Happy reading
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Arga memasuki rumahnya yang sudah tampak sepi, walau dirinya mengucapkan sebentar di saat akan pergi. Namun, nyatanya sore hari baru ia pulang, tubuh nya sangat lelah sekali di tambah kepala nya sangat pening. Arga memijit pelipis nya dan hendak berjalan ke kamarnya sendiri. Namun, ia teringat Tasya yang ia tinggalkan sedari tadi, kaki nya mulai melangkah perlahan menuju kamar Tasya, tangannya membuka pintu kamar Tasya dengan perlahan tak seperti biasanya, Arga mengeryit melihat Tasya yang tertidur dengan menggunakan selimut tebalnya. Tiba-tiba rasa khawatir kembali menyelimuti hati Arga, pikiran yang tertuju ke arah lain kini beralih sepenuhnya ke arah Tasya. Dengan langkah cepat ia menghampiri gadis yang selalu ia sebut manja dengan nada dinginnya.
"Astaga, suhu tubuhnya naik lagi."panik Arga saat tangan nya tak ia sadari langsung mengecek suhu tubuh Tasya dengan menempelkan punggung tangannya ke arah kening Tasya.
"Hei, Tasya bangun!"ucap Arga menepuk-nepuk pipi Tasya perlahan.
Tasya membuka matanya dengan perlahan, menatap samar ke arah Arga yang sangat khawatir padanya, tetapi Tasya merasa tak mungkin Arga mengewatirkannya.
"Hiks...hiks Tasya mau mama om."
Arga menghela nafas kasar, bisakah ia mengumpat Tasya untuk saat ini? benar-benar sangat manja sekali.
"Mama dan papa mu belum pulang, ini baru lima hari, terhitung saat kepergian mereka ke Belanda."jelas Arga datar. Tetapi gadis itu malah mengeluarkan lelehan air matanya semakin deras tanpa suara membuat Arga panik sekaligus kesal dengan sifat manja Tasya yang menurutnya sangat terlewat manja tersebut.
"Diam! Sehari saja tidak merepotkan ku bisa tidak sih? Aku sudah pusing dengan banyak urusan, di tambah harus mengurus dirimu yang sakit dan maja."
Tasya semakin sesugukan dengan bentakkan Arga padanya, Arga benar ia selalu merepotkan orang lain. Namun, ia melakukan ini hanya semata-mata mendapatkan kasih sayang. Ternyata Tasya salah, ia tak bisa mendapatkan kasih sayang dari orang lain, hanya mama dan papa nya juga Kelvin yang mau menerima dirinya apa adanya, tanpa banyak mengeluh seperti Arga.
Melihat keterdiaman Tasya, membuat Arga menghela nafas kasar. Mencoba meredamkan emosi yang sedang memuncak untuk Tasya, anak manja yang selalu merepotkannya. Arga memijit pelipis nya, bingung mau melakukan apa, haruskah ia menetap di kamar Tasya sedang Tasya selalu membuat dirinya kesal? Tapi, jika ia pergi ke kamar nya sendiri bagaimana dengan keadaan Tasya yang sedang sakit? Ah, serba salah menjadi dirinya. Jika Tasya bukan anak dari sahabatnya, mungkin Arga akan masa bodo' dengan keadaan Tasya. Masalahnya adalah Tasya anak dari sahabatnya yang harus ia jaga dengan sebaik mungkin. Tapi, apakah di katakan dirinya baik jika selama Tasya tinggal di rumahnya dirinya selalu membuat Tasya bersedih bahkan menangis? Ah, sungguh membingungkan! Membuat Arga benar-benar pening di buatnya. tanpa kata Arga melepas sepatunya, mulai berjalan dan menaiki kasur di mana Tasya juga berbaring di sana.
"Aku sedang sangat malas berdebat denganmu, sebaik nya kau tidur."ucap Arga dengan berani memeluk tubuh Tasya yang lemah.
Tasya menggeleng, bagaimana dirinya bisa tidur jika Arga berada sangat dekat dengannya bahkan tangan kekar Arga memeluk pinggangnya, bisa Tasya lihat dari dekat jika bulu-bulu halus Arga di wajah lelaki itu membuat lelaki itu tambah tampan saat di lihat dari jarak yang sangat dekat seperti ini. Tasya menelan ludah nya kasar, saat ia sadar baru saja memuji Arga dalam hati.
"Sebaiknya om kembali ke kamar om saja, Tasya tidak apa-apa sendiri."
"Tidak! Pasti kamu mau kabur lagi."ucap Arga sinis.
"Tasya tidak akan pergi dengan tubuh yang sangat lemah seperti ini om, tidak usah takut kalau Tasya akan kabur tanpa sepengetahuan om."
"Diamlah! Dan jangan banyak berbicara, sekarang kau hanya perlu tidur, pejamkan matamu!"
"Keluarlah om!"ucap Tasya memelas. Mendorong tangan Arga yang berada di tubuhnya. Namun, bukannya terlepas pelukan Arga pada tubuhnya, sebaliknya yang terjadi pelukan itu semakin kencang yang Tasya rasakan saat ini. Membuat dirinya hanya bisa pasrah dengan tubuh kaku karena di peluk sangat erat oleh Arga. Tasya sendiri bingung sifat Arga sama seperti bunglon bisa berubah kapan saja, membuat Tasya tak tau harus menyikapinya dengan cara bagaimana lagi.
"Kamu hanya perlu memejamkan mata, tak usah banyak berbicara! Tubuhku sudah sangat lelah menghadapi kecerewatan dan kemanjaan dirimu yang tak tau tempat itu."
Ingin sekali Tasya menyumpal mulut Arga dengan batu atau ia plaster agar jika berbicara tidak terlalu pedas padanya, Tasya akan berdosakah jika melakukan itu pada Arga?
Perlahan namun pasti mata Tasya mulai tertutup dengan rasa kantuk yang mulai menyerangnya, karena rasa nyaman yang ia rasakan dari pelukan Arga padanya.
Mengapa pelukan ini terasa tak asing baginya? Ia seperti pernah mendapatkan pelukan ini, jelas Tasya tau ini pelukan bukan seperti pelukan papa atau mamanya. Pelukan ini berbeda! dan Tasya seperti sudah pernah merasakannya.
Tapi, pelukan siapa? Tasya tidak ingat sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
apa mungkin Tasya hilang ingatan.kaya nya dulu punya hubungan am Arga
2023-02-13
0
Diana Marwah
Next, Thour
2021-06-04
0
Mawar Berduri
lanuut
2021-04-12
0