Zhang Xiuhan merasa bahwa gurunya merupakan ruh perempuan yang tak memiliki hati nurani. Bahkan, setelah daging betisnya digerogoti beberapa ikan pemakan daging itu, ia tetap dihalang-halangi untuk ke permukaan dan menepi.
Dalam keadaan terdesak dan panik, ia membuat gerakan refleks yang menyebabkan beberapa ikan mendadak diam tak bergerak dan perlahan-lahan tenggelam ke kedalaman sungai. Ia mengulangi lagi gerakannya, sebuah gerakan tangan yang menyibak air, dan
wusss…..
seolah ada angin yang membelah sungai membuat air sungai yang tadinya tenang menjadi bergelombang. Ikan-ikan yang menyerbunya pun berenang menjauh.
Zhang Xiuhan mulai merasa tubuhnya lemas dan seperti akan segera tak sadarkan diri.
“Cepat ke permukaan dan segera menepi!” Zhillin membentak Zhang Xiuhan yang mulai kehilangan kekuatan fisiknya.
***
“Guru, lain kali tolong jangan membuat murid berada dalam bahaya.”
Zhang Xiuhan duduk bersandar di bebatuan dekat Sungai Yangtze. Ia sedang membalut betis kanannya yang kini nampak seperti buah apel yang digerogoti kelelawar. Ikan-ikan pemakan daging itu telah membuat betis Zhang Xiuhan kehilangan beberapa bagian daging dan kulitnya.
Zhang Xiuhan membalut betisnya menggunakan sobekan kain dari bajunya. Ia juga menjejali betisnya yang sedikit complong dengan buah Angsana yang berkhasiat sebagai tanaman penyembuh luka luar.
“Aku tak merasa membuatmu dalam keadaan bahaya. Justru aku baru mau mempringatimu untuk berhenti menempatkan dirimu sendiri dalam keadaan yang mengancam jiwamu.”
Guru Zhillin tak pernah mau untuk disalahkan, bahkan ia berbalik menyerang argumen Zhang Xiuhan.
“Beberapa saat yang lalu Guru memintaku untuk berburu dan mengonsumsi ikan yang mendiami Sungai Yangtze, mengapa Guru juga tak mengatakan bahwa ikan-ikan itu juga pandai berburu? Bukannya berhasil memakan mereka, justru murid yang kini menjadi santapan mereka.”
“Itu karena otakmu tidak pintar!” Zhillin berucap dengan sedikit membentak. Zhillin tak habis pikir, ia kira beberapa hari lalu telah menyaksikan Zhang Xiuhan berhasil mengeluarkan aura Es Pembunuh dan mengusir siluman Hyena.
Bukankah seharusnya ia bisa dengan mudah melumpuhkan ikan kanibal dengan cara yang sama. Kecuali….
“Muridku, tidakkah kau tahu bahwa Kau mampu menciptakan aura Es?”
“Aura Es? Apa itu?”Zhang Xiuhan mengernyitkan kening. Ia tak paham apa yang sedang dibicarakan oleh gurunya.
“Saat Kau diserang siluman Hyena, bukankah kau mengeluarkan aura Es untuk mengusir siluman tersebut?”
“Benarkah demikian? Murid kira Guru yang mengusir Siluman Hyena itu. Tapi Guru, murid mana bisa melakukannya?"
Zhang Xiuhan bertanya serius. Yang ia ingat, ia hanya sedang terdesak lalu ingin mengusir siluman Hyena itu menggunakan isyarat tangannya. Tetapi ia justru tak sadarkan diri setelahnya. Ia merasa seperti aliran darah di otaknya berhenti dan segera setelahnya, ia tak ingat apa-apa.
Mendengar pengakuan Zhang Xiuhan, kini guru Zhillin mengerti jika muridnya memang tak menyadari bahwa ia sudah memiliki jurus bawaan yang ia dapat tanpa harus melalui proses latihan.
"Aku tidak melakukan apa-apa. Aku yakin Kau yang melakukannya, sekarang cobalah untuk menciptakan aura es lagi!" Guru Zhillin berusaha menyakinkan Zhang Xiuhan dan memintanya untuk menciptakan aura es dengan keadaan sadar.
"Guru, murid bukanlah seorang pendekar. Murid hanya remaja biasa yang baru saja hendak mulai berlatih bela diri. Bagaimana murid bisa melakukannya?" Bukannya Zhang Xiuhan hendak membantah gurunya, ia memang merasa tidak mungkin ia bisa melakukannya.
