Heart Attack

Menjadi Manajer

Pemasaran membuatku sedikit kewalahan, apalagi ketika sedang memiliki projek

seperti ini. Aku diminta untuk menyelesaikannya sesuai tenggat waktu yang sudah

di tentukan. Syuting iklan untuk salah satu produk dari klien kami sudah hampir

selesai, tapi aku tetap merasa belum puas. Mereka sangat perfeksionis, walaupun

aku sudah mengajukan hasil video mentahnya, mereka masih menganggap masih ada

yang kurang pada beberapa bagian.

Perusahaan tempatku

bekerja adalah perusahaan dalam bidang periklanan. Aku sudah bekerja lebih dari

lima tahun, tepatnya ketika aku baru saja mendapat gelar sarjanaku, dan Dimitri

sudah menjabat sebagai Direktur. Dia sudah bekerja sejak baru mulai kuliah atas

perintah Ayahnya, karena memang Dimitri adalah penerus Ayahnya.

Dimitri juga memiliki

beberapa persen saham di perusahaan tersebut atas namanya sendiri. Dia memang

semenawan itu ketika sedang bekerja. Pria pekerja keras, ambisius, keras

kepala, dan pecinta wanita tentu saja. Beruntung ia terlahir dengan wajah

tampan itu, kurasa walaupun ia tak memiliki wajah yang tampan, ia tetap akan

menjadi playboy. Kenapa? Karena ia

memiliki kekuasaan.

Wanita manapun akan

dengan mudah tunduk di bawah kuasa pria itu. Itu juga yang membuat egonya semakin

tinggi. Jika ia bukan sahabatku, aku sudah pasti akan membunuh pria seperti

itu, karena sahabatku itu juga aku belum mendapatkan seorang pacar. Dimitri dan

juga Kevin selalu memiliki sejuta alasan jika aku bercerita tentang salah satu

pria yang aku sukai.

Kalian ingin tahu

alasan yang mereka berikan? ‘Semua pria itu brengsek, jangan dekat-dekat dengan

pria manapun.’ Itulah yang mereka katakan, padahal mereka sama brengseknya dan

aku bersahabat dengan mereka. Aku bahkan sudah tidur dengan salah satunya. Aku hanya

tinggal menunggu waktu untuk tidur dengan Kevin agar aku mendapatkan predikat

sebagai ‘bitch’.

“Hai, Li. Maaf ya,

telat, kamu tahu sendiri jam segini itu jamnya macet.”

Aku tersenyum melihat

kedatangan Nabila yang langsung mendudukkan dirinya di kursi hadapanku. Nabila

ini satu-satunya sahabat yang kumiliki, karena sejak kuliah aku sudah dekat

dengan Dimitri, banyak gadis-gadis lainnya yang tak menyukaiku bahkan sampai

memusuhiku. Aku tak kaget dengan semua itu, aku sudah terbiasa.

Nabila adalah salah

satu editor di majalah fashion, dan

kami berdua sama-sama sibuk. Kami biasanya harus menunggu selama satu bulan

untuk bisa sekedar bertemu seperti ini.

“Biasa aja kali, kayak

baru kenal aja,” ucapku santai. Yang terpenting adalah kami bisa bertemu. Aku terlalu

muak jika harus berbicara bersama Dimitri dan Kevin, karena itulah aku cukup

beruntung memiliki satu sahabat wanita.

“Jadi gimana? Masih

pacaran sama berkas-berkas? Atau berkas-berkas itu udah berubah jadi cowok

ganteng?”

Aku tertawa mendengar

perumpamaannya, aku memang terkenal jomblo akut. Sejak kami mulai berteman, aku

tak pernah sekalipun memiliki pacar, bukan karena pernah patah hati. Dua sahabat

lelakiku sangat posesif, padahal aku juga ingin merasakan pacaran, aku sudah

dua tujuh. Jika tiga tahun lagi aku tak menikah, mungkin orang tuaku akan mulai

menjodohkanku.

“Aku selalu berharap

pemilik salah satu berkas-berkas itu adalah pria tampan, tapi yang ada

bapak-bapak tua nyebelin.” Aku menopang dagu, sangat miris dengan nasibku.

Kalian tahu, kadang aku

berharap klien-klien yang aku tangani adalah pria tampan, muda, dan pemilik

salah satu perusahaan, seperti yang sering aku baca di novel itu. Kenyataannya,

mereka hanyalah pria tua cerewet yang selalu tak setuju dengan konsep yang

kuajukan. Tak semua memang, sebagian besarnya seperti itu.

