PDDM Bab 13

[BAB REVISI]

Sebuah mobil berwarna putih datang memasuki pekarangan rumah mewah itu. Membelokkan kendaraan nya menuju garasi rumahnya. Setelah selesai Kania segera keluar dari dalam kendaraan nya dan berjalan memasuki rumah memalui pintu belakang yang letaknya lebih dekat. Namun belum sampai tangan nya pada gagang pintu, ia terhenti ketika mendengar suara anak kecil yang berlari ke arahnya.

"Aunty i'am here!!" Pekik gadis berumur lima tahun itu berlari ke arahnya.

Senyumnya mengembang ketika mengetahui siapa yang berteriak memanggilnya. Ia berjongkok dengan kedua tangan yang terluka lebar, bersiap memeluk gadis kecil itu. "Rena!!" Balas Kania tak kalah bahagia.

Bruk!

Gadis kecil itu menjatuhkan dirinya pada pelukan Kania. Keduanya berpelukan begitu erat hingga beberapa detik.

"I miss you so much Aunty." Sambung gadis kecil itu setelah melepaskan pelukan keduanya.

"Me too, baby."

"Let's play with me!" Sambung Kania mengajak sang keponakan untuk bermain bersamanya. Gadis kecil itu mengangguk antusias. Menggandeng tangan kecil itu untuk mengikuti langkahnya menuju kamar miliknya yang berada di lantai dua.

"Where's my Uncle?" Tanya gadis itu di perjalanan mereka membuat Kania menoleh.

"Who?" Kania bertanya balik pada keponakan nya. Alisnya mengerut bingung mendengar pertanyaan yang dilontarkan untuknya.

"Your husband, Aunty."

"Wait, siapa yang kasih tau kamu?" Tanya Kania terkejut. Sewaktu ia dan Daffa melangsungkan pernikahan, keluarga kecil sang kakak masih berada di London, jadi gadis kecil itu tak mengetahui tentang pernikahan nya.

"English please, Aunty!" Rengek Rena merajuk. Pasalnya gadis kecil itu sudah sejak lahir tinggal di negara orang. Membuatnya tak terlalu fasih dalam mengucapkan bahasa Indonesia.

"No! Indonesian!" Bantah Kania cepat.

"Oke…"

Kania membawa sang keponakan memasuki kamarnya. Mengunci pintu kamar dan mendudukkan gadis kecil itu di sofa yang berada dalam kamarnya.

"Siapa yang kasih tau kamu kalau Aunty punya suami?" Tanya Kania mengulang. Ikut mendudukkan dirinya di sisi sang keponakan.

"Mommy and Daddy." Jawab gadis kecil itu jujur.

"Grandma and Grandpa juga bilang gitu sama Rena." Sambungnya membuat Kania mengangguk.

"Whats wrong Aunty?"

Kania menggeleng. "Nothing." Balasnya disertai senyum tipisnya.

"Where's your husband?" Bocah itu terus saja mencari keberadaan paman barunya, membuat Kania sedikit jengkel karena keponakan nya lebih penasaran pada sosok paman nya.

Kania mengedikkan bahunya acuh. "I don't know." Balasnya tak ingin menjawab yang sejujurnya. Lagipula gadis kecil itu tak akan mengerti apa yang ia katakan dan jelaskan. Ia terlalu kecil untuk memahaminya.

"Tell me, where's your parents?" Kania memilih mengganti topik pembicaraan mereka. Lagipula ia belum bertemu pada kakak dan kakak iparnya di rumah ini. Ia hanya menemukan Rena sedang bermain seorang diri tadi.

"I don't know. Maybe they are gone to my home." Balas Rena sekenanya. Setelah ia mendarat di bandara Soekarno-Hatta, ia langsung menuju kediaman sang kakek dan neneknya. Sedangkan kedua orang tuanya memilih ke rumah mereka terlebih dahulu untuk membersihkan debu-debu halus di rumah mereka.

"Aunty, ayo kita main…" rengek gadis kecil itu menagih ucapan Kania yang sebelumnya.

"Oke-oke, Aunty bersihkan diri dulu. Rena tunggu sebentar, ya?"

"Alright."

__________

Pukul lima sore hari Daffa baru kembali dari sekolahnya karena hukuman yang ia jalani. Sialnya lagi, ia selalu diawasi oleh salah satu satpam yang ditugaskan oleh bu Rita untuk mengawasi kegiatan mereka.

Beruntung sang supir sudah siap menunggu kepulangan nya sehingga ia tak perlu lama-lama menunggu jemputan.

Sampai di kediaman sang istri ia dibuat bingung dengan keadaan rumah yang terlihat sepi saat itu. Namun karena dirinya lelah, ia memutuskan untuk langsung berjalan menuju lantai dua. Sampai di dalam kamar ia kembali dibuat bingung dengan kehadiran bocah kecil yang sedang tertidur di atas ranjang Kania.

Daffa berjalan mendekati gadis itu. Terlihat sangat pulas dalam tidurnya membuat Daffa menyunggingkan senyum tipisnya. Ia bersedap dada dan bergumam kecil. "Anak siapa sih lo?"

Karena gemas, Daffa merangkak menaiki ranjang dan mendekati gadis kecil itu. Ia tersenyum dan mengusap-usap gemas pipi mulus Rena. Pria itu juga mengusap sayang puncak kepala Rena membuat gadis itu semakin nyaman dalam tidurnya.

Ceklek!

Pintu terbuka lebar. Menampilkan sang pemilik kamar dengan membawa camilan di atas tangan nya.

