PDDM Bab 6

[BAB REVISI]

Bel masuk telah berbunyi, membuat seluruh murid berhambur menuju kelas mereka masing-masing. Begitupun dengan Kania, ia berjalan menuju kelasnya dengan mengayun-ayunkan lengannya yang memegang buku.

Grep!

Tangan Kania di tahan kemudian ditarik ke belakang, membuat gadis itu mundur beberapa langkah ke belakang. Ia mengerjab beberapa kali, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.

"Kirain apaan," setelah tau siapa yang menarik lengan nya, ia berujar lega karena yang menarik lengan nya bukan orang-orang suruhan Daffa.

"Kenapa?" Sambung Kania memasang wajah bingung. Pasti ada alasan mengapa lengan nya sampai di tarik membuat ia harus memberhentikan langkahnya.

"Kania…" ia menunduk dan melepaskan lengan Kania yang berada dalam genggaman nya.

"Ya?"

Orang itu menghela napas pelan, seperti sedang mengumpulkan keberanian nya untuk mengutarakan apa yang ingin ia ucapkan. Pria itu mendongakkan kepalanya dan menatap Kania dalam. Tatapan lembut serta senyum manisnya ditampilkan di hadapan Kania.

"Gua… Gua suka banget sama lo," meski agak ragu untuk mengutarakan nya, pria itu tetap memberanikan dirinya untuk menyatakan perasaan nya.

Pria itu berlutut di hadapan Kania dan kembali membawa tangan Kania dalam genggaman tangan nya. "Gua suka sama lo, Nia. Gua rasa, inilah waktu yang tepat untuk bilang langsung ke lo,"

Ia kembali menarik napasnya dalam-dalam. "Lo mau gak jadi pacar gua?" Tanyanya penuh kelembutan. Menatap Kania dengan penuh harap.

Kania menarik tangan nya yang digenggam oleh pria itu. "Rafka…" suara Kania melirih.

Gadis itu menarik lengan pria yang diketahui bernama Rafka, meminta untuk tidak berlutut seperti ini. Tapi sepertinya pria itu tetap kekeh dengan posisinya saat ini. "Rafka gua mohon…" setelah mengatakan hal itu, Rafka menurut dan langsung berdiri di hadapan gadis yang ia sukai.

Kania memutar wajahnya. Saat ini ia dan Rafka sedang menjadi pusat perhatian orang-orang. Itu juga yang membuat Kania merasa sangat tidak nyaman. Rafka mengikuti arah pandang Kania dan kembali menatap wajah Kania yang mamasang wajah khawatir.

"Raf…" wajah gadis itu kembali menatapnya sejenak dan menunduk. "Maaf Rafka… Maaf…" suara gadis itu bergetar menahan tangisnya. Merasa sangat bersalah pada pria di depan nya. Kania meremat kuat rok sekolah yang ia kenakan saat itu. Memegang bagian kantung rok tepat ia menaruh cincin nya.

Rafka tersenyum pedih. Lagi-lagi ia mendapatkan penolakan dari gadis yang sama. Padahal banyak gadis lain yang rela mengantri agar bisa menjadi kekasihnya, justru Rafka tetap pada gadis yang ia cintai sejak dahulu. Sudah kali ketiga ia mendapat penolakan dari Kania, tapi entah mengapa rasa sakit di hatinya akan selalu terasa.

Tangan Rafka terangkat, ingin memegang bahu Kania dan mengatakan bahwa ia tidak apa-apa. Belum sampai di bahu Kania, gadis itu sudah lebih dahulu menghindar dan menatap Rafka. "Maafin gue Raf… Seharusnya lo gak gini… Lo tau alasan nya, Raf. Sampai kapanpun gue gak bakal bisa nerima lo," lirih Kania pelan.

Karena gua akan terikat dengan orang lain, Rafka. Sambung Kania dalam batin nya.

Bisik-bisik dari siswa-siswa lain nya mulai terdengar. Menganggap Kania terlalu berlebihan dalam menanggapi ucapan Rafka.

"Lo pada bisa balik ke kelas, gak?!!" Rafka berteriak kencang. Ia tak suka mendengar Kania menjadi bahan perbincangan mereka.

Setelah mendapat bentakan kencang dari Rafka, satu persatu siswa mulai membubarkan diri. Perlahan kerumunan itu menghilang. Takut dengan amarah sang ketua basket sekolah mereka, Rafka.

