Explanation

Aku bangun pagi itu

dengan perasaan yang terasa aneh, karena Al tentu saja. Aku merasakan jantungku

berdebar sangat kencang ketika bersama Richard semalam, tapi semua itu hilang

begitu saja ketika Al menciumku. Aku tak akan munafik kalau aku tak

menikmatinya tadi malam, tapi ada sedikit rasa bersalah ketika memikirkan Richard.

Pagi ini aku akan

kembali menghadapi Al, karena ia menginap. Hal yang sangat ia lakukan. Biasanya

ia hanya akan tidur sebentar lalu kembali ke rumahnya sendiri. Pria itu, untung

kami bersahabat, kalau tidak mungkin aku akan memukul kepalanya hingga ia berhenti

bermain wanita dan fokus menjadi pria dewasa.

Dia bahkan masih dengan

sangat tenang tidur di kamarku, padahal hari sudah sangat siang, hampir pukul

sepuluh. Aku berdiri di depan mesin toaster,

menunggu rotiku matang. Aku sangat lapar tapi sangat malas untuk memasak

ataupun memesan makanan. Ponselku bahkan kulupakan sejak semalam dan pagi tadi

aku terlalu malas mencari.

Kalian tahu kenapa? Al

bermain dengan sangat brutal tadi malam, tak seperti biasanya. Brutal dalam

artian sedikit kasar dan menggebu-gebu.

“Aku juga mau roti

bakar.”

Aku menoleh dan

mendapati Al yang tak mengenakan pakaian apapun, hanya celana kain yang ia

gunakan semalam. Itu adalah pemandangan yang sangat indah untuk mengawali hari,

karena tubuhnya yang sangat proposional dan idaman semua pria. Pantas saja

semua wanita itu rela mengantri untuknya.

Aku tak menjawabnya,

lalu kembali fokus pada roti yang belum matang. Beberapa detik kemudian bunyi

dentingan dari mesin toaster mengalihkan

perhatianku. Aku segera meletakkan dua lembar roti itu di piring dan membawanya

pada Al. Rotiku hanya tersisa dua potong itu, dan aku tak ingin berdebat, jadi

aku hanya menikmati segelas susu yang juga ada di hadapannya.

“Kenapa wajahmu? Apa

aku belum memuaskanmu?” tanyanya santai sambil menggigit roti.

Aku mendengus. Dia

sangat perhatian ketika berada di ranjang, tapi sangat cuek ketika sudah

kembali ke dunia nyata ini. “Kamu belum menjelaskan sikapmu semalam,” ucapku

langsung.

Aku bukan tipe wanita

yang suka memberi kode pada lawan jenis. Aku lebih suka menyampaikan apa yang

kuinginkan dan kurasakan. Menurutku memberi kode hanya membuang-buang waktu dan

tak efisien.

“Biasanya kamu tak

butuh penjelasan, kita melakukan seperti biasa.”

“Apa hanya itu yang ada

di otakmu? Darimana kamu tahu aku sedang kencan?”

Al dengan santainya

tetap mengunyah roti itu, bahkan sesekali mengoleskan selai coklat yang juga

memang kusiapkan. Pria ini benar-benar.

“Sudahlah, percuma juga

aku bicara denganmu. Jangan lupa cuci piringnya kalau kamu sudah selesai,”

ucapku. Aku segera beranjak dari dudukku berniat untuk mandi dan mungkin

setelah ini aku akan menghabiskan waktuku di toko buku atau mungkin mall.

“Kamu marah?” Al

mencekal tanganku yang melewatinya.

Aku melepaskan cekalan

tangan itu dan melipat tanganku di dada. “Kalau kamu tetap menyebalkan seperti

ini dan tak memberiku penjelasan, maka jawabannya ya.”

“Apa pria itu begitu

spesial sampai kamu seperti ini?”

“Dan apa harus kamu

kekanak-kanakan seperti ini? Kamu itu udah dua delapan, kamu tak memikirkan

masa depanmu? Kamu akan terus bermain-main dengan wanita?” tanyaku kesal.

Al menatapku dengan

menopang dagunya, menyandarkan tubuhnya di meja bar di sampingnya. “Selama

sebulan ini aku hanya menghabiskan malamku denganmu, aku bahkan tak mengunjungi

klub karena pekerjaan yang tak ada habisnya itu. Lalu sekarang kamu

memarahiku?” tanyanya, tampak acuh seperti biasanya.

