PDDM Bab 10

[BAB REVISI]

Hari itu hingga jam menunjukkan pukul sepuluh pagi tak ada tanda-tanda kedatangan para penggemar Daffa sedikitpun. Entah apa yang telah terjadi, yang jelas Kania merasa sangat damai saat ini.

Bel istirahat pertama baru saja berbunyi. Seperti biasa siswa-siswi berhambur menuju kantin sekolah, tak terkecuali Kania. Bersama dengan teman setianya, mereka berjalan menuju kantin bersama. Dengan membicarakan pelajaran yang baru saja dibahas, mereka berjalan menuju kantin.

Di dalam kantin, mereka berhambur untuk memesan makanan mereka masing-masing. Penjual dimsum menjadi pilihan Kania saat ini. Ia berdiri untuk mengantri, namun saat giliran nya untuk memesan, Daffa dengan muka datarnya menyela antrian gadis itu.

"Mbak, dimsum kayak biasa ya," ujar pria itu tak menoleh sedikitpun ke arah Kania.

Gadis itu melotot tak terima antrian nya disela. Perlu mengantri selama tujuh menit untuk bisa membeli menu makanan tersebut, namun dengan gampangnya pria itu menyela. "Eh enggak mbak, pesanan itu punya saya, kan?" Tak ingin berbicara dengan Daffa terlebih dahulu, Kania langsung memastikan nya pada sang penjual.

"Iya neng."

Ia tersenyum puas ketika pesanan Daffa tak segera diproses dan justru pesanan nya lah yang dibuatkan terlebih dahulu.

"Saya bayar dua kali lipat, mbak." Kania kembali dibuat menoleh karena Daffa kembali membuka suara. Pria itu benar-benar sedang ingin memancing emosinya.

"Heh! Orang yang kayak lo tuh gak bakal maju kalau apa-apa ngandelin uang!" Sarkas gadis itu pada pria yang sudah berstatus suaminya. Selagi ia tak dikeroyok, keberanian itu akan ia keluarkan semampunya.

"You know? Money is everything." Daffa membalas tanpa menoleh sedikitpun.

"Tapi kamu gak bakal maju kalau mengandalkan kekayaan kamu aja." Nice! Keduanya menoleh ketika sang penjual membalas ucapan Daffa. Baru saja Kania ingin mengatakan hal yang sama, namun rupanya sang penjual berpihak padanya.

Kania bersedekap dada. Memandang remeh kepada Daffa. "Use your brain, man!" Daffa tak berkutik sedikitpun. Ia kehilangan kata-katanya saat ini.

"Makasih mbak." Kania meraih pesanan nya yang telah selesai. Meraih mangkuk yang terbuat dari bambu dan membayar total pesanan nya.

Sebelum berlalu, Kania mendekatkan wajahnya pada telinga Daffa dan berbisik. "Duluan ya Mas suami. Lain kali gunain otaknya, oke." Ia menyeringai licik setelah membisikkan kata-kata tersebut pada telinga sang suami. Dan lagi-lagi berhasil membuat Daffa menggeram kesal karena kalah telak dari seorang gadis seperti Kania yang sebelumnya ia pikir hanya seorang gadis biasa.

___________

"Lama ya?" Kania menaruh mangkuk pesanan nya di atas meja kantin.

"Nggak kok, sans." Balas salah satunya mewakili. Kemudian Kania memegang kursi untuk ia tarik ke belakang dan duduk. Namun niatnya langsung tertahan ketika ada tangan lain yang membantunya menarik kursi tersebut.

Gadis itu menoleh ingin melihat siapa orang tersebut. "Thanks Raf," Kania tersenyum melihat Rafka yang menarikkan kursi tersebut untuknya. Sedangkan pria itu mengangguk mengiyakan dan ikut duduk di depan Kania.

"Ada apa? Tumben banget gabung. Lo kan dah lama gak bareng kita." Rafka langsung menoleh ketika kehadiran nya mendapatkan protes dari Nesya.

