Tak!
Suara itu nyaring terdengar ketika Leonardo yang di kenal sebagai Leo menyeringai seraya ia meletakkan gelas slokinya di atas meja, di hadapan Kenzie yang terlihat tidak baik-baik saja menatapnya.
“Kau yang menagatakannya sendiri jika itu hanyalah omong kosong.” Ucap Leo lalu ia rapihkan dasinya. “Tidak satu pasang mata pun luput dari sosoknya, maka dia adalah milik ku malam ini.”
Leo pergi setelah ia memperlihatkan senyuman piciknya pada Kenzie. Dan semua itu mampu membuat Kenzie merasa sangat kepanasan meski malam itu sangat dingin.
“Apa bedanya dia dengan gadis lainnya? Sama-sama tidak berharga.” Gumam Kenzie.
Tak!
Suara itu kembali terdengar ketika Kenzie meletakkan gelas slokinya di atas meja sangat kasar. Ia yang kepanasan lantas mengendurkan dasi dari lehernya dengan tatapan tajam menusuk dia, pria yang saat ini berjalan mendekati wanita bergaun merah maroon yang terlihat semakin luar biasa seiring berjalannya waktu mengenalnya.
“Kau tidak akan mendapatkan apa yang ingin aku dapatkan.” Gumam Kenzie.
Menatap punggung cantik gadis bergaun merah itu, Leo lantas meraih dua gelas wine lalu ia kembali melanjutkan langkah kakinya.
“Sangat di sayangkan, jika nona secantik diri mu hanya sendirian.” Ucap Leo.
Mendengarnya, Sheezy lantas memutar tubuh lalu ia hanya diam menatap pria asing di hadapannya. Meski dia memang tampan di matanya.
“Wine ini tidak mengandung kadar alcohol tinggi, baik untuk mu.” Ucap Leo seraya ia memberikan wine-nya kepada Sheezy.
Mengalihkan pandangan ke arah wine yang saat ini berada di genggaman tangan pria itu. Perlahan, Sheezy mulai mengulurkan tangan untuk menerimanya.
“Terimakasih tuan…”
“Leo. Aku Leo sahabat Kenzie.” Sambungnya lalu mengulurkan tangan untuk berjabat.
“Leo? Jadi, dia orangnya?”
“Aku Sheezy, Sekertaris pribadi tuan Kenzie.” Sahut Sheezy lalu ia menerima uluran tangan Leo padanya.
Melihat Leo dan Sheezy saling berjabat tangan dengan senyum yang terlukis di wajah ke duanya serta tatapan mata yang sangat dalam di antara mereka.
Tak!
Kembali meletakkan gelas slokinya di atas meja sangat kasar. Dengan tatapan tajamnya, Kenzie lantas bangkit dari duduk untuk menghampiri Leo.
“Kau melupakan ku.” Sapa Kenzie dari belakang tubuh Leo, lalu ia terjang lengan pria itu hingga wine yang saat ini berada di genggaman tangannya memunclak dan mengotori pakaiannya. “Maaf. Aku tidak sengaja.” Lanjutnya mengucap tidak sengaja, namun senyuman di wajahnya memperlihatkan jika ucapannya hanyalah sebuah omong kosong.
“Kau terlalu bersemangat. Aku harus mengganti pakaian ku.” Sahut Leo lalu pergi.
Menatap kepergian Leo yang terlihat kesal. Sheezy lantas menoleh kembali ketika ia merasa seseorang kini berdiri semakin dekat di sisinya.
“Apa yang kamu lihat?” Bisik Kenzie seraya ia memutari tubuh Sheezy yang terdiam mendengarkan ucapannya. “Seorang pria kaya?”
Tersenyum mendengarnya, Sheezy lantas menenggak wine-nya.
“Kamu terlihat bahagia di dekati pria. Apa karena dia tampan?” Bisik Kenzie di telinga Sheezy seraya langkah kakinya terhenti. “Sudah tidak sabar ingin berbaring di atas tempat tidurnya? Di bawah tubuhnya lalu mendesah? Cih!”
Mendengar perkataan tuannya sendiri. Sheezy lantas mendongak untuk menatap matanya hingga ke duanya kini saling diam.
Kebencian semakin tumbuh besar dalam waktu cepat. Sheezy lantas menarik satu sudut bibirnya seraya ia berbisik di telinga tuannya. “Wanita mana pun, pasti tidak akan sabar untuk segera berbaring di atas ranjang, di bawah tubuh pria setampan Leo untuk mendesah bersamanya.”
