Menerima kartu kamar itu. Tanpa kata Sheezy lantas berlalu dari hadapannya. Ia melewati tubuh tuannya begitu saja.
“Kamar ku tepat berada di samping kamar mu.” Ucap Kenzie hingga membuat Sheezy terhenti. Pria itu memutar tubuh untuk menatap punggung Sheezy Lusiana Brian lalu ia melanjutkan ucapannya. “Jangan sungkan untuk memanggil ku jika kamu membutuhkan sesuatu.” Pintanya.
Mendengar namun tidak merespon. Kenzie pun hanya diam di tempatnya berdiri saat ini ketika gadis itu berlalu pergi dan menghilang di balik pintu kamarnya.
Masuk ke dalam kamara. Sheezy lemparkan tasnya ke atas sofa lalu ia menghampiri tempat tidur dan melemparkan tubuh di atasnya dengan sepasang high hils 7 cm yang masih melekat di ke dua kakinya.
Dalam gelap itu ia hanya diam menatap kosong. Entah apa yang harus ia lakukan saat ini? Biasanya, saat ia sedang marah atau bersedih Julio selalu berada di sisinya atau ia selalu hadir meski hanya suaranya saja. Tapi, kali ini lain. Sheezy tidak bisa merasakan kehadiran pria itu dan itu semua mampu membuatnya kembali menangis.
“Aku benci kamu kak! Aku ingin mendengar suara mu! Huhuhu…”
Tangis itu terdengar sangat pilu dan menyesakkan. Kenzie dapat mendengarnya karena Sheezy tidak mampu mereda suara atau mengendalikan dirinya sendiri. Pria yang saat ini sedang berdiri di balkon kamarnya, Ia lantas menoleh ke arah balkon kamar Sheezy yang kosong dan gelap untuk mendengarkan suara tangisannya.
“Itu hanya sebuah ponsel model lama. Apa kamu harus menangis sampai seperti itu saat kehilangannya?”
Seperti itu ucap di dalam hati Kenzie ketika ia tidak mengetahui apa pun tentang sekertaris barunya. Yang ia tahu hanyalah, ia telah membuatnya menangis di hari pertama gadis itu bekerja untuknya.
Menangis sampai lelah dan mengering air matanya. Perlahan sepasang kelopak mata Sheezy pun tertutup.
Sunyi dan sepi kini ia rasakan. Kenzie lantas masuk ke dalam kamar ketika suara tangis gadis itu tidak lagi terdengar di telinganya. Ia lepaskan kancing jas dan kemejanya lalu membukanya. Dengan bertelanjang dada Kenzie pun melemparkan tubuh ke atas ranjangnya untuk melepas lelah di sana.
“Selamat tidur Sheezy Lusiana Brian.”
🌼
Di pagi hari sepasang kelopak mata ke duanya terbuka di waktu yang sama. Mereka bangkit lalu duduk di atas ranjang dengan sepasang telapak kaki yang menapak di atas lantai. Terdiam lalu bergegas dan menghilang di balik pintu kamar mandi.
Membersihkan diri di bawah shower yang menyala. Sheezy memejamkan mata merasakan hangatnya tiap tetes air yang menyentuh kulitnya.
Tok… tok…
Seseorang telah mengetuk pintu kamarnya. Sheezy lantas menoleh seraya ia mematikan Shower lalu membalut tubuh dengan sebuah jubah handuk berwarna putih.
“Siapa?”
Pagi-pagi mengganggunya. Sheezy pun terhenti ketika ia hendak membuka pintu kamar mandi. Ya, ia melihat satu stel pakaian kantor yang ia kenakan kemarin kini tergantung di dekat wastafel.
“Setelah mandi, apa aku harus kembali memakai pakaian itu?”
Tidak pernah menggunakan pakaian bekas kemarin selama hidupnya. Dalam diam itu ia sungguh kebingungan.
Tok… tok…
Kembali suara pintu yang di ketuk itu menyadarkannya dari lamuna. Sheezy lantas keluar untuk membuka pintu kamarnya.
Klakk…
Terbuka kian lebar pintu kamar hotel seorang gadis cantik. Kenzie pun terpaku menatapnya. Menatap dia dengan rambut panjang setengah basah di sertai tubuh polos nan sangat seksi menggoda hanya berbalut jubah handuk di hadapannya.
Melihat ke mana arah Kenzie menatap. Sheezy pun menunduk lalu dengan sigap ia menutup belahan dada dengan menggunakan telapak tangan kanannya.
“Apa yang anda lihat tuan Kenzie?” Tanya Sheezy.
