Guru Zhillin senang melihat perkembangan latihan Zhang Xiuhan yang pesat. Dugaannya selama ini benar, Zhang Xiuhan merupakan murid yang tak bisa apa-apa pada mulanya, ia yakin atas dasar hal tersebut, Zhang Xiuhan akan berlatih dengan sangat ulet.
Hal tersebut terbukti sekarang. Zhang Xiuhan selalu melakukan latihan tambahan tanpa diperintah oleh guru Zhillin. Ia juga mengatur pola makannya dengan mengonsumsi sumberdaya-sumberdaya yang berkhasiat. Jika malam tiba, Zhang Xiuhan sesekali pergi ke Lorong Setan untuk meditasi dan menambah ilmu penguasaan pernapasan.
Setelah melakukan latihan fisik dengan rutin, mengonsumsi beraneka sumberdaya, dan melakukan meditasi di malam hari, Zhang Xiuhan mencapai hasil yang membuat guru Zhillin berdecak kagum, namun guru Zhillin sekali pun tak pernah menunjukkan kekagumannya. Ia masih menghindari memuji murid barunya agar muridnya tetap giat berlatih.
Hingga suatu hari, guru Zhillin berniat memberi hadiah berharga kepada Zhang Xiuhan atas pencapaian yang ia raih. Guru Zhillin pun berucap oada Zhang Xiuhan,
“Sesuai janjiku, karena Kau menunjukkan perkembangan yang pesat maka aku akan memberimu hadiah yaitu menunjukkan wajah cantikku padamu.” Guru Zhillin berucap mantab.
“Guru, sepertinya murid lebih senang diberi pujian ketimbang hadiah yang guru janjikan.”
“Jangan banyak bicara, ikuti perintahku. Dan ingat, jangan membantah! Carilah batu raksasa di sepanjang sungai Yangtze dan lihat betapa cantiknya ukiran wajahku di sana.”
Dengan malas Zhang Xiuhan berjalan mencari batu raksasa di sekitar sungai Yangtze. Setelah menemukan batu yang tepat, Zhillin meminta Zhang Xiuhan untuk mengeluarkan Pedang Naga Emas dan mulai mengukir di batu raksasa.
“Kau cukup pegang erat Pedang Naga Emas, dan ikuti pergerakannya. Aku akan menggerakkan pedang Naga Emas dan perhatikan pergerakannya.” Guru Zhillin memerintah Zhang Xiuhan untuk mengikuti ke mana arah Pedang itu bergerak.
Zhang Xiuhan berdiri tepat di depan batu raksasa, ia menggenggam erat Pedang Naga Emas yang mulai menuntunnya untuk melukis sebuah wajah di atas batu. Awalnya Zhang Xiuhan mengikuti gerakan Pedang Naga Emas dengan setengah hati, kemudian ia menyadari kebodohannya.
Zhang Xiuhan mengutuki dirinya sendiri karena telah berlaku bodoh. Ia seharusnya sudah harus sadar sejak pertama kali gurunya memberi perintah. Bukankah selama ini memang tak ada satu pun perintah dari gurunya yang tak berguna.
Jika memang hendak menuntunnya untuk mengukir wajah gurunya, harusnya pergerakan Pedang itu urut dari gambar rambut ke wajah atau wajah ke rambut, dan seterusnya.
Sementara itu, gerakan yang dituntunkan Pedang Naga sangat ganjil, setelah mengukir beberapa bagian rambut, tiba-tiba ia menuntun Zhang Xiuhan untuk mengukir sebuah hidung. Kemudian kembali ke bagian rambut, lalu setengah dagu, mahkota, telinga, semuanya serba rancu dan tak berurutan.
Zhang Xiuhan menyadari satu hal. Guru Lin sedang mengajarinya sebuah gerakan jurus dengan cara mengukir wajah di batu raksasa.
“Dasar lamban!”Guru Zhillin bergumam mengejek mengetahui bahwa Zhang Xiuhan baru menyadari hal tersebut.
Kini Zhang Xiuhan mulai antusias mengikuti arah gerakan Pedang Naga Emas. Gerakan yang ia lakukan sangat lincah seiring dengan pergerakan Pedang Naga Emas yang kian cepat. Begitu Pedang Naga Emas berhenti memberi arahan, Zhang Xiuhan menatap sejenak ukiran di depan matanya itu.
Sebuah lukisan seorang gadis yang berusia seperti belasan tahun, bisa tujuh belas atau bahkan enam belas tahun. Rambutnya panjang terurai berhias sebuah diadem emas berukiran Naga.
