PDDM Bab 14

[BAB REVISI]

Satu jam sudah berlalu. Saat ini pukul setengah tujuh malam yang berarti setengah jam lagi makan malam bersama itu akan mulai. Namun sampai saat ini juga kedua pasangan baru itu belum juga berangkat menuju tempat makan tersebut. Mereka berdua dibuat repot oleh kehadiran gadis kecil di tengah-tengah mereka, siapa lagi kalau bukan Rena.

"Aunty, di mana Mommy?" Pertanyaan gadis kecil itu terus-menerus keluar dari mulut kecilnya.

"Mommy lagi di tempat makan. Rena mau ketemu Mommy?" Rena mengangguk cepat karena ia sangat merindukan sang ibu yang telah meninggalkan nya lebih dari empat jam di rumah kakek dan neneknya.

"Kalau gitu Rena jadi anak baik oke? Diam dulu, Aunty susah ngiket rambut Rena kalau banyak gerak." Jelas Kania yang sedang merias rambut sang keponakan.

"Oke Aunty."

Sembari mengikat rambut sang keponakan Kania melirik Daffa dari cermin meja riasnya. Wajah pria itu nampak sangat bosan menunggu keduanya selesai bersiap.

"Selesai!"

Segera Daffa berdiri dari duduknya. Meraih kunci mobil milik Kania yang berada di atas nakas ranjang.

"Heh mau kemana!?" Kania menahan pergelangan tangan Daffa dan menatapnya sengit.

"Ya mau ke bawah lah, manasin mobil."

"Itu kan mobil gue!" Sarkas Kania tak terima barang miliknya ingin digunakan.

"Ya iya gue yang bawa!"

"Nggak! Itu punya gue, ya gue yang bawa!"

Rena menatap pasangan suami istri yang sedang berdebat itu. Alisnya mengerut mencoba memahami apa yang sedang mereka ributkan.

"Stop!" Teriak Rena kencang hingga mampu membuat keduanya berhenti bertengkar. "Why are you fighting?" Tanya Rena bingung.

"Are we leaving or not?" Gadis kecil itu kembali menatap keduanya. Meminta kepastian karena ia sudah sangat ingin bertemu sang ibu.

"Oke, i'am sorry."

"Ayo kita berangkat!" Kali ini tanpa pertengkaran. Ketiganya berjalan keluar rumah dan mulai meninggalkan pekarangan menuju tempat yang sudah ditentukan.

__________

Pintu restoran terbuka otomatis, ketiganya langsung masuk ke dalam. Kania dan Daffa menggenggam tangan mungil Rena, mereka berjalan bersama-sama. Sebenarnya Daffa tak ingin, namun Rena lah yang memaksa. Dari pada gadis kecil itu akan kembali menangis dan membuatnya pusing, maka Daffa turuti keinginan gadis kecil itu.

Mereka harus berjalan lebih dalam lalu menaiki anak tangga untuk sampai di ruang VIP yang sudah keluarganya sewa.

Sampai akhirnya ketiganya telah sampai di tempat kumpul sang keluarga, mereka menyambut kedatangan ketiganya dengan suara yang sangat ramai.

"Ini dia yang ditunggu-tunggu!" Sambut Husein senang akan kedatangan ketiganya.

"Sibuk jaga Rena, itung-itung latihan jadi orang tua." Celetuk lain nya membuat Kania berjalan dengan sedikit menunduk karena malu.

Hingga jarak mereka hampir sampai, Rena melepaskan kedua tangan nya dari genggaman Daffa dan Kania. Ia berlari sekuat mungkin ketika melihat wajah sang ibu. "Mommy!!!" Teriak sang keponakan melengking hingga terdengar nyaring di telinga mereka.

Kania pun mempercepat jalan nya ketika melihat wajah sang kakak yang sudah sangat ia rindukan. Sampai di depan nya tanpa aba-aba Kania memeluk erat tubuh Revan. Begitupun dengan sang kakak, Revan membalas pelukan dari Kania tak kalah erat.

"I miss you so much." Ucap Revan di tengah-tengah pelukan keduanya.

"Me too."

Hati Daffa memanas melihat interaksi keduanya. Pria itu belum tau sosok kakak dari sang istri, karena itu Daffa kesal melihatnya. Ia berjalan mendekati keduanya dan berdiri tepat di sisi Kania. Berharap Kania melepaskan sendiri pelukan keduanya karena kehadiran nya.

Keduanya melepaskan pelukan mereka. Daffa memberikan senyum masam pada Revan yang memberikan nya senyum tulus.

"Jadi kamu yang namanya Daffa?" Tebak Revan yang langsung diangguki oleh Daffa.

Mereka pun berjabat tangan. "Iya, saya Daffa, suami Kania." Ucapnya memperkenalkan status barunya. Berharap agar pria di hadapan nya segera sadar bahwa Kania sudah menjadi miliknya.

Justru ucapan dari Daffa mengundang tawa dari semua orang yang berada di sana. Membuat Daffa mengernyit tak mengerti alasan mereka tertawa. Sedangkan Kania menunduk semakin malu karena ucapan Daffa yang menurutnya sangat memalukan.

"Iya Ayah tau." Celetuk Fahriz membuat Daffa menoleh.

Revan ikut tartawa. "Saya Revan, kakaknya Kania." Balas Revan membuat mimik wajah Daffa berubah. Ia terkejut ternyata pria itu adalah kakak dari istrinya.