Kembali pada kenyataan. Kenzie pun tersenyum lalu ia menyerahkan sebuah paper bag pada Sheezy.
“Untuk mu.” Ucapnya.
Terdiam Sheezy menatap paper bag dengan merek ternama di sana. Ia lantas menerimanya lalu membukanya di hadapan Kenzie.
“Pakaian? Dia mengerti apa yang paling aku butuhkan saat ini.”
“Terimakasih.” Ucap Sheezy seraya ia kembali mengangkat pandangan untuk menatap tuannya dan pintu kamar pun kembali ia tertutup rapat di hadapannya.
Tertunduk lucu dengan sikap dingin gadis itu. Kenzie pun meninggalkan kamar Sheezy namun ia kembali terhenti.
Ia hampiri lagi kamar Sheezy lalu mengetuknya. “Setelah selesai datanglah ke kamar ku untuk sarapan.”
“Iya.”
Kembali ke kamar. Tidak lama kemudian Sheezy pun datang dan mereka mulai duduk bersama saling berhadapan dengan sebuah meja di antara mereka.
“Sarapan dan setelah itu kita kembali ke Busan.” Ucap Kenzie.
Hanya diam Sheezy menatapnya. Ingin sekali ia mengatakan seusatu dan sikapnya itu mampu di baca oleh tuan yang sedang menikmati sarapan di hadapannya. Kini Kenzie kembali mengangkat pandangan hingga sepasang bola mata mereka kembali bertemu.
“Katakan jika ada yang ingin kamu sampaikan.” Ucap Kenzie.
“Aku sudah meminta supir untuk datang menjemput ku. Anda bisa kembali ke Busan sendiri karena aku akan segera mengundurkan diri.” Sahut Sheezy.
Mendengar ucapan itu Kenzie pun berhenti mengunyah lalu ia mengalihkan pandangan ke sisi lain. Kecewa.
“Aku tidak bisa bekerja untuk anda tuan Kenzie.” Ucap Sheezy.
Braakkk!!
Meletakkan garpu di atas meja seraya ia menggebraknya. Kenzie lantas menatap dia yang kini tertunduk di hadapannya.
“Mengundurkan diri?” Gumam Kenzie dengan tatapan tajam menusuknya.
Menggertakkan gigi. Kenzie lantas bangkit dari duduk lalu ia hampiri Sheezy untuk meraih lengan wanita itu sangat kasar.
“Anda mau apa?” Tanya Sheezy ketika kini ia harus bangkit dari duduk karena tuan itu menyeretnya paksa. “Lepas! Aah!”
Di hempaskan ke atas tempat tidurnya. Satu dari kaki Kenzie lantas naik untuk ia mencengkram ke dua lengan Sheezy dengan seluruh kekuatannya.
“Sakiiit…”
“Sheezy Lusiana Brian. Kau sudah masuk ke dalam kehidupan ku. Maka jangan pernah berharap kau bisa melepaskan diri dari genggaman ku.” Ucap Kenzie.
“Apa maksud anda? Aku sungguh menyesal telah datang untuk bekerja di perusahaan anda! Bertemu dan mengenal anda! Bercerminlah seperti apa diri anda saat ini tuan Kenzie!” Sahut Sheezy.
“Apa pun yang kau pikirkan tentang ku. Aku sungguh tidak perduli karna yang aku tahu hanyalah. Kau! tidak bisa melarikan diri dari ku!” Ucap tandas Kenzie seraya ia menghempaskan Sheezy.
“Pria gila.” Gumam Sheezy.
Mendengar gumaman gadis itu Kenzie lantas merapikan dasrinya lalu pergi dan terhenti. Tanpa menoleh ia mengucap. “5 menit untuk bersiap atau aku akan menyeret mu ke keluar.”
Melihat Kenzie keluar dari dalam kamar. Sheezy pun terdiam dengan sepasang bola mata merah dan berkaca. Sungguh ia tidak dapat memahami apa yang ada di dalam pikiran pria itu dan ia tidak memahami situasi macam apa yang sedang ia jalani saat ini.
Berbohong dengan mengatakan dirinya sudah meminta supir untuk menjemputnya. Sheezy justru mengetahui apa yang sesungguhnya tidak ia ketahui. Jika, saat ini ia telah terjebak di dalam jerat seorang Presdir Perusahaan ZEO Group.
🌼Day's Eye🌼
Dukung author agar rajin Up dengan cara: VOTE, LIKE, LOVE dan KOMEN sopan ya guys......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Dewi Agustina
lanjut👍
2020-06-03
1