Setelah sepi, Rafka tersenyum lega. Ia sedikit berjongkok untuk mensejajarkan tinggi dirinya dengan Kania. "Hey… Are you oke?" Tanyanya melihat Kania terus menunduk.

"I'am sorry, Rafka. But-"

"Stop." Rafka memotong cepat ucapan Kania yang belum selesai. "Gak usah dilanjutin. Gak papa, Nia. I'am oke, right?" Sambung Rafka tersenyum.

"Sekarang lo balik ke kelas ya, gue juga mau balik. Takut kena hukum guru." Ujar Rafka dengan bergidik ngeri karena sedang membayangkan dirinya yang sedang dihukum.

Kania mengangguk paham. "Thanks, Rafka." Sebelum berlalu, Kania berterima kasih pada Rafka karena menerima keputusan atas jawaban nya.

"No problem."

Kania tersenyum dan berlalu begitu saja. Melanjutkanlangkahnya yang sempat tertunda karena Rafka menahan dirinya. Rafka pun melakukan hal yang sama seperti Kania, ia kembali menuju kelasnya yang letaknya berlawanan arah dengan kelas Kania.

Sedangkan tak jauh dari koridor kelas tadi, Daffa menyaksikan semuanya dengan jelas. "Haha, bullshit." Ucap Daffa menatap punggung Kania. Tersenyum sinis ketika mengingat apa yang baru saja terjadi.

__________

Tok! Tok! Tok!

Pembelajaran kelas itu terhenti sejenak ketika mendengar suara ketukan pintu kelas. Sang guru yang sedang mengajar saat itu menoleh dan meminta untuk langsung membuka pintu kelas tersebut.

"Permisi Bu," ucapnya meminta izin dengan sopan.

"Iya ada apa?"

"Saya diminta Pak Hadi untuk mengumpulkan ketua kelas 12 di ruang OSIS untuk mengadakan rapat." Sambungnya menjelaskan maksud dari kedatangan nya.

Guru itu mengangguk lalu berdiri untuk memanggil sang ketua kelas. "Ketua kelas, ke ruang OSIS sekarang!" Pintanya tanpa basa-basi.

Kania yang sedang fokus pada pelajaran nya harus terhenti karena sang guru menyuruhnya untuk segera datang ke ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah. Gadis itu bersiap dan merapihkan kembali buku pelajaran nya. Ia keluar dan segera menyusul orang yang tadi memanggilnya.

"Tunggu!" Teriak Kania supaya orang itu segera menghentikan langkahnya.

Berhasil, ia berbalik ke arah Kania yang mana membuat keduanya terkejut. "Apa?" Tanyanya datar setelah berbalik menghadap ke arah Kania.

"Nggak." Balas Kania acuh, padahal ia yang memanggil, tapi ia yang bersikap masa bodo.

"Ngapain lo ikut ke ruang OSIS, gue gak manggil lo!"

Kania diam tak menjawab pertanyaan simpel itu. Lebih memilih untuk berjalan lebih dahulu menuju ruangan Organisasi Siswa Intra Sekolah. Namun baru beberapa langkah tangan nya sudah dicekal membuatnya mau tak mau berbalik.

"Apa sih lo?"

"Gue bilang gue gak manggil lo, gue manggil ketua kelas lo!"

"Emang iya lo gak manggil gue, tapi lo manggil ketua kelas, ya gue maju lah, gila lo!" Umpat Kania mencoba melepaskan dirinya dari Daffa. Ya, orang yang baru saja mendatangi dan memanggilnya adalah Daffa.

Alis Daffa mengerut tak terima dipanggil 'gila' oleh Kania. "Oh, oke…" Daffa hanya mengangguk santai membuat Kania heran melihat tingkah Daffa.

Kania menghempaskan tangan Daffa dari tangan nya. "Sinting lo!" Umpatnya lagi sebelum berlalu meninggalkan Daffa, membuat pria itu menggeram kesal.

__________

Dua jam berlalu, rapat mereka baru saja selesai disertai dengan bel istirahat kedua yang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Kania segera berlalu setelah sang guru yang memimpin rapat sudah keluar. Tak ingin terlalu lama melihat wajah Daffa yang berada di dekatnya.

Brak!

Karena saking terburunya, Kania sampai tak memperhatikan sekitarnya. Ia menabrak sekumpulan siswi yang sedang berdiri dekat ruang osis.