Mendengar jawaban itu, Kenzie lantas menggertakkan giginya ketika kini Sheezy berlalu begitu saja setelah ia menerjang pundaknya.
“Wanita sepertimu.” Ucap Kenzie, lalu ia memutar tubuh untuk menatap punggung cantik seorang gadis yang menghentikan langkah kakinya. Namun, ia tidak menoleh untuk menatap matanya. “Memang tidak ada bedanya dengan mereka yang haus akan belaian pria.”
“Cih!”
Hanya tersenyum mendengarnya. Sheezy lantas melanjutkan langkah kakinya untuk segera meninggalkan pesta malam itu.
“Aku tidak akan mengampuni mu.” Gumam Kenzie seraya ia menyusul Sheezy dengan tatapan tajamnya.
“Ah!”
Byaarrr!
“Cih! Hehe~”
Tersenyum puas seorang Kenzie, ketika dengan sengaja ia menerjang lengan Sheezy hingga membuatnya jatuh ke dalam kolam es di pesta malam itu.
Merasa di permalukan oleh tuannya. Sheezy pun hanya diam di dalam kolam es memeluk tubuhnya sendiri. ia malu, sungguh sangat malu! Kini ia telah basah di sekujur tubuhnya. Bukankah? Itu sama saja dengan dirinya di telanjangi di hadapan mereka? Para tamu yang saat ini menatap ke arahnya, bahkan mentertawai dirinya.
Perlahan, Sheezy semakin erat memeluk diri, ia menundukkan kepala semakin dalam di hadapan Kenzie.
Melihatnya, senyum puas di wajah Kenzie pun memudar. Entah apa yang baru saja ia lakukan padanya? Kenzie menyesal saat itu juga ketika ia mulai mendengar suara isak tangisnya di sana, menangis di hadapannya.
“Apa yang sudah aku lakukan?” Batin Kenzie penuh sesal.
Melepaskan jas hitam yang melekat di tubuh, Kenzie lantas segera mendekat. Tapi, ia terhenti ketika Leo menerjang pundaknya dari belakang dengan langkah cepat seraya ia melepaskan tuxedo yang sedang di gunakannya.
Kenzie membeku dan membisu. Melihat pria itu masuk ke dalam kolam lalu menutupi tubuh Sheezy dengan menggunakan tuxedonya. Ia juga segera membawa gadis itu keluar dari dalam kolam bersamanya, merengkuh tubuh Sheezy sangat erat di pelukannya.
“Sheezy.” Panggil Kenzie ketika Leo membawanya pergi.
Tapi, Sheezy tidak berniat menghentikan langkah kakinya. Ia hanya tertunduk di sisi Leo seolah menginginkan perlindungan darinya.
“Sheezy.” Panggil Kenzie, ia membuntuti Sheezy yang tidak mau berhenti apa lagi menoleh padanya. “Sheezy aku minta maaf.” Ucapnya lalu Loe menghentikan langkah kakinya.
“Tolong bawa aku pergi dari sini Loe.” Pinta Sheezy namun Leo malah memutar tubuhnya untuk menatap mata Kenzie.
“Mulai malam ini, aku yang akan menjaganya.” Ucap Leo, lalu ia membawa Sheezy pergi meninggalkan pesta.
“Pras!” Panggil Kenzie.
“Iya tuan?”
“Bubarkan mereka semua!” Perintahnya lalu pergi.
Pesta telah berakhir sebelum waktunya. Kenzie pun terdiam menatap mobil Leo yang semakin menjauh hingga menghilang dari pandangannya.
“Shit!” Ucap Kenzie.
Sedangkan di dalam mobil. Sesekali Leo menoleh ke arah Sheezy yang hanya diam menatap keluar jendela. Ia melihat gadis itu semakin mengerucutkan tubuhnya di sudut kursi tempatnya duduk saat ini.
“Kamu kedinginan.” Ucap Leo lalu ia genggam tangan Sheezy yang gemetaran.
“Aku baik-baik saja.” Sahut Sheezy seraya ia melepaskan genggaman tangan Leo.
Malam semakin larut. Leo telah mengantarkan Sheezy pulang ke rumah dengan selamat. Sedangkan Kenzie, di kegelapan ia mengepulkan asap dari mulutnya di temani wine di atas meja. Ia gelisah dan marah. Merasa jika miliknya telah di ambil oleh sahabatnya sendiri.
🌼Day's Eye🌼
Dukung author agar rajin Up dengan cara: VOTE, LIKE, LOVE dan KOMEN sopan ya guys......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments