PDDM Bab 17

[BAB REVISI]

Sudah sebulan berlalu sejak pernikahan Kania dan Daffa. Sikap Daffa kepada Kania masih seperti biasa, yaitu memperlakukannya dengan tidak baik. Tapi itu hanya jika mereka sedang berdua. Jika di hadapan orang tuanya, Daffa akan bersikap selembut mungkin kepada Kania. Bisa dikatakan hanya drama dan Kania sudah terbiasa jika tiba tiba saja Daffa sikapnya melunak kepadanya.

Jika mereka di depan orang tua mereka sering bercanda tawa hingga Kirana dan Fahriz yang setiap kali melihat mereka seperti itu ikutan bahagia. Walaupun sebenarnya Kania dan Daffa juga tak jarang bertengkar atau pun berselisih.

Pagi hari, Kania dan Daffa beserta kedua orang tuanya duduk di meja makan untuk sarapan bersama karena hari sabtu. Jika hari hari sekolah mereka tidak bisa makan bersama di meja makan karena sibuk dengan urusan masing masing. Kania berdiri untuk melayani Daffa, sedangkan Kirana melayani Fahriz. Setelah melayani suami masing-masing, Kirana dan Kania duduk kembali ke tempat duduknya.

"Ada yang mau Ayah omongin ke kalian, Daffa, Kania," Fahriz membuka pembicaraan pagi itu.

Kania dan Daffa saling berpandangan lalu melihat ke arah Fahriz. "Kenapa, Yah?" Tanya Daffa.

"Hubungan kalian baik-baik aja kan?" Tanya Fahriz memastikan. Menatap lekat keduanya untuk meminta kepastian.

"Iya, Yah. Emang kenapa?" Balas Kania bertanya balik.

"Mungkin ini saatnya..." ucap Fahriz menjeda ucapan. "Dari awal pernikahan kalian, Ayah udah merencanakan semuanya"

"Ayah mau ngomong apa, Yah?" Tanya Daffa tak paham. Ia butuh intinya, tak ingin terbelit-belit.

Sebelum melanjutkan ucapan nya, Fahriz menghela napas pelan. "Jadi, Ayah dan Bunda udah membangun rumah untuk kalian tinggal berdua," ucap pria itu kembali memberi jeda.

"Apa?!" Kania dan Daffa terkejut. Bagaimana tidak, satu detik bersamanya saja sudah bertengkar kalau tak ada orang tua mereka. Apalagi setiap hari yang tinggal berdua tanpa ada orang tua mereka, mungkin bisa mati karena bertengkar.

"Iya, karena hubungan kalian baik-baik aja, jadi Ayah dan Bunda yakin kalau kalian akan baik-baik aja jika tinggal berdua,"

"Anggap aja ini hadiah pernikahan kalian yang baru kami berikan kepada kalian, jadi jangan ditolak!" Sambung Fahriz mencoba memberi pengertian.

"Besok kalian bisa langsung pindahan. Karena sebentar lagi kalian akan UN, kalian tidak perlu mengemasi barang barang kalian karena kami udah siapkan lengkap kebutuhan kalian."

"Bagaimana?" Tanya Kirana.

"Ayah harap kalian tidak menolaknya." Ujar Fahriz berharap.

"Emm... Oke." balas Daffa setelah melihat anggukan Kania.

"Terima kasih Ayah, Bunda" ucap Kania tersenyum. Fahriz mengangguk senang karena pemberian dari ia dan sang istri tak ditolak.

__________

Siang hari, mereka sudah sampai di depan rumah yang terlihat besar dan luas. Dengan halaman yang cukup luas serta taman dan garasi mobil yang ada pada rumah itu. Bangunan yang terdiri atas tiga lantai dan bernuansa putih dan aqua. Siapa lagi kalau bukan rumah Daffa dan Kania yang diberi oleh kedua orang tuanya.