“Dan kamu beruntung

karena hari ini ketemu aku!” Nabila menjentikkan jarinya dengan semangat, senyumnya

sangat lebar menatapku. “Aku membawakanmu salah satunya.”

Nabila mengeluarkan

sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah foto seorang pria dengan jas dokter sedang

tersenyum pada seseorang yang memakai baju pasien. “Ini Reno?” tanyaku. Reno adalah

pacar Nabila yang berprofesi sebagai dokter.

“Masa iya aku mau

jodohin pacarku sama kamu, Li?” Nabila memutar bola matanya. “Itu temennya

Reno. Dokter bedah, ganteng, dan udah pasti jomblo,” ucap Nabila menggebu-gebu dengan

mata yang berbinar.

Bisa-bisanya dia

nyeritain cowok lain sampai sebegitunya, untung tak ada Reno disini. Kalau ada,

bisa di pastikan Nabila tak akan berani mengatakan hal seperti itu. Reno sangat

posesif, dan Nabila ini terlalu genit ketika membahas pria tampan.

“Bil, definisi cowok

ganteng yang jomblo kayak dia itu, kalo gak gay atau dia pasti udah punya pacar

atau istri tanpa sepengetahuan orang lain. Kamu yakin dia jomblo?”

Aku menatap Nabila

horor, pengalamanku memang seperti itu. Cowok tampan yang biasa aku temui itu

adalah gay, apalagi di tempatku biasa fitnes. Walaupun aku hanya mengenakan

bikini, mereka tetap lebih tertarik pada pria kekar lainnya. Terkecuali Dimitri.

Nabila menatapku sama

horornya. “Beb, kalo kamu mikirnya kayak gitu terus, gimana kamu bisa lepas

dari predikat jomblonya. Harusnya kamu bersyukur cowok ini ganteng.”

“Aku mau yang biasa

aja, Bil, tapi minimal dia punya satu perusahaan.”

Nabila langsung

melemparkan tisu padaku dengan kesal, membuatku tertawa. Aku benar, kan? Aku tak

butuh cowok ganteng dan sejenisnya, yang penting dia pria pemilik perusahaan dan

belum beristri. Berlebihan, ya?

**

Aku membereskan

berkas-berkas yang sedikit berserakan di meja. Ini hari jum’at dan sudah pukul

lima. Aku akan menemui si dokter bedah yang Nabila tunjukkan padaku fotonya

kemarin. Tentu saja aku tak akan menolak, foto yang hanya terlihat dari samping

saja sudah menunjukkan betapa manisnya senyum itu, bagaimana jika aku bertemu

aslinya. Aku harap dia lebih tampan dari dugaanku.

Aku ini bukan wanita

pemilih sebenarnya, aku lebih menilai karakter pria di banding fisiknya. Wajah tampan

hanya bonus saja. Aku jujur, hanya saja saat ini aku harus mencari pria yang

lebih tampan, lebih kaya, lebih dari segala hal yang di miliki Dimitri. Pria itu

pasti akan dengan senang hati merestuiku untuk berpacaran jika aku menemukan

pria yang seperti itu.

Ini sangat tak adil

untukku, Dimitri bisa mendapatkan wanita manapun yang ia suka, sementara aku

tak bisa melakukan hal itu hanya karena aku sahabatnya. Sangat lucu sekaligus

ironi untukku. Memang ada aturannya aku tak boleh berpacaran karena aku

memiliki sahabat pria?

“Tumben Kakak udah

beres-beres?”

Aku mendongak dan

menemukan Kevin yang berdiri di ambang pintu. Kevin sebenarnya sama saja dengan

Dimitri, ia akan rela aku memiliki pacar jika pria itu lebih dari dirinya. Benar-benar

dua saudara yang konyol. Setidaknya Kevin tak seposesif Dimitri.

Aku sudah menyelesaikan

membereskan meja kerjaku, dan segera mengambil tas dan menghampirinya. “Ini

hari jum’at, dan aku mau menikmati jum’at malamku,” ucapku dengan senyum lebar

di hadapannya.

Kevin menaikkan

alisnya, menatapku penuh selidik. “Kemana lagi Dimitri mau bawa kakak? Kayaknya

hari ini dia punya janji makan malam, apa jangan-jangan makan malamnya itu sama

Kakak?” tanyanya horor.

