Rick bangun pukul enam pagi. Saat keluar dari kamar, rumahnya sudah rapi dan bersih. Semerbak wangi kopi tercium ke seluruh ruangan. Rumah yang open concept itu memang membuat dapur terlihat dari ruang TV.
Dari sana ada Miranda yang tengah menuangkan kopi di cangkir lalu menatap Rick yang terpaku heran.
"Selamat pagi!" Miranda tersenyum ceria. "Kopi americano favoritmu sudah siap. Kemarilah, aku akan membuatkan pancake dan bacon untuk sarapan!"
Rick masih heran tapi dia menuruti apa yang dikatakan Miranda. Dia duduk di hadapan Miranda yang terhalang meja island. Dia mengambil cangkirnya dan menyeruputnya.
Rick terdiam. Bayangan Rachel tiba-tiba muncul begitu dia mencecap kopi buatan Miranda. Racikannya persis seperti racikan mendiang isterinya. Seketika dia berdiri dan beranjak dari kursi.
"Hah? Kenapa?" Miranda tersentak. "Mau kemana? Tidak sarapan dulu?"
Rick berjalan ke teras belakang dan memulai yoga dan meditasi di pagi hari. Rick menutup matanya. Dalam pikirannya bayangan Rachel mulai memudar dan tergantikan oleh bayangan Miranda. Seketika dia membuka matanya dan memulai kembali meditasi dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Dia kenapa sih? Kenapa selalu membuat gerakan tiba-tiba yang tidak tertebak? Aku kan jadi bingung! Gerutu Miranda dalam hati.
Matahari mulai meninggi dan hangatnya menerpa tubuh Rick. Satu jam dia yoga di sana. Lebih lama dari biasanya. Setelah merasa cukup, dia kembali masuk ke dalam rumahnya dan Miranda tak terlihat.
Di meja makan sudah tersedian pancake, bacon dan segelas jus jeruk. Nat sudah memberikan catatan yang berisikan makanan dan minuman favorit Rick pada Miranda. Membuatnya mulai sedikit menerima kehadiran wanita itu di rumahnya.
Setelah selesai sarapan, Rick masuk ke dalam kamarnya dan mulai bersiap untuk berangkat ke lapangan. Setelah siap, dia keluar dari kamar dan Miranda sudah siap dengan ranselnya.
Miranda tersenyum. "Aku sudah siap!"
Rick mengernyitkan dahinya. "Kemana?"
"Mengikutimu. Kau lupa apa yang dikatakan Nat?"
Rick memutar bola matanya malas. Tanpa banyak bicara dia berjalan keluar rumah dan Miranda mengikutinya dari belakang. Rick memacu Rubicon hitamnya dengan Miranda yang duduk di sampingnya.
Sesampainya di lapangan tempat Rick melatih timnya, mereka berdua keluar dari mobil dan Nat sudah muncul di pintu utama. Nat menahan tawanya ketika melihat Rick yang seperti tidak nyaman diikuti Miranda di belakangnya.
"Hai Miranda!" sapa Nat.
"Hai Nat!" balas Miranda setelah sampai di hadapan Nat.
"Bagaimana harimu setelah tinggal bersama Rick?" tanya Nat.
Miranda langsung melirik Rick. Rick yang malas dengan percakapan itu langsung pergi ke ruangan ganti pemain lebih dahulu. Nat dan Miranda menyusul kemudian.
Ruang ganti itu penuh dengan para atlet rugby nasional. Mereka memiliki badan yang atletis sama seperti pelatihnya. Para atlet itu nampak heran dengan kedatangan Miranda. Tapi baik Rick ataupun Nat tidak memperkenalkan Miranda kepada para atlet.
Rick kemudian memberikan arahan kepada para pemain. Arahan mengenai strategi pemenangan untuk pertandingan dua hari yang akan datang. Setelah selesai memberikan pengarahan, semua keluar dari ruangan itu dan mulai berlatih di lapangan bersama Rick.
Nat dan Miranda menonton dari kursi penonton. Miranda lalu mengeluarkan laptop dari tas ranselnya untuk mulai menggarap bukunya.
BRUK!
Para atlet saling berkejaran memperebutkan bola setelah satu kali tendangan kick-off. Pemain bernomor punggung 7 berhasil menguasai bola setelah terjadi perebutan sengit di dalam kerumunan para pemain yang berjatuhan di atas bola. Sampai di depan gawang, pemain nomor tujuh itu memantulkannya dan berhasil mencetak angka.
Setelah mencetak angka, lelaki bernomor pungguh tujuh itu melirik pada Miranda di kursi penonton dan tersenyum singkat membuat Miranda yang menatapnya merona.
Apa itu tadi?
Pelatihan tertunda di saat jam makan siang. Rick, Nat dan Miranda makan siang di cafe yang tak jauh dari stadion. Stadion itu terletak di perkotaan dan suasananya ramai apalagi di saat jam makan siang seperti ini.
Di cafe yang sama, ada Jenifer yang tengah mengantri di meja order melihat Miranda yang duduk di meja bersama Rick. Merasa mendapatkan peluang emas, dia langsung mengeluarkan ponselnya dan memotret Miranda dan Rick yang tengah mengobrol. Setelah cukup banyak memotret, Jenifer menghampiri keduanya.
