Rahim Pengganti

Rahim Pengganti

Bab 1

Penantian yang tidak tahu kapan akan berakhir karna tidak akan mungkin bisa kesampaian.

Aku Ayla Beyza gadis kelahiran jerman berdarah campuran turki dan jerman namun sekarang aku memilih tinggal di negara tersebut karna beberapa hal dan salah satunya adalah karna dia~dia yang tercinta. Aku jatuh cinta padannya, jatuh cinta pada pandangan pertama. saat itu...

3 bulan yang lalu.

Saat jam istirahat makan siang perusahaan tempatnya bekerja. Aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sahabatku yang katanya tadi pagi pagi sekali masuk kerumah sakit karna maagnya kambuh. by the way.

Di sinilah aku sekarang. kepalaku memutar kanan dan kiri mencari no kamar dari pasien tersebut. seharusnya aku sudah di sini sejak tadi pagi namun aku tidak bisa karna pagi ini aku harus menghadiri rapat di perusahaan yang membahas masalah keuangan di mana tanggung jawabku dan juga tentang pegawai baru di perusahaan yang akan di rekrut.

See...

"ah...". rintisku terkejut saat seseorang menabrakku...dari samping dan..

"Huaaaa....Huaaa...".

Aku malah mendapati seorang gadis kecil yang sedang menangis sembari mengucek ngucek matanya. aku rasa gadis ini yang menabrakku tadi. lalu kenapa dia nangis? apa karna menabrakku? apa dia kesakitan? atau dia sedang takut padaku?. oh, aku tidak akan memarahinya bukan.

Aku menunduk menumpu lutut dilantai mensejajarkan tinggiku dengannya.

"hei gadis kecil? kenapa kamu menangis? apa kamu kesakitan? karna menabrak kakak atau kamu takut?". tanyaku padanya sembari tangan kiriku mengusap kepalanya lembut. lembut dengan anak kecil adalah hal biasa yang biasa aku lakukan karna aku suka dengan anak kecil. suka sekali.

Aku lihat gadis kecil tersebut berhenti menangis dan menatapku dengan air mata masih terlihat di pelupuk matanya. sedetik kemudian dia menangis lagi.

Baiklah, sekarang aku tahu kalau dia menangis bukan karna aku buktinya, gadis kecil ini sekarang menangis sambil memeluk tengkukku. aku rasa dia ketakutan akan sesuatu tapi apa?.

Aku mengusap punggungnya lembut. "hei...katakan pada kakak, ada apa? dan kamu di sini dengan siapa? kakak akan bantu". mungkin dia kehilangan orang tuanya atau siapalah yang membuatnya ketakutan.

Aku tersenyum ketika dia berhenti menangis namun masih cecegukan.

"nana hiks...tidak mau cabut gigi hiks...kata teman nana hiks...sakit sekali...dan juga keluar banyak darah, nana takut...hiks.. ".

Aku pun mengerjap. jadi...dia menangis karna takut, giginya di cabut. oh my. aku juga takut darah.

"euhmm...". aku hanya bisa berharap bergumam. tapi...

"kamu di sini dengan siapa? ". tanyaku padanya sembari menatap matanya karna dia sudak melepaskan pelukannya. Aku tidak tahu lagi, apa bajuku kena ingusnya atau tidak. tinggal di bersihkan saja nanti...oh my. aku lupa dengan tujuanku kemari. baiklah.

"gadis kecil? ayo kakak antar kamu ke mama atau papa atau siapalah, yang ke sini dengan mu, ayo?! ". ajakku setelah berdiri dan menyodorkan tangan kananku padanya.

Dia menggeleng tanda tidak mau pergi. lalu aku harus bagaimana? meninggalkannya begitu saja di sini.

Kepala ku memutar kebelakang, kesekitar dan ke segala arah untuk mencari seseorang yang mungkin juga sedang mencari gadis kecil tersebut. namun sepertinya tidak ada tanda tanda. aku kembali melihat gadis kecil tersebut. gadis kecil yang kira kira umurnya masih 5 atau 6 tahun. dengan kulit kecoklatan dan berambut panjang kepang dua.

