Bab 9

FAKTA BAGAS ADITYA

flashback

(dua hari sebelum pernikahan Ram).

"Yang ... ahh ...!" ******* terlontar dari mulut seorang gadis.

Tampak seorang pria tampan tengah menumpahkan hasratnya pada gadis yang mengerang nikmat di bawahnya. Birahi meraka makin memuncak di dukung oleh suasana yang makin memanas.

Membuat mereka nampak ingin berbuat lebih dari yang semestinya. Tanpa sadar, kegiatan itu makin di luar kendali. Keduanya kini sudah nyaris tanpa kain.

Tiba-tiba.

Braaak!!!

"Berengs*k!" teriak seseorang setelah mendobrak pintu dan melihat kedua manusia berlainan jenis nyaris tanpa busana.

"Kalian berbuat mesum di tempat ini!" teriak orang itu.

Kedua insan yang sudah setengah bugil itu nampak panik. Mereka langsung memakai baju mereka kembali. Karena terburu-buru, mereka tak sadar jika baju yang dikenakannya tertukar. Si pria memakai baju kaos si wanita, sedang wanita sebaliknya.

Tampak rombongan orang dari luar masuk merangsek ke dalam rumah. Demi melihat siapa yang nyaris berbuat mesum.

"Astagfirullah! Bagas!" seru seorang pria setengah baya.

"P-paa ...!" pria yang ternyata bernama, Bagas Aditya ini panik. Tak menyangka orang yang ikut menggerebek, salah satunya adalah ayahnya sendiri.

"Aarrgh!" tiba-tiba, Pak Dirman, ayahnya Bagas memegang dadanya dan langsung terjatuh tak sadarkan diri.

Semua orang panik. Mereka seketika melupakan hal senonoh yang dilakukan oleh kedua manusia lawan jenis tadi. Mereka berhamburan menolong Pak Dirman termasuk Bagas.

Di rumah sakit, Bagas berjalan mondar-mandir. Ia pun masih memakai kaos milik wanita yang nyaris ditidurinya tadi.

"Gas!" teriak seorang wanita setengah baya berparas cantik setengah berlari mendekatinya.

"Ma!" wanita itu langsung memeluk Bagas.

"Kenapa ... kenapa ini terjadi?" tanya wanita itu lirih.

"Maafkan, Bagas Ma. Ini semua salah Bagas!" ujar Bagas dengan suara tercekat.

Tiba-tiba datang serombongan orang. Mereka mendekati ibu dan anak itu.

Bagas menatap mereka. Mereka adalah kedua orang tua wanita yang nyaris ia tiduri. Wanita itu bahkan masih memakai kaos pria yang berdiri di hadapannya itu.

"Kami meminta pertanggung jawaban!" seru pria berperut buncit. Pak Gugun, ayah dari si gadis.

"Pertanggung jawaban? Pertanggung jawaban apa?!" seru Bagas emosi.

"Aku belum melakukan apa-apa!" lanjutnya membela diri.

"Tapi, apa yang kau lakukan telah mencoreng anak gadis kami!" bentak, Pak Gugun tak terima.

"Mencoreng!? Mencoreng apanya!" Bagas tambah emosi. "Dia sendiri yang menyerahkan tubuhnya padaku. Aku laki-laki normal. Bahkan tadinya sempat aku tolak!"

"Aku masih gadis Mas!" seru gadis itu menahan air mata.

"Cis! Masih gadis ...!"

"Hei! Jangan berisik. Ini rumah sakit, bukan pasar!" seru seorang perawat mengingatkan.

"Sudah hentikan. Saya mohon!" ujar ibunya Bagas. "Kita bisa bicarakan ini lagi nanti di rumah. Suami saya sedang colab di dalam. Sampai sekarang saya belum tahu keadaannya. Jadi, bisa saya minta kerja samanya?!" lanjut Bu Rasna, itu nama ibunya Bagas.

Pak Gugun hendak menginterupsi. Tapi, wanita yang ada disampingnya menahan dan menggeleng.

"Kita ikutin aja permintaan Ibunya Bagas, Pak. Ayo, kita pulang, besok setelah semuanya kondusif, kita bicarakan lagi," ujarnya.

Pak Gugun menghela napas. Matanya melotot tajam kearah pria tampan yang tak perduli padanya, kemudian ia melirik putrinya yang tertunduk menahan isak. Dengan langkah berat, mereka bertiga meninggalkan ibu dan anak itu.

Bersambung.

aih ... ternyata seperti itu ceritanya.

boleh dong di like, love and vote... sukur2 dikasih hadiah juga

heeheee...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***