Aku menundukkan kepala,

menghitung sampai sepuluh untuk menenangkan emosiku. Lima tahun aku

mengenalnya, dan selama itu aku tak pernah merasakan perubahannya dalam bersikap.

Ia hanya semakin matang dan profesional ketika bekerja.

Awalnya aku bisa paham,

tapi saat ini rasanya sangat kesal. Mungkin karena ini adalah kencan pertamaku

setelah sekian lama Al dan Kevin menghalanginya. Umurku sangat melebihi umur

orang berkencan, setidaknya aku harus memiliki tunangan di usia ini, bukan baru

memulainya seperti ini.

“itu pekerjaanmu dan

aku tak peduli, harusnya kamu bisa menanganinya, kenapa malah merengek? Aku tak

peduli kalau kamu tak menyukai Richard, ini hidupku dan aku tak perlu

persetujuanmu untuk berkencan.”

**

Hari seperti ini sangat

jarang terjadi untukku. Sabtu siang dan aku libur, biasanya aku menghabiskan

sabtuku dengan lembur. Sebenarnya ada beberapa pekerjaan yang harus aku

selesaikan, aku bahkan sudah menyiapkan laptopku. Pada akhirnya aku memang

harus tetap bekerja di sabtu siang ini.

Aku bisa saja meminta

Richard untuk menemaniku, kami sudah bertukar kontak kemarin. Ia bahkan

menawarkan diri jika aku tak memiliki teman untuk jalan-jalan seperti ini. Tapi

aku masih merasa bersalah, walaupun Richard juga tak akan tahu, tetap saja

rasanya aneh. Bayangkan, aku baru saja menghabiskan malam panasku bersama

sahabat priaku, lalu siangnya aku meminta pria lain menemaniku keluar. Aku

sudah sama seperti pelacur di luar sana, lompat dari satu pria ke pria lain.

Sangat berlebihan sekali perbandingannya, ya? Aku hanya merasakan hal itu, dan

aku belum bisa bertemu Richard dalam waktu dekat ini.

Jadi setelah aku tak

memiliki pilihan lain, aku berakhir di perpustakaan umum mengerjakan

pekerjaanku yang sangat kucintai ini. Benar-benar belum ada yang bisa

menggantikan posisi laptop sebagai pacarku. Lebih baik berpacaran dengan

laptopku, tak akan ada masalah berarti yang akan kuhadapi.

“Kenapa tak

meneleponku?”

Aku mendongak dan menemukan

Richard berdiri di samping mejaku mengenakan kaos oblong putih dan juga celana jeans. Padahal hanya pakaian sederhana

seperti itu, mampu membuatnya bersinar dengan tampan.

Sebenarnya hidupku ini

sangat beruntung karena di kelilingi pria-pria tampan, tapi yang dua lainnya

menyebalkan. Jika Al dan Kevin memiliki sifat seperti Richard, maka aku tak

perlu terlalu pusing untuk menghadapinya.

“Kamu kenapa ada di

sini?” tanyaku keheranan. Ini memang hari sabtu, tapi dokter tak biasanya

memiliki jadwal libur tetap, apalagi dokter bedah sepertinya yang menghabiskan

harinya di ruang operasi.

“Surprise?” tanyanya dengan senyum lebar.

Aku tertawa. Padahal

baru tadi aku katakan kalau aku merasa bersalah pada Richard, dan sekarang aku

sudah mampu tersenyum lebar padanya. Sepertinya aku harus mencari obat yang

mampu membuatku mengurangi rasa kagumku pada pria tampan. Mereka benar-benar

jenis yang sulit di tolak.

“Apa kamu bisa

memeriksa kondisiku?”

“Kamu sakit?” tanyanya

dengan panik.

“Ya, aku sepertinya

butuh obat agar tak terlalu terpesona padamu. Jantungku berdebar sangat kencang

hanya melihatmu.”

Ia tertawa malu,

pipinya sedikit memerah karena sangat kontras dengan kulit putihnya. Apa ia

baru saja tersipu karena gombalanku yang tak bermutu itu? Kenapa itu sangat

terlihat manis untukku? Ada kesenangan tersendiri ketika melihatnya seperti

itu.