Aku kembali mensejajarkan tinggiku dengannya. "begini saja bagaimana? kamu ke sini dengan siapa? ".

"grandma! ".

Grandma?.

"lalu...grandmanya di mana? ".

Aku lihat dia menggeleng.

"kamu tidak tahu? "

dia menggeleng.

"kamu berlari ke sini dan kehilangan grandma? ".

dia mengangguk.

aku menarik nafasku.

"baiklah, tadi kamu ingat enggak? kamu dan grandma tadi di lantai berapa, atau warna dindingnya aja".

Terlihat gadis kecil tersebut berpikir keras.

"lantai 1 dan dinding putih".

Aku menepuk jidatku. semua dinding berwarna putih, ini kan rumah sakit. maksudku gambar gambar setiap lorong. baiklah pertanyaanku yang salah.

"baiklah, kita kembali ke grandma ya? tidak boleh jalan sendiri tanpa pendamping lho, nanti kamu hilang di culik orang, enggak mau kan? ".

Dia menghentikan langkahnya sontak langkah ku pun terhenti.

"di culik? memang ada penculik di sini? kata papa semua aman di sini".

Aku mengerjap.

"baiklah, itu benar tapi tetap saja tidak boleh jalan sendiri itu berbahaya, ayo?! ". ajakku lagi.

"tapi nana enggakmu cabut gigi". keluhnya.

"memang gigimu sakit? ". tanyaku sembari melangkah.

Aku lihat dia memegang pipi kirinya.

"sekarang tidak lagi". jawabnya sambil menunduk.

"oh, so...waktu itu sakit lalu dokter kasih obat dan kamu sembuh lalu sekrang harus cabut, benarkan? supaya tidak sakit lagi".

Dia mengangguk.

aku tersenyun.

"begini deh, coba kamu pikir! jika kamu cabut kamu tidak akan kesakitan lagi dan jika tidak cabut, kamu akan kesakitan lagi, sakit bangetkan sakit gigi? ". tanyaku sembari melihatnya.

Dia mengangguk cepat dan sangat mantap.

aku tersenyum.

"tapi kalau cabut juga sakit dan keluar darah".

Aku berhenti dan menoleh menatapnya. aku mengerjap sembari menyiapkan kata kata, kata kata yang pas dan cocok.

"jika cabut, sakitnya hanya sekali dan sebentar saja lagian, dokter juga tidak akan membuat pasiennya sakit apalagi anak anak seperti kamu, tentu saja tidak sakit".

"tapi tapi tapi...temanku bilang sakit banget dan juga keluar banyak darah"

Aku memiringkan kepalaku.

"memang temanmu pernah cabut gigi juga".

Dia menggeleng. "bukan dia tapi neneknya". jawabnya dengan wajah polosnya.

oh my. sontak langkahku berhenti dan menoleh menatapnya. sedetik kemudian aku tertawa ngakak.

" ha ha ha ha ha...bisa bisa saja kamu ini ha ha ha...aduh perutku". aku memegang perutku.

"baiklah ayo...".

"nana?! ".

Aku mendengar sebuah panggilan dari arah belakangku. aku dan nana sontak berbalik. aku lihat seorang wanita muda dan juga pria muda. aku rasa itu papa dan mamanya. mereka sedikit berlari ke arah nana.

"mama dan papa mencari kamu kemana mana sayang? kamu lari kemana? mama khawatir banget? grandma hampir pingsan tahu? ". mama nana menangis.

Baiklah keluarga yang bahagia.

"nana enggak mau cabut gigi, nana takut". rengek nana lagi sembari melepaskan pelukan mamanya.

Baiklah, aku rasa aku tidak di butuhkan lagi.

"euhmmm...maaf! aku permisi dulu tadi nana bersama ku, tidak sengaja bertemu dan dia menabrakku jadi...". jelasku panjang lebar dan terpotong oleh.