Miranda terlihat tidak ramah melihat kedatangan Jenifer, Rick menatap heran orang yang tak dikenalinya mendekat.
"Well well, kau cepat move on dari Jeff rupanya," ucap Jenifer pada Miranda dengan senyuman liciknya. "Hai, perkenalkan. Namaku Jenifer. Aku teman lama Miranda." Jenifer mengulurkan tangannya pada Rick.
Rick tidak membalas jabatan tangan itu. Membuat Jenifer menarik kembali tangannya dan Miranda menahan tawanya.
Jenifer menatap Miranda kesal.
"Baiklah kalau begitu aku permisi. Maaf sudah mengganggu makan siang kalian. Sampai jumpa!" Jenifer beranjak, tapi tiba-tiba kembali berbalik. "Oh ya, ada salam dari Jeff untukmu!"
Akhirnya Jenifer benar-benar menghilang dari sana. Miranda bernafas lega.
"Apa benar dia temanmu?" tanya Rick yang merasakan ketidaknyamanan Miranda.
"Ya, dulu. Sebelum dia menghancurkan hidupku," jawab Miranda.
Rick masih diliputi tanda tanya tapi dia tidak bertanya lagi. Nat muncul dari toilet bersamaan dengan pelayan yang mengantarkan makan siang ke meja mereka.
***
"Hai Sayang!" ucap Jenifer di dalam mobil menelepon Jeff. "Apa kau sudah makan siang?"
"Aku sudah selesai istirahat. Aku harus kembali bekerja," jawab Jeff yang pada kenyataannya masih makan siang di dekat kantornya.
"Tunggu! Kau tahu? Tadi aku bertemu Miranda," kata Jenifer mulai antusias bercerita.
Jeff yang tadinya ingin menutup telepon, mengurungkan niatnya dan mendengarkan. "Aku melihatnya di dekat stadion rugby bersama seorang pria."
Jeff mencengkram ponselnya kuat. "Siapa laki-laki itu?"
"Aku tidak tahu, tapi wajahnya sangat familiar. Aku tidak ingat. Aku akan mengirimkan fotonya padamu. Baiklah, sampai jumpa! Selamat kembali bekerja sayang!" akhir Jenifer yang terdengar bahagia. Jenifer mengirimkan foto yang tadi dia ambil pada Jeff.
Jeff menerima kiriman foto itu dan melihat Miranda bersama seorang laki-laki berambut abu. Jeff mengenal siapa laki-laki itu. Jeff adalah salah satu penonton setia pertandingan rugby. Lelaki yang bersama Miranda itu tentu dia tahu. Rick Foley. Pelatih timnas yang sedang naik daun.
Jeff membanting ponselnya ke meja di hadapannya. "Bisa-bisanya Miranda berpindah ke lain hati! Lihat saja nanti!"
***
Setelah selesai makan siang, pelatihan kembali diselenggarakan. Sampai pukul empat sore, pelatihan selesai. Pemain bernomor punggung tujuh yang sedari tadi tertarik pada Miranda, setelah mandi dan berganti pakaian dia datang mendekati Miranda yang masih duduk sambil memainkan laptopnya.
"Hai!" kata lelaki itu.
Miranda mendongak dan melihat lelaki bertubuh atletis dengan celana jeans dan hoodie berwarna hitam. Lelaki itu tersenyum dan lesung pipinya terlihat jelas menghiasi wajahnya.
"Hai," balas Miranda.
"Perkenalkan namaku Anthony. Panggil saja Thony," katanya lalu mengulurkan tangannya.
Miranda membalas uluran tangan itu. "Miranda."
Thony lalu duduk di sampingnya. "Apa kau asisten baru Rick?"
Miranda terkekeh. Begitukah mereka menyimpulkan siapa aku yang selalu ada di samping Rick?
"Kau bukan asistennya? Lalu? Apa kau... kekasihnya?" tanya Thony lagi.
Miranda mulai tertawa terbahak-bahak. "Kenapa kau berpikiran seperti itu?"
"Bukan?" Thony terlihat bernafas lega.
"Aku hanya seorang jurnalis. Sekarang aku sedang ada project menulis buku biografi Rick," jelas Miranda.
Thony mengangguk-ngangguk. "So, kita akan bertemu lebih sering?"
Miranda merasakan sesuatu yang lain dari Thony. Tapi dia rasa Thony adalah lelaki yang baik. Dari kejauhan muncul Rick dan Nat.
"Apa yang kau lakukan di sana?!" teriak Rick pada Miranda.
Apa lagi ini??? Kenapa dia meneriakiku? Batin Miranda.
"Ayo kita pulang!" kata Rick lalu berjalan menuju pintu keluar stadion.
Segera Miranda menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas ransel sambil memberi isyarat bertanya pada Nat yang hanya dibalas dengan gelengan kepala.
"Sampai jumpa!" seru Miranda pada Thony dan Nat.
Dia berlari menyusul Rick dan masuk ke dalam mobilnya. Rubicon hitam itu pun menghilang di kejauhan.
♤♤♤
Jeff.
Jenifer.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ida Darwati
kelihatan jenifer pelakor
2024-11-09
0
Kinan Rosa
kayaknya sih lebih tampan Rick dari pada Jeff deh
2023-03-01
0
ERa Ben
Visual jenifer cocok jadi pelakor..
2022-06-08
0