Bab 18

KEMBALI BEKERJA

"Bagaimana jika kamu resign dari perusahaan itu, terus kamu kerja di perusahaan suamimu, Ram?" anjuran Anugrah bikin Ram tersedak.

Bagas bergegas memberikan air minumnya.

"Hati-hati kalo makan," ujar Bagas khawatir.

Ram tersenyum. Sejujurnya ingin sekali dia mengatakan kebenaran. Hanya saja, Ram memang tidak pernah mengungkap siapa dirinya di hadapan publik, jika tentang kepemilikan perusahaannya. Semuanya ia serahkan pada orang-orang kepercayaannya. Salah satunya Kenan Admaja.

Kenan adalah sahabat Ram. Bahkan seperti kakak bagi Ram. Sayang, Kenan tidak bisa hadir di pernikahan Ram, di karenakan harus menggantikan posisi Ram untuk menjalin kerja sama di kota B.

"Bagaimana, Ram?" tanya Anugrah.

Lamunan Ram buyar. Perlahan ia menggeleng. otaknya berpikir cepat.

"Maaf, Pa. Ram sudah betah kerja di sana. Ram kurang suka sama lingkungan baru," jawab Ram beralasan.

Anugrah mengangguk. "Hmm ... lagian, siapa yang mau keluar dari perusahaan yang cukup bonafid itu. Papa dengar gaji karyawannya sangat fantastis. Makanya semua divisinya diisi oleh lulusan terbaik. Kamu kalah start dengan CEO perusahaan itu, Gas!"

Bagas mengangguk setuju. Ia memang kalah start. Tapi, perusahaannya juga tidak kalah bonafid dengan PT. Sinar Berkah.

"Sampai sekarang, Papa belum tahu siapa CEO dari PT itu," ujar Anugrah kemudian.

Ram hanya menelan saliva kasar. Ia tersenyum kikuk.

"Apa kamu pernah melihat CEO mu, Ram?' pertanyaan dari mertuanya lagi-lagi membuat Ram tersedak.

Bagas kembali menyorongkan gelas berisi air ke istrinya.

"Kenapa kau suka sekali tersedak, Sayang?" tanya Bagas heran.

Ram buru-buru menggeleng. Sungguh, ingin ia mengaku. Tap, ia sangat yakin jika keluarga Anugrah tidak mempercayai perkataannya.

"Sepertinya ada yang membicarakan Ram, Mas," jawab Ram, yang menghilangkan kecurigaan Bagas-sang suami.

*******

Hari berlalu. Bagas dan Ram kembali disibukkan dengan rentetan pekerjaan. Ram yang memang bekerja hanya dibalik layar, karena semua pertemuan dilakukan oleh asisten pribadinya.

Kebetulan Kenan telah kembali setelah, satu hari Ram bekerja. Sahabatnya itu memberikan hadiah satu set berlian berwarna biru.

"Makasih, Kak," ujar Ram sambil tersenyum, "ini pasti mahal!?"

"Untuk adikku, tidak ada kata mahal. Apa lagi dia adalah pemilik dari perusahaan beraset triliunan," jawab Kenan sambil tersenyum.

"Kakak bisa saja," sahut Ram ikut tersenyum.

Ram berjalan beriringan dengan Kenan ke dalam ruangan. Kenan membuka pintu untuk Ram.

"Makasih Kak," ujar Ram.

"Oh, ya. Nanti, kau harus mendatangi PT Anugrah Citra. Mereka tidak bisa kuwakili," Ram tercekat mendengar penjelasan Kenan.

"Ke-kenapa?" tanya Ram gugup.

Ram belum memberi tahu siapa suaminya pada Kenan.

"Loh, apakah kau lupa jika hari ini, aku harus mendatangi klien dari Tokyo untuk masalah perhotelan kita yang bermasalah kemarin?" jawab Kenan mengingatkan Ram.

Ram menggaruk kepalanya. Ia tak mungkin menyuruh pria itu mewakili pertemuan penting dengan petinggi perusahaan milik suaminya itu.

Ram, menghela napas panjang. Mau tak mau. Ia harus membongkar semuanya. Terserah pandangan dari mertuanya nanti.

"Lagi pula, kita butuh kerja sama dengan PT mereka, aku sudah cukup sering mengatas namakanmu di setiap pertemuan-pertemuan penting, Ram. Sekarang, waktunya kau muncul," jelas Kenan kemudian.

Ya, Ram akui. Ia memang harus muncul. Keberhasilannya menjalani bisnis selama ini, menbuat banyak proyek yang harus dilakoni. Dan dia tak bisa terus menerus mengandalkan sahabat baiknya ini.

"Baiklah. Oh ya, kak, jika kau merasa terlalu berat menjalankan tugas. Kau bisa merekrut orang untuk membantumu," ujar Ram.

Kenan mengangguk, "Iya, aku sudah memikirkannya. Mungkin akan kumulai besok."

Ram mengangguk. Mereka pun akhirnya melanjutkan kembali pekerjaan yang tertunda.

bersambung.

ah ... bab ini rada gaje... tapi biarlah yang penting kalian masih terus kasih jempol dan komen

makasih.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***