PDDM Bab 11

[BAB REVISI]

Kantin semakin padat. Banyak siswa yang berdatangan ke dalam kantin hanya untuk menonton perkelahian antar lelaki itu yang berawal dari hinaan dari Daffa. Setelah Arga memutuskan untuk pergi meninggalkan Daffa dengan wajah yang sedikit terluka, saat ini tersisa Kevin dan Rendi yang sama kesalnya pada salah satu teman mereka.

Kevin dan Rendi memilih untuk diam. Tak melerai pertengkaran antara Daffa dan Arga. Hingga Arga memilih pergi pun, mereka tetap berdiam diri menatap salah satu teman nya yang terluka.

"Ya ampun Daffa!!" Pekik gadis lain melihat idolanya terluka.

Sekitar empat sampai enam orang dari mereka berlari menghampiri Daffa. "Kania si*lan!" Umpat salah satunya langsung berlari mencari gadis yang baru saja namanya ia sebut.

Grep!

Belum terlalu jauh sang siswi berlari, salah satu tangan nya sudah langsung dicekal. Membuat gadis itu menghentikan langkahnya dari pada ia terjatuh.

"Ray-Rayhan…" gumamnya menyebutkan nama pria tersebut. Jika sang ketua osis sudah berada di tempat, habislah mereka. Bagaimanapun Rayhan tak akan membiarkan seseorang yang telah membuat kekacauan tersebut.

Rayhan tersenyum sinis. "Lo lagi, lo lagi. Gak bosen-bosen lo masuk ruang BK?" Tanyanya pelan namun berhasil membuat bulu gadis itu meremang ketakutan.

Pria itu mengedarkan pandangan nya mencari inti letak masalahnya. Ia tersenyum melihat Daffa yang berada di dalam tengah-tengah keramaian. "Orang itu lagi…" ucapnya pelan dan menghembuskan napasnya.

Kemudian tatapan nya kembali tertuju pada gadis yang pergelangan tangan nya masih ia cekal. Menatap remeh gadis tersebut. "Dikasih apaan lo sama cowok itu sampe mau ngelakuin apa aja perintahnya?" Tanyanya seperti mengejek.

"Lo juga! Dikasih apaan lo sampe bela si Kania habis-habisan!!?" Ucapnya membalikkan perkataan Rayhan. Tak terima dirinya dan Daffa diejek seperti itu.

"Gue gak bela Kania, gue bela yang gak salah!" Bantahnya langsung membuat gadis itu diam tak berkata-kata.

"Lo pada bantu gue bawa mereka ke ruang BK! Bu Rita harus tau apa yang murid kesayangan nya lakukan!" Perintahnya pada anggota osis yang lain nya. Mereka mengangguk patuh pada sang ketua, menerobos masuk ke dalam kerumunan dan meminta secara baik-baik pada yang bersangkutan untuk masuk ke dalam ruangan bimbingan konseling.

__________

Di dalam ruangan berdinding kaca, siswa-siswi yang berkelahi tadi sedang duduk di atas sofa yang berhadapan langsung ke arah sang guru. Daffa dan Arga berada di dalam ruangan itu karena terlibat perkelahian. Kania serta Nesya yang dianggap korban dan beberapa siswi lain nya sebagai saksi. Rafka pun turut andil padahal sebenarnya ia tak tau apa-apa.

"Daffa… Daffa…" Bu Rita menggeleng karena kelakuan sakah satu anak didknya itu. Kecewa mendengar cerita dari Rayhan. "Ibu bilang apa ke orang tua kamu nanti." Sambung sang guru mampu membuat Kania bertanya-tanya dalam hatinya.

Bu Rita menoleh ke lain arah. Di sana ada siswi yang mengaku sebagai 'penggemar' dari Daffa dan telah melakukan pembullyan terhadap Kania, murid paling berprestasi di sekolah mereka.

"Atas dasar apa kalian melakukan pembullyan?" Tanya sang guru masih mengontrol emosinya. Bertanya dengan penuh kelembutan yang mana malah membuat siswi-siswi itu ketakutan.

"E-enggak bu… Saya enggak ngebully siapa-siapa," balas salah satunya. Ia menangis ketakutan karena kelakuan nya sudah ketahuan oleh sang guru.

"Kelakuan kalian semua udah kerekam cctv. Jawab jujur! Ibu gak mau marah-marah!" Bentaknya membuat mereka menyesal telah mengikuti kemauan Daffa.

"Daffa yang suruh bu…" adunya akhirnya berkata jujur. Daffa menatap tak percaya mereka akan berkata jujur seperti itu mengenai dirinya.

