Adinda

Adinda

PROLOG

Aku merasa duniaku berputar. Aku merasa jiwaku tertarik. Aku merasa

kehampaan yang ada dalam diriku. Menembus gelombang angin tanpa arah dan

berhenti tanpa arah.

Di sudut ruang yang mengerikan ini. Aku mencoba untuk tetap

terkendali. Warna hitam yang selalu saja menyambutku kini entah kenapa memudar

seperti memberiku celah untuk bernafas. Ada cahaya yang menyambutku dan

memberikan sebuah kepercayaan padaku bahwa aku masih hidup. Aku masih hidup dan

tak perlu takut lagi dengan kegelapan itu.

Saat kurasa ada yang memanggil namaku. Aku pun berusaha

menggapai-gapai segalanya. Ingin keluar dari kegelapan dan meraih cahaya.

Kurasakan satu tangan lembut yang terus mengelus punggung tanganku lalu

menciuminya untuk beberapa kali. Aku mengerjapkan mataku untuk menyamaratakan

cahaya yang masuk ke dalam iris mataku. Bayangan tubuh tegap dengan wajah yang sangat

tegas itu berdiri di depanku.

Dia seperti tengah memanggil namaku lalu tersenyum. Matanya sedikit

berair saat aku sudah berusaha meyakinkan diriku sendiri siapa orang itu. Aku

berusaha membisikkan hatiku sendiri, mendapati seorang laki-laki berambut hitam

legam dengan mata kecoklatannya.

Dan...,  itu dia laki-laki

brengsek yang sudah membuat hatiku hancur.

Ingin rasanya menampar wajah

itu, tapi tenagaku terasa terkuras habis. Laki-laki brengsek itu kenapa ada di

sampingku? Ah..., tepatnya kenapa aku berada di tempat yang tidak aku kenali

ini. Kenapa terasa asing sekali? Ini bukan ruanganku. Seingatku, aku tidak

pernah memasang sebuah monitor EKG di ruanganku. Ini seperti rumah sakit.

Benarkah? tapi jauh dari sana aku sadar bahwa aku sudah menemukan cahaya. Aku

lega. Ternyata aku masih hidup, tapi apa yang sebenarnya yang terjadi padaku

Laki-laki berkaki panjang itu menatapku dengan tatapan yang sangat

tidak aku sukai. Seperti sebuah tatapan perhatian, tapi menyeramkan dalam waktu

yang bersamaan karena tidak biasanya dia seperti ini.

"Kau sudah siuman?" tanyanya dengan sinar mata yang tidak

aku mengerti.

"Apa yang kau rasa?"tanyanya lagi menghiraukan tatapanku

yang mulai ketakutan. Aku tidak ingin dia sentuh, tapi dia menyentuh tanganku

bahkan menciuminya dengan lembut. Matanya mulai berkaca-kaca seakan-akan

kehadiranku telah lama dia tuggu.

"Aku sangat merindukanmu, Sayang," dia memelukku dan aku

mendorong tubuhnya sekuat mungkin. Hingga aku rasa kepalaku rasanya sakit

sekali untuk bergerak. Sayang?  Apa? Dia

bilang sayang?

Gila! Sekarang permainan apa lagi yang akan dia lakukan terhadapku

hahh? Setelah dia menaruh sebuah perasaan yang pernah aku harapkan dalam

sepihak. Setelah dia menghacurkan hidupku, masa depanku dan juga impianku

tentang semua hal yang indah, lalu sekarang dengan entengnya

dia memanggilku dengan kata-kata sayang. Dia memang brengsek!

"Jangan sentuh aku!!!" teriakku saat aku rasa di

kepalaku ada sesuatu yang terasa mengilukan. Kepalaku rasanya sangat sakit

sekali. Ada apa?

"Dinda...," seorang laki-laki paruh baya masuk ke dalam

ruanganku. Dia Ayahku. Wajahnya terlihat sedih sekali saat mendapatiku bersama

Daniel. Dia memelukku lalu menciumi keningku dengan sangat perlahan saat aku

sadar kalau kepalaku ini di perban.

"Aku hampir mati memikirkan keadaanmu. Apa yang kau rasakan,

Sayang?"

Aku menghela nafasku sejenak. "Kepalaku sakit Yah, apa yang

terjadi denganku?" tanyaku melirik ke arah Ayah dan Daniel yang tengah

berdiri di belakang tubuh Ayah. Entah kenapa aku sangat jijik melihat wajahnya.

Dia memandangku dengan sedih, tapi aku tahu bahwa itu hanya topengnya saja di

depan Ayah.

"Dia tampak kebingungan," ungkap seseorang yang tidak

pernah aku bayangkan kenapa saat aku membuka mataku malah melihat wajah

bejatnya. Daniel, ya namanya Daniel. Dia pria bejat yang pernah kukenal.

"Aku rasa kau harus memanggil Dokter untuk melihat keadaan

Istrimu," ungkap Ayahku. Aku bergeming sejenak. Apa yang dikatakan Ayahku

membuatku ternganga.

"Dad, please it's not funny, " ungkapku mengangkat seluruh wajah

ketidaksukaanku ke arah laki-laki yang masih berdiri di depan pintu.

"Maksudmu?" tanya Ayah kepadaku. Ayahku itu malah

membenarkan tempat duduknya lalu menciumi punggung tanganku. "Kau tahu

Ayah sangat mengkhawatirkanmu," katanya dan aku menghela nafasku kasar.

"Dad please!, apa maksudmu dengan mengatakan aku ini

istrinya!" itu kedengaran gila di telingaku sekarang. Kini Ayah dan Daniel

menatapku dengan intens membuatku tidak nyaman. Mereka menatapku seakan-akan

aku ini buronan yang sedang dilacak keberadaannya dan sudah menghilang

bertahun-tahun lamanya.

"Sudah kubilang, sepertinya kita harus memanggil Dokter untuk

memeriksanya," hanya itu kata-kata yang keluar dari bibir Ayahku dan aku

tidak mengerti ada apa dengan mereka. Sebenarnya siapa yang merasa gila di

sini. Aku atau mereka?

......................................

PERHATIAN!!!

.

.

CERITA INI BER-ALUR MAJU-MUNDUR

Terpopuler

Comments

suci lestari

suci lestari

mmpir dl

2021-06-09

1

Fiki Septiadi

Fiki Septiadi

nyimak dulu...slm kenal author 🙏

2021-03-19

0

Adel

Adel

mampir di karyaku ya thor..

yang berjudul RINDUKU DI UJUNG SURGA..

😄😄😄

2021-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!