Kania dan Daffa terpana melihat rumah yang diberikan oleh orang tuanya.

"Langsung masuk aja. Ayah mau parkir mobil dulu." Suruh Fahriz mendapat anggukan dari ketiga anak manusia itu.

Kirana berjalan di depan dan menghampiri pagar lalu membuka kunci yang terpasang di pagar rumah tersebut. Saat kunci pagarnya sudah terbuka, dengan segera Daffa mendorong pintu pagar selebar mungkin agar mobil sang ayah dapat masuk ke dalam rumah. Saat pagar terbuka, Fahriz langsung menjalankan mobilnya memasuki halaman rumah. Sedangkan Kirana dan Kania berjalan menghampiri pintu masuk.

"Assalamu'alaikum." Ucap Kirana yang sudah masuk ke dalam rumah dan disusul oleh Kania dan Daffa yang juga mengucapkan salam.

"Bunda, kenapa rumahnya udah bersih?" Tanya Kania yang melihat isi rumah itu sudah bersih dan rapih.

"Oh, itu kemarin Bunda suruh orang untuk bersihkan rumah ini." Balas Kirana, Kania memanggut mengerti.

"Assalamu'alaikum" salam Fahriz dan Daffa yang baru memasuki rumah.

"Waalaikumsalam."

"Apa yang kalian bawa?" Tanya Fahriz heran melihat Kania dan Daffa menggandeng tas di tangan nya masing-masing.

"Oh itu isinya buku" balas Kirana memberitau.

"Taruh di kamar utama aja!" Ujar Fahriz memberitau.

"Dimana, Yah?" Tanya Daffa langsung.

"Kamu belum kasih tau?" Tanya Fahriz kepada Kirana. Kirana menggeleng jujur karena baru saja mereka masuk ke dalam rumah yang tak berselang lama diikuti oleh Daffa dan Fahriz.

"Ya udah, ayo kita roomtour rumah kalian" ajak Fahriz.

Mereka mulai mengelilingi rumah mulai dari dua kamar maid, dua kamar tamu, empat kamar keluarga dan satu kamar utama yaitu kamar Kania dan Daffa. Tak lupa Fahriz menunjukkan ruang keluarga, ruang santai, dapur, toilet yang ada di lantai bawah, dan musholla. Setelah itu mereka keluar rumah dan melihat isi garasi mobil yang cukup luas untuk lebih dari dua mobil di dalamnya, dan yang terakhir taman.

Mewah. Ya, kata itu yang keluar dari mulut Daffa dan Kania. Bagaimana tidak? Mereka hanya tinggal berdua di dalam rumah itu. Soal anak? Entahlah, mereka belum memikirkan itu karena aslinya Kania dan Daffa pun belum kunjung akur.

Setelah itu mereka kembali lagi ke ruang tamu. Kania dan Daffa terus menerus berterima kasih kepada orang tuanya dan berkali kali pula Fahriz dan Kirana menjawab. "Kebahagiaan kalian adalah kebahagiaan kami juga."

"Nia besok kita ada acara syukuran rumah baru, jadi kamu jangan tidur malem malem ya? Takut bangunnya kesiangan." Pinta Kirana kepada Kania yang sedang masak mie instan di dapur. Karena rumah baru, jadi belum lengkap kebutuhan untuk dapur.

"Loh Bunda, kok cepet banget? Baru kita pindah, Bun. Lagian bahan bahan untuk masak juga belum dibeli"

"Udah Bunda siapin semuanya. Makanan Bunda udah pesan catering, besok ada orang yang dateng buat ngurus semua. Kita tinggal melengkapi yang kurang aja." Ujar Kirana santai, membuat gadis itu menghela napas lega.

"Syukurlah kalau begitu."

Kirana tersenyum lalu meletakkan mangkuk berisi mie instan yang telah dimasak ke atas meja makan dan berkata "Mas, Daffa, mienya udah jadi. Ayo makan!"

