Hadiah dari Ahmad beserta kotaknya Gwen simpan dalam laci. Entah kapan dia akan pergi ke Bali. Pulau Dewata itu sangat indah, di negaranya bahkan sangat terkenal dan menjadi tujuan untuk berlibur. Tiket pesawat itu juga sebentar lagi akan hangus. Sayang sekali, Ahmad tidak mau refund tiketnya. Gwen jadi penasaran setajir apa Ahmad itu.
Ia lalu teringat dengan cerita Ahmad kalau mengenal Prasetyo karena bermitra bisnis. Jadi Gwen menunggu kepulangannya dari kantor untuk bertanya mengenai Ahmad.
Pulang larut malam menjadi hal yang biasa bagi Prasetyo. Gwen sering mengingatkan kalau itu tidak baik. Meskipun Gwen sendiri sering melakukannya jika ada pasien gawat darurat. Gwen menunggu Prasetyo mandi dan duduk di sofa untuk menikmati kopi, sambil mengetik sesuatu di laptop seperti yang biasa dilakukannya.
"Hai, Dad," sapanya.
"Hai, Baby G. Kesini, duduk di sini." Daddy menepuk sofa, menyuruh Gwen untuk duduk di sampingnya.
"Oh, Dad. Panggilan itu terlalu ... aku bukan anak kecil lagi," ujar Gwen. Ia tertawa geli sambil melangkah mendekat.
Daddy terkekeh. "Tapi kamu selalu jadi bayi kecil Daddy.”
Gwen sudah duduk nyaman di samping Daddy ketika dia menanyakan tentang mantan pasiennya yang bernama Ahmad Ilyas.
“Daddy sebenarnya sedang mengajukan bantuan investasi ke Pak Ahmad. Perusahaan Daddy sebenarnya sedang tidak sehat. Pak Ahmad adalah salah satu pilihan terbaik dari yang lainnya. Dia mampu menawarkan bantuan tanpa bunga dan bahkan tidak dihitung sebagai hutang.”
“Daan?”
“Dia setuju ... tapi ada syaratnya.”
Sebuah bel imajiner seakan berdering di otak Gwen. Ia teringat kembali percakapan dengan Nafeera sebelum kecelakaan itu terjadi.
“Apa syaratnya?” tanya Gwen untuk memastikan.
“Mmm ... kamu tak perlu tahu. Itu urusan orang dewasa.”
Gwen berdecak. “Daddy lupa lagi kalau aku sudah dewasa?”
“Oh iya. Maaf ... tapi yaa begitulah. Kamu tak perlu tahu soal bisnis. Ok, Bu Dokter? Tugas kamu adalah untuk menyelamatkan nyawa bukan bisnis.” Daddy menghindar. Namun, Gwen tak patah arang. Jika Prasetyo tak mau membuka, masih ada Laras yang bisa ditanyai.
“Dad, jangan lembur terus. Itu tidak baik,” ujar Gwen ketika melihat Prasetyo kembali fokus pada laptop di pangkuannya.
“Iya, Bu Dokter. Sebentar lagi selesai.”
“Dan sekali-kali ganti minum yang lain, jangan kopi.”
“Habis apa, dong? Kalau ga minum kopi Daddy bisa ngantuk.”
“Justru Daddy itu harusnya tidur kalau sudah pulang. Jangan terlalu dipaksakan bekerja. Besok masih ada hari.” Prasetyo menaikkan alisnya sambil menghela napas. “Jangan lupa nanti sebelum tidur minum air putih, itu bagus untuk Daddy,” lanjut Gwen lagi sebelum meninggalkan Prasetyo.
“Baik, Bu Dokter.”
Gwen tersenyum lalu berbalik, ternyata ada Naufal yang berdiri bersandar kulkas sambil memegang botol air minum.
Gwen hanya melewatinya lalu naik tangga ke lantai dua tempat kamarnya berada. Naufal mengekor di belakangnya, karena kamarnya juga di atas. Saat sampai di atas Naufal berkata, “Ternyata dunia ini kecil, ya?”
Gwen berbalik kepadanya. Lalu dengan pandangan menyelidik Gwen bertanya, “Apa kamu tahu sesuatu tentang Pak Ahmad?”
Naufal sudah meraih kenop pintu kamarnya. Dia berhenti untuk menjawab. “Aku pernah dengar Papa sama Mama ngomongin soal orang itu. Sepertinya mereka mau menjodohkan Kak Nafeera dengan cucunya Pak Ahmad.”
Gwen mengangguk samar.
“Tapi kalau kejadiannya kaya gini, jelas rencana itu batal,” lanjut Naufal. “Eh, Kakak kok ga kaget dengarnya?” tanya Naufal heran.
“Nafeera pernah cerita sedikit. Mendengar cerita kamu semua jadi jelas sekarang.”
Naufal mengangguk-angguk.
“Apa kamu tahu soal kondisi perusahaan Papa?” tanya Gwen lagi. Naufal memang masih SMA, belum tahu tentang bisnis. Namun, dia setidaknya Naufal berada di sekitar Papa jadi kemungkinan dia juga paham soal kondisi perusahaan.
“Papa kesulitan membayar hutang bank. Sebelumnya untuk menambah alat produksi mereka memakai pinjaman dari bank. Dari kalkulasi sebelumnya, kondisi perusahaan akan tetap aman andai orang kepercayaan Papa tidak curang. Singkat kata, Papa harus lunasi hutang yang sudah jatuh tempo. Kalau tidak beberapa aset akan disita. Bukan itu saja, bahkan Papa kesulitan menambah modal dan biaya operasional.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
🍄
lagi lagi dkhianati teman papamy G😐
2021-06-24
0
Juan Sastra
jangan bilang gween lagi yg gantiin neferaa
2021-04-13
0
Cerita Emmilia
masih bingung thor dr cerita sebelimnya kalau adrian memiliki kakek namanya ahmad, kok skrg jadi si zach yg jadi cucunya ahmad, mhn penjelasanya dong
2020-12-21
0