Happy reading
******
"Mas Frans."
Arga mematung mendengar panggilan untuk kedua kalinya dari Tasya, kini wajahnya masih sejajar dengan wajah Tasya, mencari sesuatu yang telah lama hilang dari mata gadis yang berada di depannya. Namun, Arga mendesah kecewa saat tak menemukan apapun dari bola mata gadis itu.
"Kamu mengingatnya?"tanya Arga lirih ada perasaan lega dan takut bersamaan menyapa hatinya.
"Mengingat apa om?"tanya Tasya dengan raut wajah bingung.
Arga mengusap wajahnya kasar, ia menjauh dari Tasya. Ada perasaan nyeri sekaligus lega di hatinya. Namun, jujur rasa kecewa lebih mendominasi hatinya saat ini.
"Lupakan! Sebaiknya aku pulang."ucap Arga datar.
"Om, papa sama mama belum pulang. Tasya takut sendiri."cicit Tasya yang menunduk tak berani menatap Arga yang sudah berubah menjadi dingin lagi
"Ada pelayan, kan? Aku capek mau istirahat."ucap Arga hendak melangkah pergi dari kamar Tasya. Namun, Tasya memegang tangan Arga kuat dengan menggelengkan kepalanya tak mau di tinggal.
"Om sudah berjanji untuk menjaga Tasya, om mau Tasya mati dengan rasa bersalah om kepada Tasya?"
"Cukup! Jangan membicarakan tentang kematian! Aku tidak suka."geram Arga menatap Tasya dengan sangat serius.
"Om."
"Kenapa lagi?"
"Jangan pergi."
Arga menghela nafas panjang, ia tau masih ada ketakutan di mata Tasya dengan mimpi yang gadis itu alami. Arga membawa Tasya menuju sofa yang berada dekat dengan kasur, bahkan tanpa rasa canggung Tasya memeluk lengan Arga erat. Entah karena perasaan takut yang masih menguasainya, entah karena rasa nyaman berada di dekat Arga. Tasya tidak tau, yang pasti ia merasa sangat di lindungi berada di dekat Arga saat ini.
"Aku lapar sekali."gumam Arga yang masih di dengar oleh Tasya.
"Om lapar? Om belum makan sedari tadi? Tunggu biar Tasya ambilkan makanan untuk om yang tanpa udang."ucap Tasya dengan cepat bangkit dari duduknya dan sedikit berlari untuk menuju dapur.
"Kamu gak pernah berubah."lirih Arga menatap kepergian Tasya sampai Tasya hilang dari pandangannya.
Arga menatap kamar Tasya dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Tapi, semua ini sudah berubah. Tidak ada lagi foto yang terpajang sangat indah di kamar ini. Rencana Alex cukup bagus, hingga membuat dada ku sangat nyeri. Namun, aku tak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa pasrah. Saat aku sadar dosa ku sangat besar padamu, aku bahagia saat aku di perbolehkan kembali menatapmu, mengawasimu dengan jarak yang sangat dekat seperti ini. Walau semuanya sudah berubah tak akan seperti dulu."ucap Arga dalam hati.
"om, om."panggil Tasya membuat Arga tersentak menatap Tasya yang membawa makan siang untuknya.
"Ini makan om, om telat banget makan siangnya pasti karena Tasya, om kalau lagi baik gini kan ganteng, jangan marah dan galak sama Tasya kenapa sih om. Tasya jadi takut dekat om."
"Di usahakan."ucap Arga mengambil piring yang berada di tangan Tasya dan memakannya dalam diam tanpa menghiraukan Tasya yang berada di dekatnya.
"Aku merindukan masakan dari tanganmu itu."pikir Arga lirih saat suapan pertama dari dirinya sendiri.
Tasya hanya bisa diam menatap wajah Arga dengan teliti dari mulai mata, hidung, bibir. Mengapa sangat familiar sekali. Tasya di buat bingung dengan dirinya sendiri, sakit kepala saat sesuatu melintas di kepalanya membuat Tasya banyak berpikir keras.