Gadis itu berwajah manis dengan hidung mungil dan mata sipit yang berbulu lentik juga rambut alis yang tegas. Bibirnya kecil dan tipis dengan dagu yang sedikit runcing.
Secara keseluruhan, bisa dikatakan bahwa wajah gadis tersebut merupakan wajah gadis manis yang mungil yang setiap kali memandangnya akan membuat seseorang ingin melindunginya dengan segenap jiwa.
Sekarang Zhang Xiuhan juga menyadari mengapa Gurunya itu sangat mudah tersinggung. Wajah gurunya menyiratkan wajah seorang gadis manja yang nampak mudah dibahagiakan, tapi juga teramat mudah untuk marah atau kecewa.
Hanya saja, Zhang Xiuhan tak menyangka, wajah semanis itu nyatanya memiliki kebiasaan yang kejam dan pelit pengampunan. Ia juga kaget, wajah semanissl itu ternyata pandai mengomel dengan kata-kata yang kasar.
Tapi jika dipikir ulang, Zhang Xiuhan memang banyak melakukan kesalahan sehingga pantas untuk mendapat hukuman, Zhang Xiuhan membatin.
“Guru, mengapa untuk mengajarkan sebuah jurus, guru harus menggunakan cara seperti ini. Bukankah menggunakan cara biasa akan lebih memudahkan Guru?”
“Cara biasa? Bukankah hal-hal yang biasa saja akan sulit membekas di hati. Aku ingin semua hal yang kuajarkan padamu akan membekas seluruhnya di pikiranmu.”
Zhang Xiuhan tersenyum menunduk, memandangi Pedang Naga yang ia pegang menghadap ke batu. Tatapannya seolah memiliki arti, melihat wajah guru yang manis dan mungil, murid jadi ingin senantiasa melindungi Guru dengan sepenuh jiwa.
“Melindungiku katamu? Kau ini selain bodoh ternyata juga tak tahu diri, Muridku!”guru Zhillin berucap sinis begitu mendengar apa yang dipikirkan oleh Zhang Xiuhan.
Zhang Xiuhan lagi-lagi kesal karena pikirannya terbaca oleh Guru rewelnya itu. Ia menggaruk-garuk kepala merasa malu karena telah memiliki pikiran konyol yang nyata-nyata dianggap bodoh oleh gurunya.
“Kau tahu, dengan aku mengajarkan gerakan itu lewat ukiran wajahku, kelak di mana pun Kau berada, saat sedang menggunakan jurus ini bisa dipastikan Kau akan terkenang wajah manis gurumu. Semakin sering Kau menggunakan jurus ini, semakin sering juga kau terkenang wajah cantikku.”
“Apa untungnya hal tersebut bagi Guru? Atau bagi murid?” Zhang Xiuhan bertanya polos dan serius.
“Tidak ada. Perempuan selalu suka jika ada orang lain yang mengenang mereka. Itu membuat pereka merasa berharga.” Zhillin menjawab dengan nada agak bersedih. Hal buruk di masa lalu membuatnya kembali berduka dan kecewa.
“Sudahlah, aku hanya bercanda. Sekarang aku minta kau mengukir wajahku di 50 batu raksasa, atau di batang pohon besar, atau di dalam gua terserah Kau saja. Gurumu ini ingin tidur sebentar.”
Zhillin segera menyudahi pikirannya yang kembali mengenang masa lalu buruknya. Suasana hatinya mendadak buruk dan ia tak ingin mendapat gangguan untuk beberapa waktu. Oleh karenanya ia membuat Zhang Xiuhan sibuk.
Jurus yang baru saja dipelajari oleh Zhang Xiuhan adalah jurus Tarian Dewi Pencabut nyawa. Sejenis jurus pedang ilusi yang cukup mematikan. Sebenarnya jurus tersebut lebih cocok dipelajari oleh pendekar perempuan, tapi jika ada pendekar pria menguasainya, kekuatan jurus tersebut menjadi lebih mematikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
Marco Hendry
perasaanku percuma aja dapat pedang yg diincar byk org. klu hasilnya gitu gitu aja. guru bodoh murid tolol wkwkwkwk. aku bacanya jg ikutan tolol. kabur ajalah .
2024-05-04
0
zener06
hidung mungil = pesek dong 🤣🤣
2024-04-09
0
Norius Pande
guru ingin jatuh cinta?😄😄😄
2023-01-25
0