Happy reading
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Arga menatap Tasya yang terlelap dalam mobil nya, setelah Arga mencoba menenangkan Tasya akhirnya gadis itu tidur juga, walau menurut nya itu bukan kalimat penenang yang ia berikan untuk Tasya, melainkan kalimat yang tegas terkesan dingin darinya. Arga menghela nafas, ia mengambil handphonenya untuk menghubungi Alex.
"Lex, aku sedang bersama Tasya. Aku akan mengantarkannya pulang ke rumahmu."ucap Arga setelah sambungan teleponnya di angkat oleh Alex.
"Aku sedang tidak berada di rumah bersama Sandra."
"Kau sedang tidak berada di rumah? jika begitu Tasya akan ku bawa ke rumah ku, Karena anakmu tertidur di mobil ku."
"Baiklah, tapi ingat jangan macam-macam terhadap anakku!"
"Tidak mungkin, ya sudah aku tutup teleponnya."
Arga langsung mematikan sambungan teleponnya setelah mendapat jawaban dari Alex. Sekali lagi Arga memandang ke arah Tasya yang terlihat sangat kacau.
"Aku bodoh."ucap Arga membelai pipi Tasya sekilas. Lalu ia mulai melajukan mobilnya kembali untuk menuju ke rumahnya, untung saja hujan sudah reda membuat jarak pandang Arga kembali normal.
Hanya keheningan yang menyapa Arga, karena Tasya gadis yang biasanya cerewet sudah terlelap di sampingnya, sesekali Arga melihat ke arah Tasya yang terlihat tidak nyaman dengan tidurnya hingga kepala gadis itu bersender di pundaknya membuat Arga menahan nafasnya karena bau tubuh Tasya yang menggoda indra penciumannya. Perlahan tapi pasti, tangan Arga mulai memeluk Tasya dari samping bermaksud membuat gadis itu nyaman dalam tidurnya. Arga tersenyum miris melihat wajah Tasya, kemudian ia menghela nafas kembali. Sudah tak terhitung hari ini Arga menghela nafas beratnya hanya karena Tasya.
Arga memasuki mobil di kawasan perumahannya, satpam yang biasanya berjaga membukakan gerbang dengan cepat saat Arga mengklakson mobilnya, setelah memasuki halaman rumahnya Arga menghentikan mobilnya. Ia tatap sekali lagi Tasya sebelum ia keluar dari mobil, niat awal ia ingin membangunkan Tasya. Namun, ia urungkan karena melihat Tasya sangat pulas sekali.
Arga membuka pintu penumpang Tasya, ia mulai menggendong Tasya dengan perlahan, berjalan memasuki rumahnya.
"Dasar gadis kebo."desis Arga melihat Tasya sama sekali tak terusik dalam gendongannya. Saat Arga datang semua pelayan membungkuk ke arahnya, sedangkan pria itu hanya menatap datar dan dingin seperti biasa. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Para pelayan itu sudah terbiasa dengan sifat Arga yang berubah, sejak kejadian yang itu, yang membuat semuanya tak sama lagi. Mereka berharap wanita yang amat sangat di cintai Arga secepat nya kembali dalam pelukan sang tuannya.
Arga menidurkan Tasya dengan perlahan, ia duduk di tepi ranjang dengan menatap dalam ke arah Tasya.
"Katakan padaku, aku harus apa sekarang?"lirih Arga membelai rambut Tasya berulang-ulang.
"Ah sudahlah tak ada gunanya aku bertanya padamu yang sedang tertidur, tidak akan mendapatkan jawaban sama sekali."desis Arga sedikit menjauh dari tubuh Tasya. Namun, dirinya kembali menatap ke arah Tasya dan mulai mendekatkan kembali. Arga mencondongkan wajahnya ke arah wajah Tasya, ia tatap wajah gadis itu dalam jarak yang sangat cukup dekat, tetapi setelah itu ia jauhkan wajahnya karena ia sadar ini tak baik untuk dirinya dan juga Tasya.