Lagi-lagi Daffa dijadikan bahan tertawaan karena wajah terkejutnya yang lucu. "Tenang, kamu gak usah cemburu sama saya, saya gak bakal ngerebut istri kamu kok." Ucap Revan bermuatan ledekan. Pria yang jauh lebih dewasa darinya itu menepuk sisi lengan sang adik ipar.

Kania menyenggol lengan Daffa dengan lengan nya. "Lo sih!" Bisik Kania pada Daffa.

Daffa menoleh melihat Kania menyalahkan nya. "Mana gue tau." Balas Daffa juga sama malunya seperti Kania. Dan khusus itu menjadi ramai akan tawa dari masing-masing orang yang ada di sana karena tingkah Daffa yang cemburu.

__________

Setelah acara makan malam usai, mereka memilih menunggu hidangan penutup hingga datang. Di saat seperti itulah Daffa berjalan mendekati kedua orang tuanya dan membisikkan kata-kata di telinga keduanya.

"Daffa mau bicara sama kalian nanti. Kalau perlu Daffa bakal tinggal di rumah lagi." Setelah mengatakan itu, kedua orang tuanya saling memandang bingung pada anak semata wayangnya. Sepertinya ingin berbicara hal yang serius.

"Baiklah, Ayah bakal izin ke mertua kamu nanti." Balas Fahriz membuat Daffa mengangguk lalu kembali duduk di kursinya semula.

Seperti ucapan nya tadi, Daffa kembali ke rumahnya hari ini. Tidak dengan Kania yang diminta untuk tetap tinggal di rumahnya.

Setelah mendengar itu, justru Kania bersorak bahagia dalam hatinya. Alhasil Kania kembali ke rumahnya bersama dengan Revan yang sebelumnya datang bersama sang ayah. Sedangkan anak dan istrinya berada di dalam kendaraan orang tuanya. Ingin mengajak keduanya pun tak bisa karena Kania membawa mobil sport miliknya.

Sedangkan di dalam kediaman Fahriz, pria itu menggenggam erat kertas yang baru saja Daffa berikan padanya. Pria itu meremuk kertas pemberitahuan dari sekolah sang anak. Ia melempar asal kertas tersebut dan menatap tajam wajah Daffa.

"Kamu mempermalukan Ayah, Daffa!!!" Bentak sang ayah pada anak semata wayangnya.

Fahriz berjalan mendekati Daffa dan tertawa sumbang. "Apa yang akan ayah katakan nanti ketika orang tua Kania tau!!?" Fahriz menatap tajam seolah tak akan memberikan ampun pada pria remaja itu.

Daffa semakin menunduk dalam. "Maafin Daffa, Yah. Pas itu ada kesalahpahaman kecil antara Daffa dan Kania sebelum kalian memutuskan untuk menjodohkan kita." Ia berkata jujur, berharap sang ayah akan memaafkan nya.

"Bunda kecewa sama kelakuan kamu, Daffa. Pantas saja Bunda gak dapet laporan kegiatan kamu pas di sekolah, ternyata selama enam minggu ini kamu bully Kania cuma gara-gara perkara kucing?! Kamu cowok atau bukan, Daffa!!?" Kirana menatap kecewa pada anak semata wayangnya. Selama delapan belas tahun ia mendidik anaknya agar menjadi pria yang baik, rupanya anaknya justru membully seorang wanita di sekolahnya.

"Maaf Ayah, Bunda." Hanya kata itulah yang sedari tadi terlontarkan dari mulut Daffa. Ia tak mengelak sedikitpun, toh ia memang benar salah kali ini.

"Kamu? Kena skors?" Fahriz kembali tertawa hambar. "Siswa berprestasi kayak kamu gak punya attitude, hah?!!" Bentak Fahriz kembali.

"Harga diri kamu sebagai pria jatuh, Daffa!!" Lanjut Fahriz, mendorong-dorong bahu Daffa menggunakan jari telunjuknya.

"Iya Ayah, Daffa akui itu." Kali ini disertai isak tangis penyesalan nya. Ia memang kadang tak berpikir dua kali untuk melakukan esuatu sehingga mengakibatkan hal fatal.

Fahriz menggeleng masih tak percaya Daffa melakukan hal itu. "Kamu harus merasakan apa yang Kania rasakan, Daffa!! Kamu juga harus merasakan seperti apa posisi orang yang kamu bully!!" Ucap Fahriz penuh keyakinan membuat Daffa memberanikan diri menatap wajah ayahnya.

"Maksud ayah?"

"Selama seminggu kamu harus merasakan apa yang Kania rasakan. Kamu harus ikut Ayah, agar tau rasanya bagaimana sakit hati akibat pembullyan!" Final Fahriz langsung meninggalkan Daffa di ruang keluarga.

Kirana berdiri dari duduknya. "Semoga dari kesalahan kamu, kamu bisa belajar, Daffa." Ujar Kirana tanpa menatap wajah sang anak. Meninggalkan Daffa seorang diri di dalam ruang keluarga.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

mana ada loe jujur,yg jujurnya loe ngehina istri loe murahan,,

2023-02-01

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kalian akan samgat marah dan malu lg saat tau alasan kenapa dia sampe kna skor🙄🙄

2023-02-01

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kna skor noh dia di skolah,,

2023-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!