"terimaksih dik, dan maaf ya? sudah merepotkanmu".

"tidak tidak aku baik baik saja". ucapku sembari melihat nana, papa dan seorang nenek yang sudah sampai di hadapan kita. aku rasa itulah grandmanya.

"aku permisi dulu ya? ". ucapku sedikit canggung karna memotong ucapan mama nana yang sepertinya sedang merayu anaknya supaya mau cabut gigi. aku tersenyum canggung lalu berbalik mau ke tujuan utama ku ke sini dan waktuku tinggal 1 jam lebih kurang sebelum waktu istirahat habis.

Langkah kaki ku terhenti saat aku merasakan sudut baju kiriku tertarik. aku menoleh dan nana memegangnya.

"nana? ada apa sayang? kakak cantik tersebut mau pergi, lepasin ya? ". seru mama nana. aku tersenyum tipis.

Nana menggeleng dengan mulutnya yang manyun.

"nana mau cabut gigi jika kakak cantik mau nemenin nana".

Aku mengerjap. maksudnya aku bukan? kakak cantik?.

"nana tidak bisa sayang, kakak ini mau pergi dia, lepasin ya? kita masuk sama sama, ada papa dan mama". rayu mama nana lagi namun sepertinya tidak berhasil.

Baiklah, daripada waktu terus terbuang di sini dan aku tidak akan sempat menjenguk aliye.

Aku menunduk mensejajarkan tinggiku dengan nana. "baiklah kakak temenin, di mana ruang dokternya?! ". tanyaku padanya.

"yey...". soraknya girang.

"maaf dik ya? merepotkanmu".

"tidak apa bu, ayo". ajakku juga pada mama nana.

Cklekc..

Beberapa menit setelahnya kami pun sampai di depan ruang dokter bedah mulut tersebut. Nana masuk pertama lalu aku dan setelahnya mama dan grandma nana. papa nana tadi minta izin pulang awal. katanya ada tamu penting. bukan urusanku juga.

Samar samar aku mendegar percakapan nana dan mama nana dengan dokter tersebut karna aku sibuk membalas pesan dari temanku yang sedang menungguku namun aku belum tiba. Aku berdiri di belakang nana yang sedang duduk di kursi berhadapan dengan dokter. sekilas aku melihat dokter tersebut karna seperti tadi aku sibuk.

"baik dok, ke sana ya? ". ujar mama nana. samar samar aku mendengar.

"kak ke sana yuk? ". pinta nana sambil menarik narik ujung bajuku.

Aku menghentikan aktifitasku menoleh melihat nana dan beralih melihat ke sebelah kiri di mana seorang dokter pria sudah duduk di kursi lain di sana dan ada satu kursi di sampingnya dengan berbagai peralatan besi di sana. melihatnya saja sudah ngeri.

Aku tersenyum. "okey baiklah, tidak takut lagikan? sudah berani keknya? ". candaku. Dia tersenyum tipis.

"kakak duduk di sana saja boleh". tunjukku ke satu sofa yang berada di ruangan tersebut.

Nana menggeleng cepat. "jangan". dia memegang tanganku.

"tapi akan sulit pak dokter kerja jika kakak ikut". ujarku tanpa mengalihkan pandangan pada nana.

"enggak mau". rengeknya lagi. baiklah, sepertinya ini sudah akan panjang.

"kakak bisa berdiri di sini"ujar satu perawat di sana, sepertinya asisten dokter.

"oh baiklah". ujarku mantap tanpa berdebat karna akan panjang. jadinya aku berdiri tepat di depan nana dengan beberapa penghalang. tapi nana bisa dengan jelas melihatku.

Aku kembali meraih hpku saat suara pesan masuk. dan ini dari perusahaan.

Terpopuler

Comments

Aisyah

Aisyah

salam kenal 🤗🤗🤗🤗

2022-05-31

1

re

re

Mulai

2021-11-24

0

Atieks Syaiful Bahri

Atieks Syaiful Bahri

👍👍

2021-07-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!