“Lalu bagaimana

denganku? Aku sepertinya sudah jatuh cinta padamu.”

Ah, jadi kami akan

saling melemparkan gombalan seperti ini? Aku bahkan bisa melakukan lebih dari

ini jika dia ingin.

“Kamu makin cantik kalo

merona gitu, Lian.”

Oke, aku harus

menyadarkan diriku. Ini Richard, bukan Al.

Panggilan Lian itu,

belum ada yang memanggilku seperti itu. Mereka biasa memanggilku Lili, Ana,

atau Liana. Itu mungkin hal yang biasa, tapi terasa sangat luar biasa untukku,

karena itu Richard yang melakukan. Jika bukan, rasanya akan sangat biasa.

Kurasa aku sudah jatuh

cinta padanya. Jantungku yang selalu berdebar kencang ketika melihat senyumnya,

ketika kami mengobrol, semua yang ada pada dirinya membuatku takjub. Sepertinya

kami berbagi perasaan yang sama, kan?

**

Senin. Aku sama seperti

orang lain yang sangat tak menyukai dengan datangnya senin. Banyak rapat yang harus

kuhadiri, memeriksa berbagai laporan yang ada, lalu mengecek proses syuting

dari salah satu produk klien, dan aku yakin daftar pekerjaanku masih akan terus

bertambah. Sekretarisku belum memberikan jadwalku untuk hari ini.

“Eka, bagaimana

jadwalku hari ini?”tanyaku ketika baru saja tiba di depan ruanganku.

Eka—sekretaris andalanku—mengecek

buku catatannya. “Hari ini sedikit free,

Mbak. Rapat sama Pak Dimitri jam satu siang, setelah itu jadwal Mbak kosong.”

“Kamu serius?” tanyaku

tak percaya. Yang benar saja, sangat jarang sekali jadwalku kosong seperti ini.

“Serius, Mbak. Mungkin ada

beberapa laporan yang bakal Mbak periksa,” ucapnya tenang. Eka adalah

sekretarisku sejak pertama aku menjabat sebagai manajer. Dia cekatan, tak

banyak bicara dan bergosip seperti sekretaris lainnya, dan dia sangat memahami

keinginanku.

Well, beberapa laporan

yang ia bilang biasanya itu bisa mencapai sepuluh hingga lima belas laporan. Jadi

itu sama saja artinya jadwalku tak kosong, aku hanya akan mendekam di ruanganku

sampai jam pulang nanti. Tak buruk juga, setidaknya aku tak perlu pusing harus

keluar kantor di tengah cuaca yang terik ini.

“Oke, bawain langsung

semua laporan yang harus di periksa, ya?”

Eka hanya menganggukkan

kepalanya, dan aku langsung memasuki ruanganku. Oke, mari kita selesaikan ini. Aku

adalah pekerja keras yang sangat tahan banting, memeriksa ‘beberapa’ laporan

hanya hal kecil, aku sudah pernah menghadapi yang lebih dari ini.

Aku membuka pintu

ruanganku, dan hal yang pertama kulihat adalah Kevin. Sepertinya menjadi

Direktur itu sangat menyenangkan, karena tak perlu melakukan banyak pekerjaan

sepertiku. Wajar saja, secara tak langsung Kevin juga termasuk pemilik

perusahaan ini. Ayahnya memiliki saham di sini walaupun jumlahnya tak banyak,

dan ia adalah sepupu Al.

“Mau bertukar posisi

denganku, Vin? Sepertinya kamu tak memiliki banyak pekerjaan karena sudah

menjadi Direktur,” sapaku sembari melemparkan senyum padanya yang masih berdiri

di depan meja kerjaku.

“Apa Kak Liliana

sekarang sedang mengejekku? Kalau ya, maka aku sangat tersinggung.”

Aku hanya tertawa, lalu

segera duduk di kursi kebesaranku. Masih pukul sembilan, harusnya aku sudah

menyeduh kopiku untuk menemani pekerjaanku, tapi yang kulakukan sekarang malah

menyandarkan kepalaku ke kursi dan mulai memejamkan mata.

“Aku di jodohkan, Kak.”

