"Apu ... apu ..." teriak Naryo yang berdiri di mulut goa.
"Ada apa kamu kemari?" Tanya laki-laki dari dalam goa.
"Apu ... tolong Naryo apu ... Naryo digigit ular siluman," pekik Naryo.
Laki-laki itu melempar sesuatu dari dalam gua.
"Plak ...!" Sebungkus bungkusan kecil mendarat di kaki Naryo.
"Pil nya kamu minum, bubuk nya kamu campur sedikit air lalu oleskan ke bekas gigitan ular," seru laki-laki itu.
"Terima kasih apu," lirih Naryo.
"Naryo ... ini terakhir aku menolong mu, bila kamu mengulanginya kamu akan kehilangan nyawamu!" Kata laki laki itu.
"Iya apu terimakasih ... setelah ini Naryo pamit dari Desa ini," jawab Naryo.
"Hemmm ... baguslah pergi jauh dari desa ini," kata laki-laki misterius itu
Naryo segera berlari menuju sungai, dia segera menelan pil yang ada dalam bungkusan itu, lalu mencampur sedikit air pada bubuk dan mengoleskan nya ke tangannya yang mulai menghitam.
"Padahal cuma jariku yang digigit, tapi malah semua tangan ini yang menghitam," gerutu Naryo sambil mengoles bubuk yang sudah menjadi cream.
Setelah semua teroles Naryo tiup tiup tangan nya, setelah olesan itu meresap tangan naryo yang tadi hitam pekat, kini sembuh kilat seperti sedia kala.
"Untung jariku yang masuk, coba kalau burung perkututku yang masuk apa yang akan terjadi padaku?" Gerutu Naryo.
"Kau akan mati seketika," ucap seseorang membuat Naryo terkejut dan tercebur kedalam air sungai.
"Apu ... maaf apu," ringis Naryo sambil beranjak naik ke tepi sungai.
"Biasanya gigitan itu dari ular siluman penunggu kewanitaan seseorang, siapa wanita yang engkau dekati Naryo?" Bentak orang yang di panggil Naryo apu.
"Anak Wahyu, si janda," jawab Naryo gagap, karena malu perbuatan hina nya ketahuan mantan bos nya.
"Wanita siluman!" senggut apu.
"Kamu jangan pernah mendekatinya, atau kamu akan jadi tumbal kecantikan nya!" Bentak apu.
"Iya apu ... mulai sekarang aku akan pergi jauh dari desa ini. Tapi sebelum itu izinkan aku berterimakasih pada apu," lirih Naryo.
"Pergilah, akan ku panggil kamu jika memang aku perlu bantuan mu," seru apu.
Naryo segera keluar dari hutan menuju desa. Sesampai di rumahnya dia memasukan baju nya ke tas ransel, setelah mengunci rumah nya dia segera menuju rumah Wahyu dan pamit pada Wahyu serta Suminten.
"Kenapa mendadak gini Naryo kamu pamit ke kota," lirih Wahyu.
"Maaf abah ... Naryo baru dapat panggilan dari teman Naryo yang tadi sama-sama berobat di klinik," seru
Naryo.
"kamu ke klinik? tadi bilang mau ke tabib." seru Wahyu.
"Tabib jauh abah ... jadi Naryo memilih ke klinik," jawab Naryo.
Setelah berpamitan Naryo segera pergi dari desa Sebuku Naju. Entah kemana tujuannya yang penting keluar dari desanya ini.
Selepas mengantar Naryo sampai di teras rumah Wahyu dan Suminten mau masuk kedalam rumah, namun batal karena ada sebuah mobil memasuki halaman rumah Wahyu. Ternyata itu kaka almarhum Victor.
"Maaf permisi pak ... bu ... saya kemari cuma mau minta maaf atas kesalahan saya yang menuduh Aruna," lirih Gurdi.
"Kami sudah memaafkan nak Gurdi," ucap Wahyu.
"Jika benar bapak memaafkan saya, tolong terima hadiah dari saya," lirih Gurdi.
"Maaf nak ... kami tidak memerlukan apa-apa kehidupan tenang buat kami itu sudah cukup," jawab Wahyu
"Pak hidup saya yang tidak tenang, saya diteror arwah Victor karena jahat sama istri nya," lirih Gurdi bersandiwara sambil bersimpuh di kaki Wahyu.
"Mohon maafkan saya pak ..." ringis Gurdi
Aruna baru bangun, dia segera keluar karena mendengar suara suara.
"Iya ... tapi bangun dulu ...!" Seru Wahyu.
"Tapi bapa janji dulu terima hadiah saya ..." rengek Gurdi.
"Iya ... jika itu bisa membuat nak Gurdi tenang," jawab Wahyu.
Gurdi menelpon seseorang untuk segera membawa permintaan nya itu ke rumah Wahyu.
Selesai menelpon Gurdi kaget melihat wajah Aruna yang membiru dan kedua lengan nya di perban
"Pak ... apa yang terjadi pada Aruna?" Lirih Gurdi panik.
"Tadi malam dia hampir di perkosa," orang jawab Wahyu.
"Pak Aruna harus segera di obati pak... Atau... nanti bekas luka nya susah di obatin nya," seru Gurdi nampak panik.
"Kami hanya mampu mengobati di klinik desa nak Gurdi. Kalau Dokter adanya di kota nak, kami tidak mungkin ke kota bawa Aruna," ucap Wahyu
"Teiittt tetttt ...!!!" Suara kalkson mobil memutus pembicaraan Gurdi dan Wahyu.
"Nah ini satu buah motor, satu sepeda dan satu mobil pik up ini buat bapak ... kan lumayan buat bantu bapak usaha," seru Gurdi.
"Ini berlebihan nak," ringis Wahyu
"Bapak sudah janji tadi mau nerima," seru Gurdi.
Wahyu pasrah, dia bingung cara menolak Gurdi,
"Satu lagi pak izinkan saya membawa Aruna ke kota untuk berobat," lirih Gurdi
"Kasian Aruna pak ... cantik cantik kedua lengan nya pasti berbekas luka panjang," lirih Gurdi.
"Di kota pengobatan canggih, saya jamin luka Aruna tidak akan berbekas, jika di tangani medis yang lengkap," pungkas Gurdi mencoba membujuk agar bisa membawa Aruna bersama nya.
Siluman yang menunggu tubuh Aruna merasakan kehausan Gurdi akan tubuh Aruna. Aruna kini dibawah pengaruh siluman.
"Saya ikut kak Gurdi aja bah ... saya malu jika luka ini membekas," ucap Aruna.
Gurdi tersenyum licik, rencana nya membawa Aruna dari desa seperti nya membuahkan hasil.
Gurdi dan Aruna pamit kepada wahyu dan Suminten untuk ke kota dengan alasan mengobati Aruna, Gurdi sudah mempersiapkan rencana untuk mendekati Aruna, dia tersenyum lebar, tanpa susah payah Aruna bisa dia bawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Sumiati
matilah kau gurdi
2021-06-06
0
Petra Kelana
nikmat membawa petaka.
2021-04-12
0
Candylove Therryus
korban berikutnya...
2020-12-14
1