Dua tahun lalu
Musim panas akan berakhir. Daddy ke NY bersama Laras–istrinya. Lalu putrinya yang bernama Nafeera yang baru lulus SMU juga putranya yang bernama Naufal, ia terpaut dua tahun usianya dengan Nafeera.
Betapa terkejutnya Gwen, melihat Nafeera secara nyata seperti melihat bayangannya di cermin. Sebelumnya mereka hanya saling bertukar salam melalui chat. Menelepon dan skype pun hanya pada hari tertentu semisal hari raya. Akan tetapi, saat mereka bertatap muka, mereka berpikir pasti menyenangkan bisa lebih dekat.
Saat Nafeera duduk berdua dengan Gwen di ujung kayu pelabuhan tepian sungai, dia menanyakan tentang suatu cerita misteri. “Apa kamu pernah dengar tentang doppelganger?”
“Tentu, tapi itu cuma mitos,” jawab Gwen santai. Telapak kakinya mengayun-ayun memainkan air sungai, mengeluarkan bunyi kecipak yang membuat Nafeera tertarik untuk menirunya.
“Iya. Tapi, sesaat tadi aku ketakutan, tau. Lihat kamu mirip banget denganku.”
“Tapi kita, kan masih saudara. Half Sister. Kalau doppelganger itu benar-benar orang yang asing, yang tidak punya hubungan saudara dengan kembarannya.”
“Ya, kuharap begitu. Aku sangat senang punya saudara perempuan. Punya adek satu, cowok lagi, gak asyik.”
“Biarin gak asyik. Kan gue emang bukan cewek. Minggir, kasih jalan!” seru Naufal sambil lari. Setelah sampai di ujung kayu pelabuhan, dia melompat ke air. Gwen dan Nafeera berteriak karena terkena cipratan air.
“Fal! Basah, nih,” protes Nafeera. Namun, Naufal tak peduli. Dia malah asyik berenang.
“Doppelganger itu nyeremin, ya? Masa ketemu sama kembarannya bisa mati,” ujar Nafeera.
“Makanya, itu cuma mitos. Jangan terlalu memikirkannya. Kan dalam hadis itu disebutkan kalau menyambung silaturahmi itu menambah umur?”
Nafeera membeliak. “Kamu tahu tentang itu?”
“Tentu. Meskipun di sekolah tidak diajarkan, tapi aku dan Jane terbiasa membaca buku agama.”
*****
Sekarang ....
Di rumah sakit, Gwen tak mampu menghentikan tangisnya. “Why? Why she's gone? She's so young, just twenty ....” (Kenapa? Kenapa Nafeera meninggal? Dia masih sangat muda. Umurnya baru dua puluh.)
Jane selalu memberi pelukan dan belaian ke punggung Gwen untuk menenangkannya. “Ssstt. Oh, Dear. It's qadarullah. It's her destiny. We have to pray for her. Let her go in peace, would you?” (Oh, Sayang. Ini sudah kehendak Allah. Kita harus mendoakannya. Ikhlaskan dia pergi, kamu mau, kan?) Gwen mengangguk sambil terus terisak.
Keluarga di Indonesia segera dihubungi oleh Jane. Gwen belum sanggup untuk berbicara. Ia masih terlalu syok. Daddy dan Mama Gwen akan datang besok ke New York, tapi Jane meminta mereka menunggu dulu di Indonesia. Sedikit banyak Gwen mengetahui tentang prosedur pemulangan jenazah ke keluarga yang dari luar Amerika.
Jane tergabung dengan organisasi masyarakat untuk komunitas muslim. Banyak anggotanya adalah migran. Secepatnya dia mengabarkan ke KBRI setelah surat keterangan dari rumah sakit telah terbit. Jane meminta Gwen istirahat di rumah sakit meskipun tubuhnya hanya sedikit memar, sedangkan ia bertindak sebagai wali dari Gwen melapor kepada KBRI.
Jane merasa ponsel Gwen yang ia bawa bergetar. Rupanya rumah sakit tempat Gwen bekerja menghubunginya. Jane segera mengabarkan tentang kecelakaan yang dialami Gwen. Direktur rumah sakit segera mengucapkan ikut berbelasungkawa dan memberikan ijin kepada Gwen untuk cuti berkabung.
Perwakilan dari KBRI sigap menemui Jane dan menyelenggarakan jenazah Nafeera.
*****
Seorang dokter wanita mengunjungi kamar Pak Ahmad. Dia memperkenalkan diri sebagai Laura Sanders pengganti dokter Atma. Pak Ahmad menanyakan kepadanya, ke mana dokter Atma pergi? Karena ia ingin memberikan suatu hadiah sebagai tanda terima kasih atas pertolongannya.
Laura menjelaskan bahwa partnernya sedang berada di rumah sakit di Manhattan karena kecelakaan. Pak Ahmad tampak terkejut. Ia lalu menanyakan bagaimana keadaan Gwen. Laura menjelaskan bahwa dokter Atma baik-baik saja, hanya luka kecil. Akan tetapi dia kehilangan adiknya.
Pak Ahmad lebih terkejut lagi, yang dia tahu adik Gwen yang tidak selamat, padahal kemarin Gwen bercerita tentangnya.
“She must be really sad,” (Dia pasti sangat sedih) ujar Pak Ahmad.
Laura mengangguk. “Therefor she couldn't be here for several day.” (Oleh karena itu, dia tidak bisa datang kemari untuk beberapa hari.) Laura menjelaskan kemungkinan Gwen akan pulang ke Indonesia untuk pemakaman adiknya.
“May I have her phone number?” (Bolehkah saya meminta nomer teleponnya?)
“I’m sorry, I guess it's ....” (Saya mohon maaf, saya rasa itu ....)
“Please do me a favor. I'm Indonesian too, maybe I could visit her family for the condolences.” (Tolong bantu saya. Saya orang Indonesia juga, mungkin saya bisa mengunjungi keluarganya untuk berbelasungkawa.)
Laura pun luruh, ia memberikan nomer telepon Gwen kepada Pak Ahmad.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Liesdiana Malindu
berarti DOPPELGANGER bukan mitos kan? buktinya mereka berdua bertemu dan akhirnya 1 nya meninggal.
2021-10-19
0
Bunda
kasian nafeera😭😭😭😭
2021-08-05
0
Nana effendy
sedih thor
2021-07-16
0