"Iya, Bun." Tak lama datanglah dua orang itu ke arah meja makan dan duduk di bangku masing-masing. Kania memberikan mie yang telah ia buat kepada Daffa.

"Makasih." Ucap Daffa kepada Kania. Kania tersenyum menanggapinya.

"Astaghfirullah, Nia kamu gak salah tuh?" Tanya Kirana terkejut setelah melihat mienya Kania yang penuh dengan cabe rawit.

"Kenapa Bun?" Tanya Kania heran dan setelah itu Daffa dan Fahriz ikut menoleh ke arah Kania.

"Nia kamu bisa sakit perut nanti!" Ucap Fahriz memperingati.

"Nggak, Yah, Nia udah biasa karena Nia emang suka makan yang pedes." Balas Kania santai dengan tersenyum pada sang mertua.

"Tapi, kalau kebanyakan pakai cabe rawitnya kamu bisa sakit perut, Dek!" Ucap Daffa perhatian.

"Please, Nia suka makan yang pedes soalnya, apalagi kalau makan mie instan yang kuah." pinta Kania memberikan alasan.

"Ya udah gak papa, tapi lain kali gak boleh sebanyak itu ya? Bahaya buat kesehatan

kamu!" Suruh Fahriz mulai mengizinkan.

"Yey, makasih, Yah..." balas Kania dengan sangat senang. Kirana, Fahriz dan Daffa hanya menggeleng melihat tingkah Kania.

__________

Esoknya, pagi hari, Kania dan yang lain tampak sibuk dengan acara hari ini. Acara akan dimulai pada jam 10.00 WIB. Karena Fahriz dan Kirana tidak ingin Kania dan Daffa kelelahan karena acara hari ini yang bisa membuat Daffa dan Kania bisa sakit.

Tamu yang pertama datang adalah keluarga besar Kania. Ada Alfira, Husein, Revan, Dinda dan Rena, juga Om dan Tantenya yang bernama Akbar dan Anis. Lalu datang juga Kayla dan Iqbal, anak dari Akbar dan Anis atau bisa dibilang sepupu Kania.

Lalu keluarganya Daffa. Mulai dari Om dan Tantenya beserta anak mereka. Yaitu Reza, Risma dan anaknya yaitu Farrel dan Syifa. Baru setelah itu para tetangga yang juga di undang oleh Kirana.

Selesai pengajian, para tetangga balik ke rumah masing-masing dan ada juga yang membantu membereskan sisa-sisa makanan yang berserakan di atas alas yang digelar di atas lantai.

Setelah para tetangga pulang semua, yang tersisa hanyalah keluarga yang masih ada di rumah Daffa dan Kania.

Para orang tua berkumpul di ruang keluarga dan anak-anak mereka berada di ruang tamu.

"Daff, mana bini lo?" Tanya Farrel iseng.

"Gak tau, tadi sama adek lk." balas Daffa tak acuh dan lebih memilih memainkan ponselnya.

"Hebat lu bro, udah punya duluan, orangnya cantik, baik juga. Gua belum juga dapet," sedih Farrel sedikit bergurau.

"Hahaha, lu udah tua sih." sindir Daffa yang juga bergurau.

"Sue lo! Beda cuma dua tahun doang!" Kesal Farrel tak terima. Daffa dan Farrel hanya berbeda dua tahun, umur Daffa 18 tahun dan Farrel 20 tahun untuk saat ini.

Sementara itu, Kania sedang bersama dengan para wanita yang tak lain adalah kak Dinda, Rena, Kayla dan Syifa.

"Dek…" panggil Dinda kepada Kania yang sudah ia anggap adik kandungnya sendiri.

"Iya, kak?" Balas Kania yang sedang memangku Rena.

"Daffa baik gak orangnya?" Tanya Dinda yang sudah sangat penasaran. Ia selalu berfikir bagaimana mungkin Daffa bisa bersikap biasa saja, sedangkan mereka satu sekolah. Jika memang baik, Daffa memperlakukan Kania seperti apa jika di sekolah mereka.