Kevin ini sangat

ekspresif jika sudah bersamaku, ia bisa menunjukkan seribu wajahnya yang penuh

ekspresi itu, tapi akan sangat serius jika sudah bekerja. Sayangnya aku sudah

menganggapnya seperti adik, aku pun tak memiliki perasaan yang spesial padanya.

“Apa menurutmu aku

hanya akan keluar bersama Dimitri? Dia bukan satu-satunya pria, tahu.” Aku mengerucutkan

bibirku.

“Kak, aku pernah

bilang, kan, kalau Kakak mau kencan—“

“—cari yang lebih

ganteng dari kamu dan bukan brengsek. Aku tahu, aku pastiin dia berkali-kali lipat

lebih baik dari kamu ataupun Dimitri, oke?” potongku.

Kevin tersenyum dan

mencubit kedua pipiku dengan gemas, lalu memutarnya kekiri dan kanan. “Kak Lili

udah dewasa rupanya.” Ia lalu melepaskan cubitannya dan menatapku dengan

serius. “Dan jangan pernah ketemu sama Dimitri di belakang aku, Kakak pikir aku

gak tahu?”

Aku tertawa. Walaupun usianya

sudah dua empat, ia masih suka menunjukkan sifat kekanakannya padaku. Lagipula

aku lebih menyukai seperti itu, di banding ia menunjukkan wajah serius padaku.

Jika sudah seperti itu, ia tak akan jauh berbeda dengan Dimitri.

Aku tersenyum lalu

mencium pipinya singkat sebelum berlalu meninggalkannya. Aku harus menunjukkan

kesan terbaikku di hari pertama pertemuan dengan sang dokter.

**

Sepertinya aku terlalu

bersemangat karena ini adalah pertemuan pertama, aku masih mengenakan blus dan

rok pensilku, karena jika aku pulang ke apartemen yang kusewa akan memakan

waktu, jadi lebih baik aku langsung menemuinya. Aku hanya memperbaiki riasanku

yang sudah mulai memudar.

Entah kenapa jantungku

berdegup kencang sedari tadi, apa karena ini pertama kalinya setelah sekian

lama aku bertemu dengan pria? Aku gugup, tapi aku coba untuk menenangkan diri. Biasanya

yang mampu membuatku berdebar-debar adalah Dimitri, Kevin juga pernah membuatku

berdebar-debar.

Aku bahkan masih

memikirkan pria lain ketika harusnya aku fokus pada pria yang akan muncul ini.

“Selamat malam.”

Aku menatap pria yang

baru saja menyapa. Dia sangat tampan. Aku bahkan berani bertaruh kalau dia

lebih tampan di banding Dimitri. Jantungku semakin berdetak dengan kencang

seolah akan keluar dari tubuhku.

“Liliana?” tanyanya

memastikan.

Aku berdehem pelan

sebelum menyapanya. Aku benar-benar akan berterima kasih pada Nabila nanti,

karena pria ini benar-benar tampan. Aku bahkan tak mampu mendeskripsikannya

dengan kalimat.

“Y—ya, saya Liliana.”

Aku mencoba menampilkan senyum terbaikku padanya, tapi rasanya wajahku terlihat

bodoh saat ini.

“Saya Richard,” ucapnya

ssembari mengulurkan tangan.

Aku menerima uluran

tangan itu dengan sedikit gemetar. Ah, reaksiku benar-benar payah ketika

bertemu pria, pantas saja aku jomblo sampai saat ini. Aku langsung

mempersilakan ia duduk. Pakaiannya sangat sederhana, hanya kemeja hitam yang

lengannya ia gulung sampai siku dan celana kain berwarna senada, dan hanya

dengan pakaian itu saja ia sudah sangat tampan.

“Kamu baru pulang kerja?”

tanyanya.

“Jarak apartemenku

lumayan jauh, kelamaan kalau pulang dulu jadi aku langsung kesini. Apa terlalu

formal?” tanyaku.

Harusnya aku tadi

mampir di salah satu butik untuk mencari setidaknya dress, aku merasa seperti sedang bertemu klien, bukannya kencan.

“Aku tak masalah, toh

kamu pasti akan terlihat cantik dengan pakaian apapun.”