Sebelum menjawab ia tersenyum. "Galak amat neng! Gak papa kali kumpul lagi sama temen SMP." Rafka membalas dengan santai dengan tangan nya yang langsung mengambil satu makanan milik Indah. Memang Rafka adalah salah satu teman mereka sejak sekolah menengah pertama. Selama tiga tahun mereka berada di satu kelas yang sama, dan setelah lulus mereka kembali dipertemukan dalam satu sekolah yang sama.

"Punya gue!" Teriak Indah langsung. Tak terima makanan nya diambil begitu saja oleh pria itu. Sedangkan Rafka hanya tersenyum memasang wajah tak bersalahnya. Menggenggam erat makanan yang ia ambil dari Indah supaya gadis itu tak dapat merebutnya. Hingga akhirnya Indah menyerah dan merelakan makanan nya yang diambil oleh Rafka dengan membalas memukul kencang lengan pria itu hingga mengadu kesakitan.

"Kirain udah lupa sama kita semenjak ditolak Nia." Celetuk Kiara yang langsung menjadi pusat perhatian kelima orang tersebut.

"Ra!" Tegur Aina dengan menyenggol lengan Kiara yang duduk di sisinya.

"Santai Na, gue gak papa kok." Balas Rafka menanggapi. Kania tak membuka suara sedikitpun, ia memilih fokus pada makanan nya saat ini.

Dengan memasukkan makanan nya ke dalam mulut, Nesya kembali bertanya. "Gue tanya gak dijawab! Ada apa lo ke sini?" Ulangnya bertanya pada Rafka.

"Gak kenapa-napa. Gue capek abis latihan tadi. Sekarang mau liat yang seger-seger dulu."

Ucapan Rafka mampu membuat keempat gadis itu menoleh bersamaan menatapnya dengan wajah menyeramkan. "Apa?" Tanyanya merasa tak ada yang salah dengan ucapan nya.

"Pergi lo!" Usir Nesya tak suka dengan keberadaan Rafka. Merasa mengganggu waktu mereka.

"Eh marah nengnya. Bercanda kali," elaknya agar tidak jadi diusir oleh Nesya, gadis tomboy yang terlihat sangat garang jika sudah marah. "Nih, gue mau minta ajarin matematika bagian limit ke Nia. Gak paham gue." Ucap Rafka yang sejujurnya karena memang ia tak pandai dalam hal tersebut.

"Limit emang susah, Raf. Gue aja gak paham-paham gimana cara jalan nya." Celetuk Kiara yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari yang lain nya.

Kania melirik sekilas ke arah buku yang Rafka tunjukkan kepadanya. "Nanti gue bantu." Balasnya langsung dengan menyeruput minuman miliknya.

"Sekarang! Bentar lagi pelajaran matematika di kelas gue. Lo tau kalau Bu Mita yang ngajar gak bakal dikasih ampun. Ayolah…" Rafka mencoba membujuk Kania agar mau membantunya. Rafka sangat yakin Kania paham tentang pembelajaran itu. Karena setiap yang Kania pelajari selalu dapat di pahami dengan sangat mudah.

Kania berdecak kesal karena ia merasa terganggu. "Satu kali, gak ada pengulangan!" Setelah menyetujui, gadis itu meraih buku Rafka dan membacanya dengan seksama.

Kepalanya kembali terangkat karena Rafka masih berdiam diri di tempat yang didudukinya. "Lo paham belajar terbalik?" Rafka menggeleng sebagai jawaban membuat Kania kembali berdecak kesal.

"Ya udah sini sebelah gua, gimana sih!" Sepertinya mood gadis itu kurang baik hari ini. Ia lebih mudah kesal hanya karena kesalahan kecil yang diperbuat oleh Rafka.