"Emm... Baik kok" balas Kania tersenyum. Ia terpaksa berbohong karena mana mungkin ia menyebar aib suaminya. Lagipula sikap Daffa tidak terlalu buruk dari sebelumnya.

"Masa sih Bang Daffa baik sama kak Nia?" Ucap Syifa tak percaya. Kania membalasnya dengan mengangguk saja.

"Setau aku, Bang Daffa tuh orangnya kasar kalau belum terlalu kenal. Tapi, kalau udah deket sama Bang Daffa, dia baik banget" jelas Syifa yang memang sudah lebih lama mengenal Daffa, karena Daffa adalah kakak sepupunya yang hanya berbeda dua tahun saja.

"Kamu sama Daffa sama-sama suka ya?" Tanya Kayla menebak.

Dengan cepat Kania menggeleng. "Enggak kok, biasa aja." Balasnya pada sang sepupu.

"Aku jadi kepo nih. Aku mau pindah ke sekolah kakak aja deh..." ucap Syifa bergurau. Semua tertawa menanggapinya.

"Ya udah, Dek kakak mau ke Bunda dulu ya. Titip Rena sebentar." Pamit Dinda.

"Iya kak."

Tak lama Kania baru saja ingat bahwa mobilnya dan juga mobil Daffa masih berada di rumah orang tuanya. Bagaimana dengan besok? Mereka kan harus ke sekolah. "Astaghfirullah, hampir lupa!" Ucap Kania menepuk keningnya. Membuat mereka semua menoleh menatap gadis itu.

"Kenapa Nia?" Tanya Kayla heran.

"Kak, Nia lupa mobil. Mobil Nia masih di rumah Bundanya Daffa." Balas Kania memberitau.

"Kan ada mobil Bang Daffa" ucap Syifa mencoba menenangkan.

"Mobilnya Kak Daffa juga gak dibawa. Aku kesini naik mobilnya Ayah!" Balas Kania kembali heboh.

"Kak, Syifa, aku pergi sebentar ya. Aku titip Rena ya?" Kayla dan Syifa mengangguk dan meraih Rena untuk duduk bersamanya.

"Aunty, Rena mau ikut!" Ucap Rena menahan Kania pergi.

"Jangan Rena, Rena sama Aunty Kayla dan Aunty Syifa sebentar ya?"

"Iya, yuk" ajak Syifa.

"Rena liat, Aunty punya apa ini!" Panggil Kayla seraya membuka tasnya.

"Taraa...!" Ucap Kayla mengeluarkan kotak yang terbungkus kertas kado yang niatnya memberikannya saat ingin pulang.

"Apa itu?" tanya Rena mulai tertarik.

"Kado untuk Rena. Rena mau gak?" Tanya Kayla. Rena mengangguk bersemangat.

"Yuk sini!" Ajak Syifa lembut lalu Rena menghampiri Syifa dan Kayla.

"Rena buka kadonya dulu ya, Aunty mau kesana bentar" ucap Kania. Rena hanya mengangguk-angguk memberikan jawaban nya.

"Makasih Kak, Syifa. Nia pergi bentar ya?" Pamit Kania.

"Iya sama sama. Hati hati ya!" Balas Kayla dan Syifa hampir serempak.

Setelah itu Kania pergi mencari keberadaan Daffa. Lalu ia menemukan Daffa di ruang tamu bersama dengan Revan, Iqbal dan Farrel dan menghampirinya.

"Kak Daffa!"

Terpopuler

Comments

Rapa Rasha

Rapa Rasha

lanjut pokoknya

2022-12-07

0

Adelia Ramadhany

Adelia Ramadhany

Hai semua

2021-10-23

1

乙んムん尺ム

乙んムん尺ム

,

2021-08-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!