“Baiklah, sekarang, coba berdiri tegak. Konsentrasi penuh pada kedua telapak tanganmu. Perintahkan otakmu untuk mengalirkan tenaga dalam di kedua tanganmu. Dan coba buat hembusan angin dingin lewat kibasan tanganmu.”
Zhang Xiuhan segera menuruti perintah gurunya. Beberapa kali ia mencoba mempraktekkan apa yang diinstruksikan oleh gurunya namun tak ada hal apa pun yang terjadi. Setelah beberapa kali mendapat omelan dari Guru Zhillin, baru Zhang Xiuhan melakukan instruksi gurunya dengan tepat.
Ia gembira tak terkira mendapati tangan kosongnya bisa menciptakan angin. Berkali-kali Zhang Xiuhan mengulangi jurus barunya. Menyibak air sungai, menerbangkan dedaunan kering, dan menciptakan pusaran angin kecil.
“Baik, sekarang coba berkonsentrasilah dan pikirkan tentang membuat suhu anginmu menjadi dingin.”
Zhang Xiuhan diam sejenak. Ia memejamkan mata untuk berkonsentrasi dan kemudian mengikuti arahan Zhillin. Percobaan pertama yang dilakukan Zhang Xiuhan sedikit berlebihan karena ia bukan hanya merendahkan suhu angin yang ia ciptakan melainkan membekukan apa saja yang dilewati angin buatannya.
Dedaunan kering yang ia terbangkan mendadak berselimut es dan mereka jatuh bertubrukan di tanah seperti tumpukan piring-piring pecah. Tubuh Zhang Xiuhan merosot ke tanah. Ia merasa tenaganya terkuras dan napasnya putus-putus.
“Murid lemah yang bodoh… Bagaimana bisa kau berjenis kelamin laki-laki sedang tenagamu selemah itu!” Zhillin membentak dengan nada mengejek. Sebenarnya ia ingin memuji sebab itu merupakan pencapaian yang cukup bagus di mana di percobaan pertama Zhang Xiuhan mampu menciptakan hawa dingin sedingin es dengan area yang terimbas cukup luas.
Hanya saja, Guru Zhillin belum ingin memuji Zhang Xiuhan sebab pujian yang terlalu dini akan membuat perkembangan murid menjadi kurang baik.
Zhang Xiuhan mendengus kesal sambil bersusah payah bangkit kembali. Ia bertekad ingin membuktikan kepada gurunya bahwa ia layak disebut sebagai lelaki yang kuat, hebat, dan perkasa.
“Perkasa??? Mari bertaruh, jika dalam waktu seminggu kekuatan fisikmu meningkat setidaknya 200 kali lipat dari hari ini, aku akan memberimu hadiah menarik.”
“Hadiah apa, Guru?”
“Akan kutunjukkan wajah cantikku kepadamu.”
“Maaf Guru, sepertinya itu bukanlah hadiah yang menarik untukku.”
Zhang Xiuhan menjawab dengan senyum tipis sambil berdiri menekan dadanya yang nyeri. Ia sudah siap melakukan latihan kembali tetapi angin dingin menghempasnya kembali ambruk di tanah.
Zhang Xiuhan mendengus kesal melihat ke arah Pedang Naga Emas,
"Guru, akan kubuat guru terperangah dengan kemampuanku. Kelak, guru akan mengakui kehebatan murid!" Zhang Xiuhan nampak sedikit marah, ia menghentikan latihannya dan menuju ke sungai Yangtze untuk membasuh mukanya berulang kali.
Ia sendiri tak mengerti mengapa ia melakukan hal tersebut. Mungkin, ia berharap dinginnya air sungai Yangtze akan membuat suasana hatinya mendingin.
Guru Zhillin yang melihat muridnya marah, kini merasa bersalah sebab ia bisa membaca pikiran Zhang Xiuhan. Dalam pikiran Zhang Xiuhan, ia sama sekali tak marah pada gurunya. Tetapi marah kepada dirinya sendiri yang tak segera menjadi pendekar hebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 391 Episodes
Comments
Reca
ini gak tau entah si murid yg bodoh atau si guru nya yg aneh dan gak jelas atau ceritanya makin kurang greget 😁
2024-08-07
0
🌼🆚🐝
kaya novel anak,
2024-07-01
0
hcomrusnam meila
haha masih dongok ya MC nya
2024-04-18
0