"Om, kalau sering sakit kepala karena mengingat suatu. Bukan penyakit, kan om? Kalau penyakit, Tasya sakit keras dong dan akhir-akhir ini Tasya sering sakit kepala. Apa artinya Tasya akan mati ya om?"
Uhuk...uhuk..
Tasya dengan panik menepuk punggung Arga dengan lembut.
"Mengapa suka sekali membicarakan kematian sih? Jika masih membicarakan hal seperti itu lagi. Aku akan pulang, meninggalkanmu sendiri, biar kamu mati tak ada yang tau, tubuhmu terbujur kaku di kamar ini."ucap Arga dengan nada membentak.
Tasya menunduk merasa takut dengan Arga yang sudah melelatakkan piring hingga bunyi nyaring dari piring terdengar.
"Maaf, tapi Tasya takut itu terjadi."
"Makannya jangan bicarakan hal itu lagi, aku sudah bilang, aku akan menjagamu."
"Janji?"
"Hmmm."
"om."
"Iya janji."geram Arga membuat Tasya tersenyum simpul hilang sudah ketakutannya saat ini menguap bersamaan dengan ucapan Arga yang sangat menenangkan hatinya.
Tasya merebahkan dirinya di sofa.
"Om percaya gak kalau Tasya pernah kecelakaan?"
"Ya."
"Mimpi itu sama persis saat Tasya kecelakaan dua tahun lalu, Tapi Tasya tidak mengingat apa-apa. Yang Tasya tau tubuh Tasya sudah penuh dengan darah. Papa bilang itu biasa karena Tasya trauma dengan kecelakaan, Makannya Tasya di larang berpikir terlalu keras. Tasya takut darah karena hanya mengingat tubuh Tasya yang penuh dengan darah di saat kesadaran masih Tasya rasakan waktu itu, tapi Tasya merasakan kosong di kamar ini. Tidak ada pemandangan indah yang Tasya rasakan, apa mungkin karena Tasya belum menikah dan masih tidur sendiri ya? Makannya Tasya merasa begitu. Enak kali ya nikah muda seperti Sandra?"cerita Tasya meluncur bebas dari mulutnya, bahkan sebelumnya dirinya tak bisa bercerita tentang ini pada siapa pun. Tetapi dengan Arga, Tasya mampu bercerita.
Tasya menatap Arga yang terdiam tidak merespon ceritanya sedari tadi membuat Tasya kesal dengan sifat Arga yang terlalu dingin.
"Tau ah ngomong sama om sama aja kayak ngomong sama patung."ucap Tasya berjalan ke arah ranjangnya dan merebahkan dirinya dengan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut membuat Arga mengeryit heran dengan tingkah Tasya.
"Om pulang sana! Ada om, gak ada om sama saja."
"Ngambek?"
"Enggak."
"Yaudah aku pulang."
"Ih om Arga nyebelin."teriak Tasya melempar bantal ke arah Arga yang terkekeh kecil menyaksikan tingkah lucu Tasya.
"Sana pulang, jangan harap kita akan ketemu lagi."
Arga tidak suka dengan kata-kata Tasya langsung menghampiri gadis itu, dirinya ikut berbaring di samping Tasya tak peduli dengan gadis itu yang kesal dengannya.
"Jangan tidur di kasur Tasya."
Arga masa bodoh dengan teriakan Tasya, Arga semakin memejamkan matanya membuat Tasya tak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu hanya bisa pasrah saat dirinya harus tertidur di sofa. Tak mungkin ia tidur satu ranjang dengan Arga di saat orang tuanya tak ada, bisa bahaya jika Alex dan Sandra pulang, walau tak melakukan apapun tetap saja Tasya takut.
"Mengapa tingkahnya sangat menyebalkan sekali?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Galuhtantri Ardila Sukma
novel yang ini ceritanya lebih rumit, lebih mewek, lebih misterius dibanding yang novelnya daddy alex ya
kl daddy alex critanya ringan
tapi aku suka semuanya 🥰🥰
2021-07-17
0
Diana Marwah
lom Trungkap, mkin Penasaran
2021-06-05
0
kayaknya terjadi cinta segitiga di antara mereka🤔🤔🤔🤔
2021-04-21
0