Tak ingin mendapatkan perintah yang sama untuk kedua kalinya, Rafka segera bergegas berpindah posisi duduk menjadi di sisi Kania. Memperhatikan jari-jemari Kania yang bergerak lincah menghitung hasil dari pembelajaran itu. Tangan nya bergerak cepat di atas kertas putih yang telah Rafka siapkan agar hasil hitungan Kania dapat ia pelajari kembali. Bukan hanya Rafka yang memperhatikan penjelasan dari Kania dengan seksama, melainkan semua teman nya ikut mendengarkan Kania yang sedang menjelaskan.

"Paham?"

"Paham banget!" Seperti seorang guru yang bertanya pada muridnya, Kania bertanya dan dijawab dengan sangat kompak oleh teman-teman nya. Padahal ia bertanya pada pria itu, namun ternyata semua menjawab pertanyaan darinya dengan kompak.

Kania tertawa melihat kekompakan yang terjadi. Namun tidak dengan pria yang berada di sisi lain meja kantin. Ia nampak tak suka dengan interaksi antara Kania dengan pria bernama Rafka. Tangan nya meraih ponsel untuk menghubungi para penggemarnya. Siapa lagi kalau bukan Daffa, pria itu menyeringai licik setelah menyuruh para penggemarnya untuk kembali mengganggu istrinya.

"Oke thanks ya Nia!" Setelah mengatakan itu Rafka berlalu pergi meninggalkan meja kantin yang ditempati oleh Kania dan teman-teman nya.

Tak lama setelahnya Daffa berpindah tempat duduk menjadi de sebelah Kania. Membuat kelima orang itu menatapnya tak suka akan kehadiran nya. "Ngapain lo?!" Tanya Kania menatap tajam sang suami.

"Santai dong… Gue belum ngomong apa-apa." Balas Daffa menganggap ucapan Kania hanya angin lalu yang tak perlu ia tanggapi dengan serius.

"Idih sok kenal bet lu!" Sama seperti Kania, Indah pun merasa tak nyaman akan kehadiran pria itu. Membuat salah satu teman nya dibully oleh penggemar Daffa.

Daffa berdecak kemudian menyipitkan matanya menatap Kania. "Sok jual mahal banget sih lo, padahal baru aja jadi murahan!" Sentak Daffa pada istrinya. Tak memikirkan ucapan yang akan membuat hati gadis itu terluka.

Brak!

Nesya berdiri dan menggebrak meja. Tak terima ucapan tajam dari Daffa yang terlontar untuk Kania. Tanpa aba-aba ia meraih segelas air miliknya dan menyiram wajah Daffa dengan jus yang berwarna merah.

"Lo tuh punya otak gak sih!? Bego lo kelewatan, anj*ng!" Ucapnya begitu emosi. Tak pernah seperti ini sebelumnya, namun kali ini pria itu benar-benar kelewatan. Walaupun hanya berupa kata-kata, tetap saja tak bisa diterima.

"Ayo Nia!" Nesya menarik paksa tangan teman nya dan membawa gadis itu jauh dari keramaian. Pertengkaran mereka tentu saja menjadi pusat perhatian orang-orang kantin.

"Bajingan lo!" Umpat lain nya sebelum berlalu mengejar Nesya dan Kania yang sudah lebih dahulu meninggalkan mereka. Sedangkan Daffa hanya tersenyum puas melihat kekompakkan yang terjadi hingga datanglah ketiga teman nya dan melayangkan pukulan keras pada Daffa agar pria itu sadar dan tak mengulangi ucapan nya.

"Gila lo Daf!" Umpat Arga yang juga kesal dengan kelakuan pria itu. Bukan hanya menggunakan gadis-gadis penggemarnya sebagai ajang pembalasan nya, pria itu juga membuat hati gadis lain terluka. Daffa benar-benar pria tak waras.

_________

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Noh liat temen2 loe sendiri gak suka sikap loe yg kayak gitu😡😡

2023-02-01

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah Rasain loe si mulut Lemes,Murahan apanya,orang juga membahas pelajaran,bukan kayaknpenggemar loe itu yg cewek2 murahan🙄🙄🙄

2023-02-01

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

rasakan daffa

2022-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!