"Mata lo kemana?!" Tanya salah satu dari mereka yang kesal dengan sikap Kania.

"Maaf. Gak sengaja tadi." Kania menunduk ingin mengambil beberapa berkasnya yang terjatuh.

Tapi kaki mereka sudah lebih dahulu menginjak kertas tersebut. Kertas yang bertuliskan urutan jadwal yang sudah ia salin dari layar proyektor.

"Ih kertas gue!!" Teriak Kania histeris. Bukan karena lebay, tapi karena perjuangan nya sia-sia setelah menulis selama dua jam lamanya. Gadis itu mendorong tubuh siswi yang menginjak kertasnya hingga terhuyung ke belakang.

Dengan cepat Kania mengambil kembali kertasnya. Namun dengan cepat kertasnya direbut oleh teman nya siswi tadi yang ia dorong. "Alah lebay lo, kertas ginian aja sampe dorong-dorong temen gue!" Ucapnya dengan santai merobek-robek kertas tersebut.

Daffa yang berada di ujung pintu terkekeh melihat kesusahan Kania. Ia lebih memilih untuk menonton daripada harus ikut campur urusan Kania.

"Gila ya lo! Susah payah gue nulis ini! Gak ada otak lo!!" Umpat Kania langsung berjongkok dan memunguti kertas tersebut. Sedangkan sekumpulan siswi tadi hanya tertawa melihat Kania.

"Eh Daffa!! Gimana yang tadi?!!" Tanyanya penuh semangat setelah sadar Daffa memperhatikan apa yang mereka lakukan pada Kania.

Kania menoleh ke belakangnya. Pantas saja siswi-siswi itu mengganggunya, ternyata itu bagian dari sekelompok penggemar Daffa.

"Bagus, gue suka." Ucap Daffa pelan, namun masih dapat terdengar jelas oleh mereka, termasuk oleh Kania.

"Eh Nia!!"

"Lo ngapain pungut sampah begini?!" Kania menoleh ketika melihat pria yang baru saja keluar dari ruang osis tersebut langsung berjongkok di sampingnya dan langsung membantunya.

"Ini urutan jadwal kelas gue sobek. Lagi ngumpulin buat ditulis ulang nanti." Balas Kania jujur dengan tangan yang menunjukkan potongan-potongan kecil kertas tersebut.

"Gak usah, buang aja!" Potongan kertas yang berhasil ia pungut diambil oleh pria itu dan langsung dibuang ke dalam tempat sampah.

"Rayhan gimana sih lo! Itu penting buat kelas-" Ucap Kania dengan kesal, namun langsung terpotong karena Rayhan memberikan nya kertas.

"Ini aja yang baru. Sama aja kayak punya lo tadi, tapi lo print sendiri, ya?" Tawar Rayhan.

Dengan semangat Kania meraih kertas tersebut dan tersenyum sangat lebar pada Rayhan. "Makasih banyak Rayhan. Lo terbaik deh!!" Ujar Kania dengan senyum yang tak luntur. Hati Daffa memanas melihat interaksi keduanya. Ia seperti gagal membuat Kania kesal.

"Iya, sana balik ke kelas!" Suruh Rayhan ikut tersenyum melihat keceriaan Kania.

"Oke. Tolong urus si banci sama babu-babunya, ya!" Sebelum meninggalkan Rayhan, Kania berlari dengan berteriak meminta tolong. Bermaksud menyindir Daffa dengan para penggemarnya.

Tangan Daffa mengepal mendengar ucapan Kania. Namun atensinya langsung teralihkan. "Oke, banci dan babu-babunya, ya…" Rayhan berbalik menatap Daffa dan menatap satu-persatu penggemar Daffa. Ia tersenyum sinis ke arah mereka.

"Urusan kalian sama gue sekarang!" Ucap Rayhan dengan senyum penuh misteri.

__________

Terpopuler

Comments

Rapa Rasha

Rapa Rasha

duh kok binggung q kak lanjut deh

2022-12-07

0

Hendra Yenni

Hendra Yenni

Ada penyelamat

2021-11-18

0

Bakulgeblek

Bakulgeblek

readers gkda akhlak...
udah bagus ada yg mau nulis, genre tulisan tuh banyak... gk suka genre satu, tinggal liat lainnya...
berasa kya seniman kelas wahid apa y?? 😤
berbahasa yg positif aja blm becus, udah ngarah2in sok ahli...

2021-11-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!