Mataku langsung membuka

kembali mendengar ucapan Kevin. Menatapnya yang memang sedikit murung tapi

masih mencoba untuk memberikan senyumnya. Lagipula siapa yang akan senang di

jodohkan pada saat sekarang ini, tapi bukankah para pengusaha memang melakukan

itu demi kepentingan usaha? Aku sering membacanya di novel-novel.

“Kamu serius? Kenapa bukan

Dimitri saja yang di jodohkan? Kamu masih terlalu muda untuk menikah.”

“Ternyata pikiran kita

sama, Kak. Sebenarnya ini adalah perjodohan Dimitri, tapi dia menolak, katanya

dia sudah ada calon dan saling mencintai.”

Aku mengangkat alis

heran. Aku tak salah dengar, kan? Dimitri punya pacar, dan saling mencintai? Kami

bahkan baru kemarin bercinta dan dia sudah punya pacar. Pernyataan macam apa

itu?

“Kenapa terdengar

sangat mustahil,Vin?”

“Kak, tolong bantu aku,

aku tak ingin di jodohkan. Aku bahkan belum pernah bertemu dengan gadis yang

akan di jodohkan. Aku juga tak suka jika terikat dengan satu wanita,” ucap

Kevin memelas.

Keluarga Aldino itu

memang satu gen, jika yang satu pemain wanita, maka yang lain juga akan

mengikuti jejaknya.  Kenapa aku tak kaget

lagi mendengar pernyataan seperti itu? Dan bagaimana aku bisa membantunya? Apa aku

harus pura-pura menjadi pacarnya? Ah, aku terlalu sering membaca adegan seperti

di novel.

“Terima saja, Vin. Bisa

jadi gadis itu sangat cantik, kamu akan menyesal jika tak menerimanya. Lagipula

tak seburuk itu kalau di jodohkan,” ucapku berusaha menenangkannya.

“Tapi aku masih

menunggu Kakak menerimaku, bagaimana kalau kita pacaran saja? Kakak sudah

mengenalku cukup lama, dan aku yakin Dimitri tak akan berani mengganggu lagi

jika kita pacaran.”

Aku memutar bola

mataku, siapa yang bisa menjamin semua itu? Dengan pria lain saja Al sangat tak

menyetujuinya, apalagi dengan Kevin. Semua itu hanya akan berakhir dengan

perang dunia ketiga, dan aku hanya akan menonton semua itu sambil menikmati popcorn.

“Pak Kevin Aldino,

sepertinya Bapak harus kembali ke ruangan karena saya harus bekerja,” ucapku

sambil tersenyum.

“Setidaknya beri aku

alasan, Kak,” rengeknya.

Untung dia sangat

tampan, karena yang dia tunjukkan saat ini sangat menjijikkan. Aku akan

melemparinya dengan vas bunga jika itu bukan Kevin yang melakukan. Padahal aku

sudah sangat sering memberikan alasan itu, dan dia berkali-kali masih

memintanya lagi, berharap aku mungkin akan berubah pikiran.

“Karena kamu lebih

muda, kita satu kantor, kamu atasanku, kamu sahabatku, dan aku tak pernah

menganggapmu lebih dari seorang sahabat dan adik. Kamu ingin mendengarnya untuk

berapa kali lagi? Aku bisa mengulangnya lagi jika kamu belum puas.”

“Bagaimana dengan

Dimitri? Aku tidak bodoh, dan aku tahu apa saja yang sudah kalian lakukan,”

ucapnya sinis.

Tanganku berhenti

ketika akan menyalakan laptop. Dimitri. Kami hanya sahabat, sahabat yang

berbagi kehangatan di ranjang tepatnya. Aku terkadang tak mengerti dengan apa

yang kulakukan, dengan hubungan kami juga. Jika aku bisa melakukannya pada

Dimitri, maka harusnya aku juga bisa melakukan hal yang sama pada Kevin.

“Sudahlah, pada

akhirnya Kakak akan tetap memilih Dimitri di bnadingkan aku. Aku hanya akan

menunggu sampai kalian saling mengungkapkan.”

Kevin segera beranjak

menuju pintu, dan aku masih belum bisa berhenti memikirkan ucapannya barusan. Harusnya

aku juga memiliki jawaban itu semua untuk diriku sendiri.

**

Ini pertama kalinya aku menyapa disini. Hai, aku penulis baru di mangatoon. terima kasih sudah membaca karyaku, semoga kalian menikmatinya. Berikan vote kalau kalian memang menyukainya, dan berikan kritik jika kalian merasa ada yang kurang. Aku sangat terbuka pada kritikan yang kalian sampaikan.

