“Li Jie, ayah angkat telah membelikanmu pakaian baru. Kenakanlah, dan pergilah berjalan-jalan bersamanya.” Guo Xiang, ibu angkat dari Ketua Jing Tian memasuki kamar Zhang Xiuhan atau Li Jie untuk memberikan pakaian baru.
Zhang Xiuhan mulai membiasakan dirinya dipanggil dengan Li Jie. Setelah tinggal di rumah Ketua Jing selama seminggu, Ketua Jing mulai menyukai kepribadian Li Jie yang santun dan memintanya untuk memanggi Ketua Jing dengan sebutan Ayah angkat.
“Li Jie, ayah angkat ingin mengajakmu berjalan-jalan ke kota. Setidaknya mari bersenang-senang sebelum Kau kukirim ke Sekte Kalajengking Merah.”
Li Jie menurut dan mereka pun mulai berjalan-jalan menyusuri kota. Hal yang mengganggu Li jie adalah tatapan orang-orang yang bersimpangan dengan mereka. Li Jie merasa setiap orang yang bersisipan dengan mereka selalu berbisik-bisik sambil tersenyum.
“Ayah angkat, apakah ada yang salah dengan kita, mengapa orang-orang selalu saling berbisik ketika berpapasan dengan kita?” Li Jie akhirnya bertanya setelah cukup yakin bahwa orang-orang sepertinya menertawainya.
Ketua Jing Tian berhenti sejenak lalu tersenyum memandang ke arah Li Jie.
“Bukankah seharusnya Kau sudah biasa dengan hal tersebut, Jie’er?”
“Li Jie tak tahu maksud ayah angkat.” Li Jie bertanya serius.
“Jie’er, bukankah wajahmu yang teramat rupawan memang sudah selayaknya menjadi bahan pergunjingan?”
Li Jie diam sejenak. Dia memang sadar jika dirinya memang sedikit lebih tampan dari pada kebanyakan remaja lelaki seusianya.
Tapi dia rasa sikap orang-orang terlalu berlebihan untuk menanggapi ketampanannya yang tak begitu mencolok.
Li Jie sontak kaget ketika ia dan ayah angkatnya tiba di sebuah rumah makan yang lumayan mewah.
Di sana terpampang Cermin Besar dengan beraneka hiasan yang menarik. Li Jie memandangi pantulan wajahnya di cermin. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ayah angkat, apakah itu aku?” Li Jie memekik setengah tak percaya.
Ketua Jing Tian kaget keheranan. Ia mengangguk sambil bertanya, menga Li Jie bertanya demikian. Li Jie tak lansung menjawab melainkan bergegas mendekati cermin dan memandangi wajahnya sendiri dengan penuh keheranan.
“Waaah… benarkah aku setampan ini?” Li Jie memegangi pipinya heran. Ia melihat pantulan seorang remaja yang sangat tampan di dalam cermin. Semua bagian dari wajahnya nampak indah dipandang. Seingat Li Jie, dulu ia tak setampan ini.
Jing Tian lebih keheranan lagi melihat kelakuan Li Jie. Bagaimana bisa seseorang terkaget-kaget sendiri dengan ketampanannya. Seolah, Li Jie tak pernah melihat wajahnya sendiri.
Selama satu tahun tinggal di Pulau Lingkaran Setan, Li Jie memang tak pernah sempat untuk mengamati wajahnya sendiri. Ia hanya fokus untuk berlatih dan berlatih tanpa mengetahui perkembangan ketampanannya yang meningkat pesat.
Li Jie mulai menduga bahwa aura Es yang ia pelajari yang turut andil menyumbang ketampanannya. Ia jadi mengerti mengapa Guru Zhillin nampak begitu memukai seperti Dewi.
Begitu terlintas wajah Gurunya, mendadak wajah Li Jie muram.
Ia melihat cincin di jari tangannya dan berucap di dalam hati,
“Guru, dua tahun tidaklah lama. Murid akan segera menjemput guru. Murid akan bersujud dan memohon maaf sampai guru memaafkan.”
“Jie’er, apakah kau terkenang akan ibumu?”
Li Jie terkaget mendapati ayah angkatnya telah mengamatinya yang sedang memutar-mutar cincin di jarinya.
Sebelumnya, Li Jie memang mengatakan bahwa Cincin itu merupakan pemberian ibunya. Sebuah pusaka pemindah dimensi, yang menyelamatkannya dari maut sewaktu terjadi bencana di daratan utara. Sayang sekali, ibunya tertinggal di daratan utara dan itu membuat Li Jie berduka.
“Iya Ayah angkat. Li Jie sangat sangat merindukan Ibu. Li Jie ingin mengetahui keadaan Ibu. Ibu pasti kesepian.”
Li Jie menunduk dalam. Ia yakin gurunya pasti sangat kesepian berada di Pulau Lingkaran Setan tanpa dirinya.
Tunggu aku, Guru….
Jing Tian melihat wajah anak angkatnya yang mendadak muram. Ia pun berinisiatif untuk menghibur Li Jie dengan memesan makanan paling enak di kedai tersebut.
Betapa Jing Tian kaget ketika makanan yang ia pesan telah dihidangkan, Li Jie melahap semua makanan tersebut seolah ia tak pernah makan selama setahun.
Tentu hal tersebut memang benar adanya. Li Jie memang tak makan enak selama satu tahun. Selama hidup di Pulau Lingkaran Setan, Li Jie hanya memakan buah, sayur, dan serangga kecil-kecil. Ia hanya sesekali memakan ikan yang mendiami sungai Yangtze.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
**Besok Author ada kerjaan ke luar kota Kakak Readers. Author belum bisa janji apakah besok bisa Up next chapter atau engga.
Jika memungkinkan, Author bakal Up malam-malam. Jika tidak bisa, mohon dimaafkan 😅
Oh ya, Author berterima kasih sekali kepada Kakak Readers semua atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada Author.
Terakhir,,, Selamat Malam dan Selamat beristirahat**....
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
Arya Bima
pendekar tampang doang yg unggul
tp lemah kekuatan nya
2022-08-26
1
Kancellotti Unholy Mbachoter
seLamat pikNik bos :)
2022-04-22
1
Ainy Youenha
ckup sekali penekanan klo ketua jing sbg ayah angkat. gk mesti setiap manggil ketua jing hrus ada angkatnya
2022-02-22
0