"Astaga, aku melupakannya hari ini."ucap Arga frustasi karena baru ingat sebenarnya ia tadi ingin ke rumah sakit sebelum menemukan Tasya sendirian di halte bus. Dan berakhir berada di rumah sekarang.
"Aku harus pergi."ucap Arga tanpa melihat ke arah Tasya kembali, ia keluar dari kamar yang di tempati Tasya dengan sangat terburu-buru sekali.
Tasya membuka matanya saat di rasa Arga sudah pergi, sebenarnya ia sudah terbangun di saat Arga menggendongnya, hanya saja dirinya malu untuk sekedar membuka mata. Bahkan aroma tubuh Arga membuatnya ingin menghirupnya lebih lama lagi. Tasya bangkit dari tidurnya, Untuk apa ia berlama-lama di sini jika ia hanya orang asing yang tak mengetahui apa-apa tentang Arga dan Arga meninggalkannya begitu saja, itu cukup membuat hati Tasya nyeri.
"Pertama di tinggal oleh Kelvin dan sekarang di tinggal oleh om Arga. Untuk apa aku berada di rumahnya jika yang aku suka saja tak boleh ku sentuh."lirihnya berjalan keluar dari kamar yang sudah beberapa kali ia tempati. Tasya menuruni tangga rumah Arga dengan cepat, salah satu pelayan melihat ke arah Tasya dengan rasa khawatir. Dia adalah kepala pelayan di rumah Arga.
"Non Tasya perlu sesuatu?"
"Tidak bi, aku hanya ingin pulang."
"Tapi non, nanti tuan Arga marah."
"Biarlah bi, aku yang akan bertanggung jawab jika om Arga sampai marah ke kalian semua. Untuk apa aku berlama-lama di sini bi, tidak ada yang membuat ku merasa nyaman. Bahkan tempat yang membuat aku nyaman saja, tidak boleh aku pijak dan aku sentuh. Sebenarnya taman bunga itu punya om Arga atau siapa bi? Jika punya om Arga, Tasya rasa tidak mungkin."
"Emmm, itu. Anu hmmm..."ucap ketua pelayan itu tak bisa menjawab.
Tasya menghela nafas pelan. "Sudah tidak usah di jawab bi, enggak penting juga. Tasya pulang ya bi."
Ketua pelayan yang bernama Sari itu hanya menatap kepergian Tasya dengan sendu.
"Maaf non."
********
Arga mengenggam tangan yang sangat lemah itu dengan sangat erat, mengapa wanita yang terbaring cukup lama ini belum juga sadarkan diri? Sampai kapankah Arga harus menunggu? Sejujurnya Arga mulai lelah dengan semua ini, takdir seolah mempermainkan hidupnya sampai-sampai hati dan batinnya sangat tersiksa.
"Katakan padaku, aku harus apa sekarang? Aku layaknya pria yang bodoh karena tidak bisa mempertahankan wanitanya. Aku merasa lelaki pengecut, bangunlah! Ku mohon bangun bantu aku untuk bangkit kembali sama seperti dulu."pinta Arga dengan nada lirihnya.
"Aku sangat tersiksa, hatiku sakit."
******
Mungkin ada yang bertanya mengapa cerita Arga di i love you om sedikit berbeda dengan ini.
sengaja aku buat berbeda Agar kesannya tidak membosankan karena sudah pernah di baca di i love you om. Alur nya akan tetap sama tetapi kemungkinan percakapannya yang berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Merzin Prismi
yg terbaring di rumah sakit itu dee cantika bukan sih thor?
2021-01-09
0
Henny Nuraeni
masih puyeng ah
2021-01-05
0
Kalee Chan
seperti benang merah... tanpa sengaja semuanya terhubung.. ooh bukan tanpa sengaja tp takdir yg menghubungkan..
entaah lah
2020-11-12
0