Selamat membaca^^

Terpopuler

Comments

Fitriani

Fitriani

ini cerita orang luar ya soal kok ada byk hubunga bdn sebelum menikah 🤔🤔

2021-01-13

1

Angel

Angel

Dimitri orang korea ya thor? Soalnya di part 1 dia playboy di korea. Atau ini set location di Indo/korea?

2020-09-10

0

Divia Rilis Arunika

Divia Rilis Arunika

terlalu pnjng penjbaranya ktimbang obrolanya sih kak mnrutku

2020-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 Playboy
2 Heart Attack
3 Explanation
4 Love?
5 Best Friend
6 First Time
7 Secret
8 Engagement
9 The Truth
10 Michelle Laura
11 Hurt
12 A Date
13 Artificial Love
14 I Fell In Love With The Devil
15 Home
16 Christian Bagaskara
17 Christian Bagaskara-2
18 Confused
19 Sadewa Hardinata Wibisana
20 The Neighbor
21 The Past
22 Nabila's Wedding
23 Bonus : First Time
24 Damage
25 Gone
26 The End (?)
27 Heal
28 Stronger
29 Meet Again
30 Talk
31 Change
32 Decision
33 Bonus Chapter : The Wedding
34 Notice Me!
35 Bonus Chapter : Kevin & Ayu
36 Bonus Chapter : After Marriage
37 Bonus Chapter : Evelyn
38 Bonus Chapter : Lili's Florist
39 Bonus Chapter : Memories
40 Bonus Chapter : A Woman, A Wife
41 Bonus Chapter : Problem
42 Bonus Chapter : Parting
43 Bonus Chapter : Reason
44 Bonus Chapter : Beautiful
45 Bonus Chapter : Before Storm
46 IMPORTANT!
47 Bonus Chapter : Leave or Stay?
48 Bonus Chapter : Sweet Lies
49 Bonus Chapter : Confession
50 ANNOUNCEMENT!
51 #1. Beginning
52 #2. Regret
53 #3. Misunderstand
54 #4. Gioto's Family
55 #5. Gravity
56 #6. Nightmare
57 #7. I Like You
58 #8. Pasta
59 #9. Romantic Approach
60 #10. Jeaolus
61 #12. Cover
62 #13. Colors
63 #14. Third Chances
64 #15. Still
65 #16. Broken Glasses
66 #17. Hurt Road
67 #18. Out of Mind
68 #19. Back Again
69 #20. Divorce
70 Penting gak Penting!
71 #21. Residue
72 #22. Ice Cream
73 #23. Full Month
74 #24. Unforgetful Memories
75 #25. Cecilia
76 #26. Revealed
77 #27. Fever
78 #28. Autumn Leaves
79 #29. Thank You For Goodbye
80 #30. Finale
81 Thanks To....
82 Meet The Cast
83 Meet The Cast (2)
84 #2# Take 1
85 #2# Take 2
86 #2# Take 3
87 #2# Take 4
88 #2# Take 5
89 #2# Take 6
90 #2# Take 7
91 #2# Take 8
92 #2# Take 9
93 #2# Take 10
94 #2# Take 11
95 #2# Take 12
96 #2# Take 13
97 #2# Take 14
98 #2# Take 15
99 #2# Take 16
100 #2# Take 17
101 #2# Take 18
102 #2# Take 19
103 #2# Take 20
104 #2# Take 21
105 #2# Take 22
106 #2# Take 23
107 #2# Take 24
108 #2# Take 25
109 #2# Take 26
110 #2# Take 27
111 #2# Take 28
112 Notice!
113 #2# Take 29
114 #2# Take 30
115 #2# Take 31
116 #2# Take 32
117 #2# Take 33
118 #2# Take 34
119 #2# Take 35
120 #2# Take 36
121 #2# Take 37
122 #2# Take 38
123 #2# Take 39
124 #2# Take 40
125 #2# Take 41
126 #2# Take 42
127 #2# Take 43
128 #2# Take 44
129 #2# Take 45
130 #2# Take 46
131 #2# Take 47
132 #2# Take 48
133 #2# Take 49
134 #2# Take 50
135 #2# Take 51
136 #2# Take 52
137 #2# Take 53
138 #2# Take 54
139 #2# Take 55