Ucapannya membuat

pipiku memanas, sepertinya ia terlalu memujiku. Jantungku juga semakin berdetak

nyaring, aku merasa ia bisa mendengar suara debaran jantungku ini. Seharusnya aku

membawa obat sakit jantung agar jantungku tak terlalu berdebar seperti ini. Memalukan

sekali.

“Kamu gak masalah, kan,

kalau kita bicara secara informal, supaya gak terlalu kaku,” ucapnya lagi.

Aku hanya menganggukkan

kepala, aku benar-benar merasa seperti remaja yang baru jatuh cinta. Ucapan Richard

ini terlalu lancar untuk seorang yang sedang jomblo, apa karena ia dokter? Tapi

ia dokter bedah yang aku yakin waktunya lebih banyak di habiskan di ruang

operasi.

Aku meyakinkan diriku

sendiri untuk tenang dan santai, pria ini bukan apa-apa. Aku terbiasa

menghadapi pria lainnya, anggap saja dia klien. Klien yang menawarkan hidup

bersamanya sebagai bayarannya. Jadi aku harus mengeluarkan semua rasa percaya

diri yang tersimpan di dalam diriku.

“Aku ingin tahu tentang

dirimu? Bagaimana rasanya menjadi dokter bedah?”

“Kamu sangat to the point, ya?”

Aku mengangkat bahu

acuh. “Aku sebenarnya tak tahu harus bertanya apa. Aku lebih sering menghadapi

klien di banding menghadapi pria yang sesungguhnya.” Aku memberikan cengiranku

padanya. Kurasa bicara jujur lebih baik, ini sifatku dan aku ingin menunjukkan

itu padanya.

“Apa aku pria pertama? Rasanya

mustahil wanita secantik kamu mustahil melakukan hal itu.”

“Tapi itulah

kenyataannya, dan kamu terlalu memujiku.”

Richard tertawa, dan

tawanya itu menular padaku. “Kalau begitu aku beruntung, pastikan kamu hanya

mengatakan hal itu padaku saja.”

Pipiku kembali memanas

mendengar ucapannya. Ah, ini benar-benar pertama kali dalam hidupku aku

merasakan hal ini. Aku tertawa selepas ini, pipiku memerah, dan jantungku

berdebar sangat kencang. Ingatkan aku untuk membawa obat sakit jantung ketika

bertemu dengannya, agar debarannya tak sekencang ini.

Richard juga pria yang

sangat mengasyikkan, kami tak kehabisan topic sepanjang malam itu. Ia juga

sesekali melemparkan lelucon. Kali ini aku akan sangat berterima kasih pada

Nabila dan pacarnya yang mau menyodorkan salah satu temannya padaku.

**

“Al!”

Aku berteriak ketika

menyalakan lampu apartemen dan menemukan Dimitri berdiri memunggungiku di ruang

tamu. Aku selalu memanggil Dimitri dengan nama belakangnya, Aldino yang

kusingkat Al. Lebih singkat dan tentu saja berbeda dengan yang lainnya, aku

akan memanggilnya Dimitri jika sedang kesal.

Al menolehkan

kepalanya, dan menatapku dingin. Apa aku berbuat salah? Aku bahkan seharian tak

bertemu dengannya di kantor, karena aku sangat sibuk dan dia yang memang sedang

rapat di luar.

“Gimana kencannya? Kayaknya

kamu bahagia banget, pipi kamu bahkan masih merah sekarang,” ucapnya sarkas.

Aku reflek menyentuh

pipiku, bagaimana ia bisa tahu aku sedang kencan? Aku bahkan tak menghubunginya

sejak tadi. “Kamu tahu darimana?”

“Aku gak suka sama

cowok itu.”

Al berjalan

menghampiriku. Aku sontak mundur dari tempatku berdiri, tapi ia malah

melewatiku menuju pintu. Ia pergi? Ia tak menjawab pertanyaanku dan membuatku

bingung dengan sikapnya, lalu hanya pergi?

“Aku gak peduli sama

pendapat kamu, toh kamu selalu gak suka sama semua cowok yang deket sama aku,

dan kamu sekarang pergi gitu aja tanpa kasih penjelasan…,”

Ucapanku terhenti

begitu saja ketika ia dengan tiba-tiba berbalik dan mendorongku ke dinding. Menciumku

dengan keras, intens, seperti menyalurkan semua kekesalannya. “Ya, aku tak

menyukainya dan sebaiknya kamu jangan pernah mendekati pria lain lagi.”

