"Ada apa dengan Aruna?" Tanya Wahyu.
Suminten bingung harus menjawab apa. Sedang Aruna masih saja menangis dalam pelukannya. Wahyu duduk di samping Aruna.
"Aruna ... apakah emak sudah bicara tentang pernikahan?" Tanya Wahyu.
Aruna mengangguk.
"Abah mohon Aruna ... kali ini menikahlah dengan pilihan kami," lirih Wahyu.
"Abah ... Aruna bukan tidak mau menikah lagi dengan pilihan abah ... tapi Aruna takut ... laki-laki itu bakal senasib seperti Victor. Aruna takut abah ... Aruna takut ..." ringis nya.
"Aruna ... kamu harus jawab pertanyaan abah sejujur jujurnya, Aruna ... apa kamu makai? Yah ... makai susuk atau sejenisnya?" Tanya Wahyu.
Aruna menggeleng.
"Kenapa kamu takut jika kamu tidak makai apa apa!!!" Bentak Wahyu.
"Aruna juga tidak tahu abah..." ringis Aruna.
"Permisi abah ..." seru seorang laki-laki datang menghampiri Wahyu.
"Nak Bandi ... mari sini nak ... ini anak abah Aruna, yang abah ceritakan, Aruna ini nak Bandi, dia calon suamimu pilihan abah," seru Wahyu.
Bandi takjub dengan wajah ayu Aruna. Mulutnya masih menganga kagum melihat ada wanita secantik ini di desa yang selama ini dia tinggalkan. Wahyu dan Suminten senyum-senyum melihat reaksi Bandi.
"Silahkan nak Bandi kenalan lebih dekat dengan Aruna," lirih Suminten mengejutkan lamunan Bandi yang larut mengagumi kecantikan Aruna.
"I ii iya mak ..." jawab Bandi gugup.
Wahyu dan suminten sudah jauh dari Aruna dan Bandi
"Kalo neng Aruna keberatan dengan pernikahan ini tidak apa dibatalkan," lirih Bandi.
"Aruna tidak keberatan menikah aa ... tapi aa tahukan, setiap laki-laki yang menyentuh Aruna mati!!!" Lirih Aruna.
"Aa rela mati asalkan bisa menikah dengan neng Aruna," lirih Bandi, senyum malu-malu.
"Aa sudah tahukan konsekuensinya, terserah aa saja," lirih Aruna. Aruna pergi meninggalkan Bandi.
Bandi mematung menatap kepergian Aruna.
***
4 warga desa yang melihat kejadian di hutan langsung melaporkan kejadian di hutan yang mereka lihat kepada kades Tejo dan ketua adat Desa. Mereka semua berembug untuk menyusun rencana.
"Kita awetkan dulu jasad 5 pemuda itu, bila ada bukti baru, maka kita akan tindak anak Wahyu itu," kata Naning kepala adat desa Sebuku Naju.
"Saya setuju ... kita tidak bisa bertindak gegabah tanpa bukti!" Seru kades.
Mereka menemukan kesepakatan dari perundingan mereka, dan segera meng evakuasi jasad 5 pemuda yang mati di hutan itu ke tempat suci dan segera mereka awetkan dengan ramuan tradisional racikan desa mereka.
Beberapa hari setelah kejadian di hutan, kabar pernikahan Bandi dan Aruna mulai didengar warga. Beberapa warga sudah memperingatkan Bandi agar tidak menikahi Aruna. Bahkan beberapa teman Rasda juga memberi peringatan pada Bandi.
"Kak Bandi ... kalo kaka mau hidup dan berumur panjang, jangan nikahi Aruna si liang maut itu!" Seru Lilis.
"Liang maut??? Apa maksud kamu lis?" Lirih Bandi.
"Memang kaka ngga tahu? Setiap yang menyentuh liang Inti Aruna bakal mati!!!" pungkas Lilis.
Bandi malah kesal mendengarnya dan meninggalkan Lilis begitu saja. Bandi berlari kerumah Aruna.
"Umak ... abah ... jika kalian tidak keberatan Bandi mau nikahi Aruna malam ini juga," lirih Bandi mengejutkan Suminten dan Wahyu.
"Gimana kalo Umak sama abah siapkan Aruna. Saya akan mengurus dan meminta izin di tempat suci," seru Bandi.
Suminten dan Wahyu mengikut apa kemauan Bandi. Segera Bandi berlari meninggalkan rumah Wahyu. Menuju tempat suci sendirian. Menemui kepala adat desa untuk mengadakan upacara pernikahan malam ini.
Upacara pernikahan dilaksanakan malam harinya. Hanya dihadiri Bandi, Suminten, ketua adat desa serta sepasang pengantin. Tidak ada acara seperti pernikahan Aruna yang pertama.
Sepasang pengantin melakukan ritual-ritual upacara pernikahan dan berakhir minum di cawan yang sama. Bandi dan Aruna kini sah menjadi suami istri menurut ada desa mereka. Mereka langsung pulang ke rumah Aruna. Karena Aruna janda, maka tidak lagi di haruskan melakukan ritual malam pengantin di kamar pengantin suci milik desa itu.
Bandi malam ini tidur di kamar Aruna. Bandi mulai mendekati Aruna, namun Aruna menghindar.
"Aruna ... sekarang aa suami kamu ..." lirih Bandi
"Maaf aa ... Aruna takut aa juga mati, sepertinya kewanitaan Aruna di kutuk!!!" lirih Aruna.
Di luar rumah Aruna, beberapa warga desa mengepung rumah Aruna, saat mereka tahu malam ini Aruna menikah lagi. Karena Warga ingin memastikan penyebab kematian 5 lelaki sebelum nya. Jadi para warga sengaja mengepung Rumah Wahyu, untuk menankap basah Aruna, jika benar kematian laki-laki sebelumnya karena sebab Aruna.
Warga yang berada di sisi kamar Aruna mengintip kamar Aruna. Karena dinding rumah Wahyu hanya dari anyaman bambu, sangat mudah bagi warga membuat lubang kecil untuk mengintip keadaan rumah Wahyu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
siti mustainah
waaaduhh kok ngintip 🤭
2022-02-20
1
Sumiati
besoknya bintilan semua hehe
2021-06-06
0
Algo Kotabumi
Invoice header: *** Inc.l
2021-05-15
0