"Kok Rena tidur?" Ia menaruh nampan di atas meja yang berada di depan sofa dan berjalan mendekati Rena tanpa menghiraukan keberadaan Daffa.

"Gimana sih, malah tidur." Gumam Kania pelan.

Daffa mendengakkan kepalanya menatap Kania. "Biarin ajalah, mukanya keliatan capek banget itu." Ucap Daffa membuka suara.

Kania melirik malas ke arah Daffa. "Emang gue ngomong sama lo, ya?!" Tanya Kania sinis membuat Daffa diam dan menunduk hanya menatap Rena.

Kania berjalan menuju lemari miliknya. Mengeluarkan baju tunik serta celana kulot jeans miliknya, tak lupa juga dengan hijab pashmina yang senada dengan pakaian nya. Melihat hal itu alis Daffa mengerut.

"Mau kemana?" Tak seperti biasanya, kali ini Daffa bertanya dengan nada yang sangat lembut. Bahkan sampai membuat Kania terkejut.

"Lo kenapa?" Tanya gadis itu terkejut mendengar perubahan dari seorang Daffa Arian.

Pria itu menggeleng pelan. "Gak kenapa-napa. Gue capek, males berdebat." Ucapnya pelan. Ikut menidurkan dirinya di atas ranjang di sisi Rena.

Kania mengangguk samar. "Baguslah." Gumam Kania tak dapat didengar oleh orang lain.

"Nanti jam tujuh ada acara makan malem. Lo gak tau? Ayah sama Bunda lo juga ada kok." Ucap Kania memberitau. Ia meraih handuk miliknya yang berada dalam lemari dan menoleh ke arah Daffa sejenak.

Mendengar hal itu Daffa kembali duduk karena terkejut. "Tunggu!" Ucapnya membuat langkah Kania yang ingin memasuki kamar mandi terhenti. "Hari ini?" Lanjutnya bertanya dan dijawab dengan anggukan oleh sang istri.

Segera ia beranjak dari atas ranjang dan berdiri. "Kok gue baru tau?! Sekarang kan udah setengah enam!" Pekik Daffa panik.

"Siapa suruh lo ngebully gue? Depet hukuman kan!"

"Terus gue gimana?!"

"Ya siap-siap lah!" Balas Kania kembali melanjutkan langkahnya.

"Nia! Kania!!" Daffa menggebrak pintu kamar mandi yang sudah di kunci oleh Kania dari dalam.

"Lo siap-siapnya di kamar yang lain! Kan ada banyak kamar mandi!!" Teriak Kania dari dalam, membalas ucapan Daffa yang sangat khawatir.

"Mommy…" Karena teriakan kencang Daffa dan Kania, gadis kecil itu sampai terbangun dari tidurnya yang sangat singkat. Ia menangis dengan memanggil-manggil sang ibu yang tak ada di sisinya.

Daffa menoleh menatap Rena yang terisak kecil dengan memanggil-manggil ibunya. "Mommy…" ucapnya lagi memanggil sang ibu membuat Daffa datang dan menghampiri gadis kecil itu.

"Hey, kenapa nangis?" Tanya Daffa menaiki ranjang tersebut. Mendekati gadis kecil yang sedang menangis.

"What are you talking about?!" Tanya Rena disela-sela tangisnya. Ia tak terlalu paham apa yang baru saja pria itu katakan. Apalagi saat itu dirinya baru terbangun dari tidurnya, ia belum bisa berpikir arti dari apa yang Daffa katakan.

Daffa mengerutkan alisnya. Bagaimana bisa seorang bocah kecil tidak mengerti bahasa yang dia gunakan, sedangkan ia fasih dalam berbahasa Inggris.

"Why you crying?" Ucapnya mengulang pertanyaan nya menggunakan bahasa Inggris membuat Rena paham apa yang sedang Daffa bicarakan.

"Where's my Mom?" Tanya Rena dengan segukan akibat ia menangis.

Lagi-lagi ia harus dibuat bingung. Ia saja tidak tau siapa gadis itu, apalagi ibunya. Ini adalah pertemuan pertama ia dengan anak itu dan belum mengetahui siapa orang tuanya.

"I don't know." Balas Daffa sekenanya. Setelah Daffa mengatakan itu tangis Rena semakin kencang.

"I want my Mom!" Teriak Rena disela-sela tangisnya. Pikiran Daffa semakin kalut karena gadis kecil itu menangis semakin kencang.

"Hey, don't cry." Bujuknya menoleh ke segala arah mencari sesuatu yang dapat membuat gadis itu berhenti menangis.

Mata Daffa tertuju pada camilan yang tadi Kania bawa. Ia meraih beberapa snack dan memberikan nya pada Rena. "I have a snack, you want?" Tanya Daffa dengan tersenyum ke arah Rena.

"No! I want my Mom!! Go away!!" Setelah Daffa mengatakan itu, tangisnya bukan mereda justru malah semakin kencang dan juga mengusir dirinya untuk pergi.

Pria itu merasa semakin kacau. Ia mengacak rambutnya hingga berantakan dan akhirnya ia memilih untuk menyerah dan meminta tolong. "KANIA COME HERE!!!" Teriaknya sangat kencang agar sang istri dapat mendengar suaranya dan suara tangis Rena yang semakin membuatnya pusing.

__________

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Aaaaaahhh gemes aku sama kamu Rena🥰🥰🥰🥰😍😍😍😍💋💋💋💋

2023-02-01

1

Rapa Rasha

Rapa Rasha

teruskan

2022-12-07

0

Happyy

Happyy

😤😤😤

2021-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!