Mentari mulai merambat naik, mengulas senyum terindahnya. Mengabarkan akan segera tiba musim semi yang dirindukan setelah sekian lama para binatang berhibernasi. Pagi yang penuh suka cita, disambut oleh kuncup-kuncup bunga yang siap mekar. Sayang, indahnya hari itu belum bisa dinikmati oleh Gwen.
Daddy mengatakan bahwa agensi Nafeera tak dapat dihubungi, terakhir dia mengirimkan email dan pesan untuk manajernya. Mungkin mereka sangat sibuk, sampai-sampai tak punya waktu untuk membalas pesan Daddy. Gwen merasa aneh, tapi dia tidak keberatan untuk pergi ke tempat pergelaran busana dan mengabarkan langsung kepada agensi Nafeera. Jane belum bisa menemani Gwen karena harus menyiapkan segala keperluan untuk pergi ke Indonesia, termasuk mengemas pakaian Gwen.
Gwen memperhatikan jadwal runway, jam 11 siang. Ia sudah sampai di studio satu jam sebelum pagelaran dimulai. Namun, apa yang menyambut Gwen di luar ekspetasinya. Seorang kru perempuan yang memakai kemeja kotak-kotak merah menggelandangnya sampai masuk ke ruang ganti di belakang panggung. Ia mencoba melepaskan lengannya dari cengkraman gadis itu, dalam bahasa Inggris dia berkata, “Tunggu, kamu salah orang. Hei, lepas!” Teriakan Gwen tak diindahkan olehnya.
“Aduh Nafeera, nanti aja ngomongnya. Lo udah dicariin dari tadi. Jangan bikin gue pusing,” keluh gadis itu.
Belum sempat menjawabnya, Gwen didudukkan pada sebuah kursi dan seorang make-up artist langsung memakaikan jubah untuk menutupi bajunya agar bisa langsung membubuhkan make-up pada wajah Gwen.
Ia sempat berdebat dengan si perias pada saat ingin melepas kerudung yang Gwen kenakan, agar lebih mudah meriasnya. Di ruangan yang sibuk itu, masih ada stylish berjakun yang berkeliaran. Meskipun kadar maskulinnya dipertanyakan, karena gerakan tubuhnya gemulai.
Ia mendesah dengan agak kasar, mencoba menekan luapan emosi. Para kru NYFW masih menganggap dia adalah Nafeera. Selama proses merias wajahnya, Gwen mengedarkan pandangan ke sekeliling. Beberapa model sudah siap dengan make-up dan pakaian dari perancang busana. Kalau dilihat dari wajah dan warna kulit mereka, yang dari Indonesia hanya sedikit, sekitar empat atau lima model. Pantas saja ada kecemburuan sosial di antara mereka. Gadis yang menggelandangnya tadi sedang sibuk di station yang lain, membantu seorang model menaikkan resleting gaun yang ia pakai.
Riasan Gwen sudah selesai, sehingga ia bisa beranjak dari kursi rias, lalu menuju ke ruang ganti. Di sana sudah disiapkan sebuah terusan bermotif batik berwarna pink. Ada hangtag berupa foto Nafeera memakai baju itu, lengkap dengan ukuran baju dan sepatunya. Gwen meraba wajah yang sangat mirip dengannya, sebuah titik kristal tercipta di sudut netranya.
Mungkin ini yang diinginkan Nafeera, menuntaskan tugasnya. Gwen menarik napas panjang, dia tak boleh menangis sekarang.
Dia ingat bahwa setelah ini harus berbicara dengan manajer Nafeera. Berhubungan dengan kontrak kerja ataupun uang, jangan sampai Nafeera meninggalkan hutang. Sampai-sampai dia lupa bahwa dia tidak pernah berjalan di atas catwalk. Kegugupan mulai merambat ke dada saat baju batik pink sudah melekat ke tubuhnya.
Gwen mulai merutuk kenekatannya. Bagaimana jika dia salah jalan? Bagaimana kalau dia berjalan sangat cepat, atau bahkan sangat lambat sehingga model di belakangnya menggerutu. Bagaimana kalau dia terjatuh saat berjalan memakai sepatu ber-hak dua puluh centimeter yang telah tersedia di samping gantungan baju.
Belum reda kegugupan Gwen, bunyi tepukan tangan terdengar di tengah ruangan. Para gadis bergegas untuk berkumpul ke depan wanita yang bertepuk tangan. Gwen langsung menyadari bahwa dia adalah perancang busana yang mereka pakai. Wanita itu memberikan pidato singkat dalam bahasa Indonesia, seorang penerjemah bahasa Inggris berdiri di sampingnya. Dia sangat berterimakasih kepada para model dan kru, serta berharap acara siang ini sukses. Setelah itu, seorang PJ memperingatkan para model bahwa sepuluh menit lagi mereka harus siap.
Setelah para model membubarkan diri, Gwen mencari gadis berkemeja kotak-kotak tadi. Saat ia menemukannya, gantian Gwen yang menarik lengan gadis itu ke ruang gantinya. “Namaku Gwen,” ucapnya tanpa basa-basi. Gadis di depannya membulatkan netra, tanpa ekspresi.
“Ini kedengarannya aneh atau konyol, whatever.” Gwen menggeleng. Pasti terdengar aneh bagi orang lain, tapi Gwen harus menjelaskannya. ”Aku bukan Nafeera, aku kakaknya,” lanjut Gwen. Gerakan halus terbaca dari gadis di depannya. Sebuah ekspresi keterkejutan.
“Aku ke sini ingin mengabarkan sesuatu ... adikku meninggal kemarin.”
“Astaga!” Spontan gadis itu menutup bibir dengan jemarinya.
_____________________
Aku coba buat visualisasi baju yang akan dipakai Gwen. Dress ini diperagakan pada waktu NYFW tahun 2019.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Murni
visual pemeran donk thor
2021-09-30
0
Nimranah AB
🤔🤔🤔🤔
2021-07-12
0
Juan Sastra
la jilbabnya ggak di lepaskan thorr
kok di visual itu ggak pake jilbab gween nya
2021-04-13
0