Al meremas pinggulku,

semakin mendesakku ke dinding dan kembali menciumku. Aku tak bisa melakukan

apapun selain menerimanya. Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Aku bahkan

dengan mudahnya melupakan Richard yang baru kutemui, semua percakapan kami

seolah menghilang begitu saja ketika Al menciumku.

**

Terpopuler

Comments

Rizky Novryanita Putri

Rizky Novryanita Putri

gue yang bedebar bacanya 😁

2020-09-08

1

octyarine

octyarine

Visualnya donk thor biar bisa bayangin

2020-07-23

1

Mamik Astutik

Mamik Astutik

Adeh jdi cewek gampangan bnget

2020-07-15

3

lihat semua
Episodes
1 Playboy
2 Heart Attack
3 Explanation
4 Love?
5 Best Friend
6 First Time
7 Secret
8 Engagement
9 The Truth
10 Michelle Laura
11 Hurt
12 A Date
13 Artificial Love
14 I Fell In Love With The Devil
15 Home
16 Christian Bagaskara
17 Christian Bagaskara-2
18 Confused
19 Sadewa Hardinata Wibisana
20 The Neighbor
21 The Past
22 Nabila's Wedding
23 Bonus : First Time
24 Damage
25 Gone
26 The End (?)
27 Heal
28 Stronger
29 Meet Again
30 Talk
31 Change
32 Decision
33 Bonus Chapter : The Wedding
34 Notice Me!
35 Bonus Chapter : Kevin & Ayu
36 Bonus Chapter : After Marriage
37 Bonus Chapter : Evelyn
38 Bonus Chapter : Lili's Florist
39 Bonus Chapter : Memories
40 Bonus Chapter : A Woman, A Wife
41 Bonus Chapter : Problem
42 Bonus Chapter : Parting
43 Bonus Chapter : Reason
44 Bonus Chapter : Beautiful
45 Bonus Chapter : Before Storm
46 IMPORTANT!
47 Bonus Chapter : Leave or Stay?
48 Bonus Chapter : Sweet Lies
49 Bonus Chapter : Confession
50 ANNOUNCEMENT!
51 #1. Beginning
52 #2. Regret
53 #3. Misunderstand
54 #4. Gioto's Family
55 #5. Gravity
56 #6. Nightmare
57 #7. I Like You
58 #8. Pasta
59 #9. Romantic Approach
60 #10. Jeaolus
61 #12. Cover
62 #13. Colors
63 #14. Third Chances
64 #15. Still
65 #16. Broken Glasses
66 #17. Hurt Road
67 #18. Out of Mind
68 #19. Back Again
69 #20. Divorce
70 Penting gak Penting!
71 #21. Residue
72 #22. Ice Cream
73 #23. Full Month
74 #24. Unforgetful Memories
75 #25. Cecilia
76 #26. Revealed
77 #27. Fever
78 #28. Autumn Leaves
79 #29. Thank You For Goodbye
80 #30. Finale
81 Thanks To....
82 Meet The Cast
83 Meet The Cast (2)
84 #2# Take 1
85 #2# Take 2
86 #2# Take 3
87 #2# Take 4
88 #2# Take 5
89 #2# Take 6
90 #2# Take 7
91 #2# Take 8
92 #2# Take 9
93 #2# Take 10
94 #2# Take 11
95 #2# Take 12
96 #2# Take 13
97 #2# Take 14
98 #2# Take 15
99 #2# Take 16
100 #2# Take 17
101 #2# Take 18
102 #2# Take 19
103 #2# Take 20
104 #2# Take 21
105 #2# Take 22
106 #2# Take 23
107 #2# Take 24
108 #2# Take 25
109 #2# Take 26
110 #2# Take 27
111 #2# Take 28
112 Notice!
113 #2# Take 29
114 #2# Take 30
115 #2# Take 31
116 #2# Take 32
117 #2# Take 33
118 #2# Take 34
119 #2# Take 35
120 #2# Take 36
121 #2# Take 37
122 #2# Take 38
123 #2# Take 39
124 #2# Take 40
125 #2# Take 41
126 #2# Take 42
127 #2# Take 43
128 #2# Take 44
129 #2# Take 45
130 #2# Take 46
131 #2# Take 47
132 #2# Take 48
133 #2# Take 49
134 #2# Take 50
