PDDM Bab 15

[BAB REVISI]

Seminggu sudah Kania tak melihat Daffa, ia pun tak mendengar kabar pria yang berstatus suaminya itu. Tapi setidaknya hari-harinya selama di sekolah menjadi sedikit lebih tenang tanpa adanya Daffa dan para penggemarnya yang juga ikut kena skors.

Saat di rumah pun ia selalu ditanyai tentang keberadaan Daffa. Ia yang tak tau apa-apa hanya menjawab sedang bersama keluarganya. Lagipula ia tak tau nomor ponsel Daffa dan ia tak ada niatan untuk memiliki nomor ponselnya.

"Woy!" Pekik suara Indah mengagetkan Kania yang saat itu terlihat sedang melamun.

"Astaghfirullah, kaget!" Protes Kania mengelus pelan dadanya yang bergemuruh karena terkejut.

Indah hanya menyengir tak berdosa dan duduk di hadapan nya. "Napa lu? ada masalah?" Tanya Indah tak menanggapi ucapan Kania.

"Kagak. Kenapa?" Balas Kania seadanya.

"Lu pikir gue percaya?" Ucap Indah kembali. "Ya kagak lah, gue kenal banget lu. Sini cerita, ada apa?" Sambung Indah dengan kedua tangan yang menengadah, menumpu wajahnya.

"Ih apaan sih, gak ada masalah. Oh ya, yang lain kemana?"

"Biasa deh, ngalihin topik!" Protes Indah mendengus kesal.

"Ya Allah, Ndah. Gak ada yang pengen gue ceritain. Gak ada masalah, malah gue lagi seneng banget soalnya gak ada yg ganggu." Balas Kania mencoba memastikan.

Indah menyipitkan matanya, menelisik wajah salah satu sahabatnya. "Yakin lu?" Ucapnya masih ragu.

"Iya Indah Ranita Farasha…"

"Sekarang kasih tau gua, mana yang lain? Kok cuma lu doang?" Kania kembali mengulang pertanyaan nya.

"Kantin. Yok kita nyusul!" Ajak Indah langsung merangkul Kania. Mengajak sahabatnya tanpa menunggu persetujuan darinya langsung.

__________

Sepulang sekolah Kania langsung terbaring di atas ranjangnya. Ia mengguling-gulingkan tubuhnya di atas ranjang king sizenya. Ia tak tau ingin melakukan apa, yang jelas saat ini ia sangat merasa bosan.

Hingga suara pintu kamarnya terbuka, mengalihkan perhatian nya. Ia langsung duduk dan membungkus dirinya menggunakan selimut ketika mengetahui siapa yang datang.

"Lo napa gak ketok pintu kamar gue dulu?!" Protes Kania tak terima pada orang yang masuk begitu saja ke dalam kamarnya.

"Bukan nya ini kamar gue juga ya?" Ucapnya langsung masuk ke dalam kamar dan kembali menguncinya. Siapa lagi kalau bukan Daffa, setelah seminggu lamanya tak ada kabar, pria itu sedikit berbeda sekarang.

"Lo… Kenapa?" Tanya Kania melihat tubuh Daffa yang terlihat lebih kurus dari sebelumnya.

Daffa menggeleng pelan. "Gak papa. Nih gue beli dua tadi." Balas Daffa seraya meletakkan sebuah paper bag berwarna coklat di atas ranjang Kania.

"Apa itu?" Tanya Kania menelisik dari jauh.

"Bukan racun, liat aja sendiri." Balas Daffa langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Tak ingin terlalu lama penasaran, Kania langsung meraih paper bag tersebut dan membukanya. "Wah brown sugar!" Pekik Kania merasa senang. Tanpa pikir panjang ia langsung menyeruput minuman kesukaan nya saat ini.

"Emm enak…" Gumam Kania senang. Ia menatap minuman yang berada di tangan nya. "Dalam rangka apa dia kasih ini?" Tanya Kania pada dirinya sendiri. Bingung karena sikap Daffa yang sangat berbeda.

"Makasih loh Daff!!!" Kania berteriak kencang, berharap pria itu dapat mendengarkan suaranya.

Dari dalam kamar mandi, Daffa tersenyum tipis mendengar teriakan Kania yang berterima kasih kepadanya.

Tak lama pria itu kembali keluar dari dalam kamar mandi. "Siap-siap, Bokap sama Nyokap gue suruh lo pindah ke rumah gue." Suruh Daffa tiba-tiba.

"Uhhukk… Uhhukk…" Kania tersedak bubble kecil di minuman nya karena perkataan Daffa yang sangat tiba-tiba. Gadis itu memukul-mukul dadanya yang terasa perih karena tersedak.

