat, hanya berlangsung selama 5 detik saja, tetapi sudah membuat penduduk kota berhamburan. Apakah ini pertanda akan datangnya tsunami atau pertanda lain???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
C@thy
waah lanjut ~
2024-01-09
1
Mariam R RIa
penasaran
2021-07-11
0
Henny Nadeak
c z come *z cz Z cz cari†z"*
2020-07-18
0