140 #2# Take 56
141 #2# Take 57
142 #2# Take 58
143 Notice!
144 Playboy take #2# The Real Playboy
145 Playboy take #2# Keluarga
146 Playboy take #2# Masa Lalu vs Masa Kini
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Playboy
2
Heart Attack
3
Explanation
4
Love?
5
Best Friend
6
First Time
7
Secret
8
Engagement
9
The Truth
10
Michelle Laura
11
Hurt
12
A Date
13
Artificial Love
14
I Fell In Love With The Devil
15
Home
16
Christian Bagaskara
17
Christian Bagaskara-2
18
Confused
19
Sadewa Hardinata Wibisana
20
The Neighbor
21
The Past
22
Nabila's Wedding
23
Bonus : First Time
24
Damage
25
Gone
26
The End (?)
27
Heal
28
Stronger
29
Meet Again
30
Talk
31
Change
32
Decision
33
Bonus Chapter : The Wedding
34
Notice Me!
35
Bonus Chapter : Kevin & Ayu
36
Bonus Chapter : After Marriage
37
Bonus Chapter : Evelyn
38
Bonus Chapter : Lili's Florist
39
Bonus Chapter : Memories
40
Bonus Chapter : A Woman, A Wife
41
Bonus Chapter : Problem
42
Bonus Chapter : Parting
43
Bonus Chapter : Reason
44
Bonus Chapter : Beautiful
45
Bonus Chapter : Before Storm
46
IMPORTANT!
47
Bonus Chapter : Leave or Stay?
48
Bonus Chapter : Sweet Lies
49
Bonus Chapter : Confession
50
ANNOUNCEMENT!
51
#1. Beginning
52
#2. Regret
53
#3. Misunderstand
54
#4. Gioto's Family
55
#5. Gravity
56
#6. Nightmare
57
#7. I Like You
58
#8. Pasta
59
#9. Romantic Approach
60
#10. Jeaolus
61
#12. Cover
62
#13. Colors
63
#14. Third Chances
64
#15. Still
65
#16. Broken Glasses
66
#17. Hurt Road
67
#18. Out of Mind
68
#19. Back Again
69
#20. Divorce
70
Penting gak Penting!
71
#21. Residue
72
#22. Ice Cream
73
#23. Full Month
74
#24. Unforgetful Memories
75
#25. Cecilia
76
#26. Revealed
77
#27. Fever
78
#28. Autumn Leaves
79
#29. Thank You For Goodbye
80
#30. Finale
81
Thanks To....
82
Meet The Cast
83
Meet The Cast (2)
84
#2# Take 1
85
#2# Take 2
86
#2# Take 3
87
#2# Take 4
88
#2# Take 5
89
#2# Take 6
90
#2# Take 7
91
#2# Take 8
92
#2# Take 9
93
#2# Take 10
94
#2# Take 11
95
#2# Take 12
96
#2# Take 13
97
#2# Take 14
98
#2# Take 15
99
#2# Take 16
100
#2# Take 17
101
#2# Take 18
102
#2# Take 19
103
#2# Take 20
104
#2# Take 21
105
#2# Take 22
106
#2# Take 23
107
#2# Take 24
108
#2# Take 25
109
#2# Take 26
110
#2# Take 27
111
#2# Take 28
112
Notice!
113
#2# Take 29
114
#2# Take 30
115
#2# Take 31
116
#2# Take 32
117
#2# Take 33
118
#2# Take 34
119
#2# Take 35
120
#2# Take 36
121
#2# Take 37
122
#2# Take 38
123
#2# Take 39
124
#2# Take 40
125
#2# Take 41
126
#2# Take 42
127
#2# Take 43
128
#2# Take 44
129
#2# Take 45
130
#2# Take 46
131
#2# Take 47
132
#2# Take 48
133
#2# Take 49
134
#2# Take 50
135
#2# Take 51
136
#2# Take 52
137
#2# Take 53
138
#2# Take 54
139
#2# Take 55
140
#2# Take 56
141
#2# Take 57
142
#2# Take 58
143
Notice!
144
Playboy take #2# The Real Playboy
145
Playboy take #2# Keluarga
146
Playboy take #2# Masa Lalu vs Masa Kini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!