Daffa yang melihat itu segera mendekat ingin menolong. "Jangan sentuh gue!" Ucap Kania langsung ketika menyadari pergerakan tangan Daffa yang ingin membantunya. Akhirnya Daffa terhenti dan mencari segelas air mineral agar Kania tak lagi tersedak.

Setelah menemukan nya, dengan cepat Daffa memberikan gelas tersebut kepada Kania. Dengan gerakan cepat Kania meraih gelas tersebut dan meminumnya hingga rasa perih di dadanya hilang.

"Huh… Makasih Daff." Ucap Kania pelan. Ia bersyukur Daffa sigap membantunya.

"Cepet siap-siap." Ulang Daffa kembali membuat Kania langsung menatap Daffa.

"Masa gue tinggal di rumah lo!" Protes Kania tak terima.

"Orang tua gue yang suruh. Mereka udah nunggu kita di bawah, jadi cepet!"

Lagi-lagi ucapan Daffa mampu menbuatnya terkejut. "Sekarang?!!" Daffa hanya mengangguk membalasnya.

"Bantu gue!" Pinta Kania tanpa rasa gengsi. Ia berdiri dengan tangan yang masih memegang selimut tebalnya untuk menutupi kepalanya yang tak mengenakan hijab. Ia belum terbiasa jika harus melepas hijab di depan orang baru seperti Daffa.

"Nih pake dulu kerudung lo." Kania melihat kain yang di pegang Daffa. Benar saja, itu hijab instan miliknya.

Dengan segera Kania meraih kain tersebut dan berbalik untuk memakainya agar Daffa tak melihat rambutnya. "Makasih lagi." Untuk ketiga kalinya gadis itu berterima kasih pada Daffa, membuat pria itu tersenyum kecil.

"Sekaraang bantu gue! Kasian ortu lu nunggu lama nanti!" Daffa hanya mengangguk menurut. Keduanya pun membagi tugas untuk merapihkan pakaian Kania. Dan yang membuat gadis itu heran adalah, mengapa Daffa sangat menurut padanya. Padahal ia pikir Daffa akan seperti biasa, menolaknya dan memaki-maki dirinya membuat perdebatan kecil pun terjadi.

__________

Kania menatap kediaman keluarga Daffa yang tak kalah mewah dari kediaman nya. Namun yang membuat ia terkejut adalah rumah itu memiliki pengawasan yang amat ketat. Terbukti saat ia memasuki kawasan pekarangan rumah itu, sudah ada tiga sampai empat satpam yang berjaga.

"Ayo Nia!" Kania tersadar dari lamunan nya ketika tangan lembut itu menuntun nya untuk masuk ke dalam rumah sang mertua.

Kania membalas senyuman itu. "Iya Bunda." Balas Kania dengan mengangguk. Ia memegang sling bag miliknya dan berjalan memasuki ruangan utama. Sedangkan barang-barangnya telah dibawa masuk oleh satpam-satpam lain nya.

"Kalau capek, kamu langsung ke atas aja ya. Kamar Daffa ada di atas, dua ruangan setelah tangga, oke?" Kania mengangguk paham. Ia mengikuti arahan sang ibu mertua. Berjalan menaiki anak tangga yang memutar panjang hingga berakhir pada anak tangga terakhir sebelum ia benar-benar sampai pada lantai kedua.

"Berarti ini kan?" Ia bertanya memastikan pada dirinya sendiri.

Ceklek!

Gagang pintu ia putar dan langsung mendorong pintu tersebut. "Rapih banget kamar anak cowok." Gumam Kania tak sadar.

Ia berjalan menuju sisi-sisi kamar Daffa. Melihat-lihat barang milik pria itu hingga langkahnya terhenti pada meja belajar Daffa yang juga tertata sangat rapih.

"Pantes dia kaget waktu liat kamar gue." Gumam Kania kembali. Mengingat saat pertama kali Daffa masuk ke dalam kamar miliknya. "Tapi itukan karena gak sengaja. Padahal kamar gue juga rapih kok. Bahkan lebih bagus dari ini." Gumam Kania kembali. Membangga-banggakan dirinya sendiri saat ini.

"Bunda, tolongin Daffa-" ucapan Daffa melayang di udara begitu saja. Ia berhenti karena melihat kehadiran Kania di dalam kamarnya.

"AAKKKHHH DAAFFFAAA!!!!" Teriak Kania begitu kencang. Saking terkejutnya melihat Daffa tanpa busana dan hanya melilitkan handuknya di bagian pinggang pria itu.

__________

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

lama² kedua duanya bucin juga..mula² malu kucing 🤣🤣

2022-12-14

0

Rapa Rasha

Rapa Rasha

emang kenapa minta tolong

2022-12-07

0

Rahmat Alfitra Rahmat Alfitra

Rahmat Alfitra Rahmat Alfitra

revisi semua bab nya Thor jadi berasa asing ni novel tapi tetap seru kok Good job othor

2021-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!