135 #2# Take 51
136 #2# Take 52
137 #2# Take 53
138 #2# Take 54
139 #2# Take 55
140 #2# Take 56
141 #2# Take 57
142 #2# Take 58
143 Notice!
144 Playboy take #2# The Real Playboy
145 Playboy take #2# Keluarga
146 Playboy take #2# Masa Lalu vs Masa Kini
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Playboy
2
Heart Attack
3
Explanation
4
Love?
5
Best Friend
6
First Time
7
Secret
8
Engagement
9
The Truth
10
Michelle Laura
11
Hurt
12
A Date
13
Artificial Love
14
I Fell In Love With The Devil
15
Home
16
Christian Bagaskara
17
Christian Bagaskara-2
18
Confused
19
Sadewa Hardinata Wibisana
20
The Neighbor
21
The Past
22
Nabila's Wedding
23
Bonus : First Time
24
Damage
25
Gone
26
The End (?)
27
Heal
28
Stronger
29
Meet Again
30
Talk
31
Change
32
Decision
33
Bonus Chapter : The Wedding
34
Notice Me!
35
Bonus Chapter : Kevin & Ayu
36
Bonus Chapter : After Marriage
37
Bonus Chapter : Evelyn
38
Bonus Chapter : Lili's Florist
39
Bonus Chapter : Memories
40
Bonus Chapter : A Woman, A Wife
41
Bonus Chapter : Problem
42
Bonus Chapter : Parting
43
Bonus Chapter : Reason
44
Bonus Chapter : Beautiful
45
Bonus Chapter : Before Storm
46
IMPORTANT!
47
Bonus Chapter : Leave or Stay?
48
Bonus Chapter : Sweet Lies
49
Bonus Chapter : Confession
50
ANNOUNCEMENT!
51
#1. Beginning
52
#2. Regret
53
#3. Misunderstand
54
#4. Gioto's Family
55
#5. Gravity
56
#6. Nightmare
57
#7. I Like You
58
#8. Pasta
59
#9. Romantic Approach
60
#10. Jeaolus
61
#12. Cover
62
#13. Colors
63
#14. Third Chances
64
#15. Still
65
#16. Broken Glasses
66
#17. Hurt Road
67
#18. Out of Mind
68
#19. Back Again
69
#20. Divorce
70
Penting gak Penting!
71
#21. Residue
72
#22. Ice Cream
73
#23. Full Month
74
#24. Unforgetful Memories
75
#25. Cecilia
76
#26. Revealed
77
#27. Fever
78
#28. Autumn Leaves
79
#29. Thank You For Goodbye
80
#30. Finale
81
Thanks To....
82
Meet The Cast
83
Meet The Cast (2)
84
#2# Take 1
85
#2# Take 2
86
#2# Take 3
87
#2# Take 4
88
#2# Take 5
89
#2# Take 6
90
#2# Take 7
91
#2# Take 8
92
#2# Take 9
93
#2# Take 10
94
#2# Take 11
95
#2# Take 12
96
#2# Take 13
97
#2# Take 14
98
#2# Take 15
99
#2# Take 16
100
#2# Take 17
101
#2# Take 18
102
#2# Take 19
103
#2# Take 20
104
#2# Take 21
105
#2# Take 22
106
#2# Take 23
107
#2# Take 24
108
#2# Take 25
109
#2# Take 26
110
#2# Take 27
111
#2# Take 28
112
Notice!
113
#2# Take 29
114
#2# Take 30
115
#2# Take 31
116
#2# Take 32
117
#2# Take 33
118
#2# Take 34
119
#2# Take 35
120
#2# Take 36
121
#2# Take 37
122
#2# Take 38
123
#2# Take 39
124
#2# Take 40
125
#2# Take 41
126
#2# Take 42
127
#2# Take 43
128
#2# Take 44
129
#2# Take 45
130
#2# Take 46
131
#2# Take 47
132
#2# Take 48
133
#2# Take 49
134
#2# Take 50
135
#2# Take 51
136
#2# Take 52
137
#2# Take 53
138
#2# Take 54
139
#2# Take 55
140
#2# Take 56
141
#2# Take 57
142
#2# Take 58
143
Notice!
144
Playboy take #2# The Real Playboy
145
Playboy take #2# Keluarga
146
Playboy take #2# Masa Lalu vs Masa Kini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!