Rayhan yang berdiri di belakang sofa bersedekap dada dengan berdecak karena kelakuan pria itu. Rahang Rafka mengeras menatap ke arah Daffa. Ia menatap tajam pria itu, tak suka karena telah berani melukai gadis yang disukainya.

"Jadi kalau Daffa suruh kalian bunuh diri kalian ikutin!!?" Tanya sang guru kembali bertanya. Membuat mereka menjawab dengan gelengan kepala.

"Kalian semua cerita jujur ke ibu. Jangan coba bohong, ibu tau apa yang kalian lakukan!" Suruh bu Rita langsung dijawab anggukan dari yang lain.

Mulai dari beberapa orang penggemar Daffa yang bersangkutan, Rafka yang meminta bantuan pada Kania hingga terjadi kesalahpahaman yang menjadi penyebab perkelahian itu.

Kania mendengakkan kepalanya menatap tak percaya pada Daffa, ternyata pria itu terbakar api cemburu karena kedekatan nya dengan Rafka. Namun ia kembali menunduk ketika Daffa ikut menatap ke arahnya. Ia tak ingin menatap Daffa terlalu lama. Kata-kata hinaan yang terlontarkan dari mulut pria itu membuatnya benci melihat wajah Daffa.

"Besok panggil orang tua kalian semua. Temui Ibu jam sembilan pagi! Kalian juga harus kembali ke sini saat jam istirahat kedua! Sekarang kembali ke dalam kelas masing-masing!" Titahnya pada para siswi penggemar Daffa. Setelah itu mereka semua disuruh untuk segera keluar dari ruangan tersebut.

"Untuk Nesya, Rafka sama Rayhan, kalian bisa kembali ke kelas. Terima kasih atas penjelasan kalian." Ketiganya mengangguk patuh dan keluar dari ruang bimbingan konseling secara bersamaan.

Nesya menyentuh bahu Kania sebelum berlalu. "Gua duluan, ya?" Pamitnya pada sang sahabat. Kania mengangguk sebagai jawaban.

"Thanks, Sya." Bisik Kania pada Nesya. Salah satu ibu jari Nesya terangkat membalas ucapan terima kasih dari Kania.

Kini tinggalah Daffa dan Kania yang berada di ruangan bimbingan konseling dengan sang guru yang duduk di kursi kebesaran nya. Lagi-lagi Ibu Rita menatap Daffa dengan sangat kecewa. "Mau kamu itu apa, Daffa?!" Tanya bu Rita pada Daffa.

Hening, tak ada jawaban dari pria itu. "Kania, hukuman apa yang setimpal untuk Daffa?" Ibu Rita beralih menatap Kania dan meminta pendapatnya.

Daffa menatap lekat Kania supaya tidak mendapatkan hukuman melebihi batasnya. Kania menoleh asal, yang jelas ia tak ingin menatap wajah Daffa. "Suruh aja dia bersihin kolam renang sekolah sama lapangan badminton." Balas Kania asal memberi hukuman.

Daffa menghela napas lega mendengarnya. "Baiklah selepas pulang sekolah kamu sama seluruh penggemar kamu bersihkan kolam renang sekolah sama lapangan badminton!" Putusnya setelah Kania memberikan hukuman tersebut.

"Terima ka-"

"Tunggu!" Potong sang guru cepat. "Ibu belum selesai bicara! Kamu Ibu skors seminggu! Renungi semua kesalahan kamu dan jangan kembali sekolah sebelum kamu bener-bener nyesel! Mulai besok jangan ke sekolah dulu! Ibu akan membuatkan surat hukuman skors untuk kamu!" Sambungnya membuat Daffa membulatkan matanya karena terkejut.

"Bu tapi-"

"Gak ada tapi-tapian, atau ibu tambah hukuman kamu!" Ancam sang guru mampu membuat Daffa tak kembali berkutik.

"Kalian boleh kembali ke kelas." Keduanya mengangguk patuh dan pamit keluar ruangan. Meninggalkan sang guru yang menggeleng pusing karena kelakuan salah satu murid berprestasi akademik di sekolah seperti Daffa.

__________

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah Gitu Bu,,Salut aku sama inu👏🏻👏🏻💪🏻💪🏻

2023-02-01

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Alaah paling2 nyesel nya sekarang doang,ntar bikin ulah lagi,Tuh biang jya terlebih dahulu yg di bereskan,sok sok an punya penggemar,,🙄🙄

2023-02-01

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ngomong jujur aja bu,biar tau rasa dia tlah menghina istrinya sendiri😡😡🙄🙄

2023-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!