Begitulah waktu, selalu berganti dan berlalu. Hari ini, sudah hampir ke 3 minggu nya Teorama tidak masuk ke kantor nya. Tak lama kemudian Sela, karyawan nya menanyakan kabar nya melalui chat WA
"Pak? Udah 3 minggu bapak ga ke kantor, saya jenguk ya?" kata Sela dengan khawatir
"Ohh ga usah Sel, saya sudah enakan kok, besok saya masuk," ucap Rama
"Yang bener Pak? Udah lama loh Bapak ga ke sini? Pulang dari sini saya jenguk ya," ucap Sela
"Yaudah terserah kamu aja Sel," jawab Rama
"Yaudah Pak saya kerja dulu," tutup Sela
Sebenarnya, Teorama pun sedikit sadar akan perhatian Sela kepada nya, wanita yang selalu memperhatikan dirinya, lebih dari dirinya sendiri. Tapi, Teorama belum berani untuk mengambil langkah, ataupun sekedar akrab kepada Sela. Ia takut, Sela benar-benar mencintainya, sementara dia, belum benar-benar bisa melupakan Senja. Wanita yang selalu menghantui isi kepalanya setiap hari.
Tak lama kemudian, Teorama duduk di depan teras rumahnya. Sembari melihat pagi yang tak begitu cerah, hari ini, pagi diselimuti mendung lagi. Seakan kembali membawa penanda bahwa hari ini Teorama tak lagi bahagia.
Hujan mulai berjatuhan, rintik-rintik sangat pelan-pelan jatuh di atas atap rumahnya. Ia melihat jalanan yang tenang, sepi dari orang-orang yang berlalu lalang. Karena rumah Teorama tepat di Gang Temu, jalan yang bernama Rindu. Ia tinggal di sana semenjak 1 tahun yang lalu setelah ia tamat sekolah, ia pergi dari kota nya untuk melanjutkan kuliah di kota ini. Sebut saja kota Penantian. Karena sempat menjadi salah satu tempat untuk menantikan kedatangan wanita yang sangat ia cintai pada waktu itu, bahkan sampai sekarang, meski ia tak tau wanita itu masih mencintainya atau bahkan tidak memikirkannya sama sekali. Wanita itu adalah Senja.
Tak lama kemudian, dari dalam heningnya ia bersama kopinya. Di depan teras rumahnya, ia kembali membuka laptop, yang hanya sedikit berisi file-file kuliah dan dipenuhi dengan puisi-puisi kerinduannya yang tidak tersampaikan.
Pagi ini, ia kembali berpuisi.
"Teruntuk rindu"
Teruntuk rindu
Jangan kau manjakan aku
Aku terlalu lemah
Jangan izinkan aku kalah
Teruntuk rindu
Jangan biarkan aku selesai di sini
Habis di makan ragu
Menyerah dalam keadaan yang membelenggu
Aku memang baik-baik saja; ragaku
Tapi aku benar-benar merasa mati; hati ini
Tak ada yang bisa kuperbuat lagi
Aku hanya diam dan termenung, melihat aku sendiri
Aku yang entah sejak kapan menjadi begini
Aku yang tidak tau siapa diriku lagi
Semenjak luka itu
Aku harus dihancurkan dengan paksa oleh perasaanku sendiri
^^^-Teorama^^^
Setelah ia menulis itu, ia mencoba membaca ulang chat nya bersama Sela. Ia coba melihat dengan matanya, betapa perhatiannya Sela terhadapnya. Bahkan disaat ia diposisi down seperti ini, teman-teman yang dulu akrab, yang selalu ada di sisinya di saat SMA. Di posisi dia sekarang, bahkan satupun tak ada yang sekedar bertanya kabar. Semua sibuk masing-masing. Tapi Sela, selalu memberikan ia perhatian yang padahal ia sendiri tidak pernah memintanya.
\*Sore hari tiba\*
"Assalamualaikum pak, permisi," ucap Sela, dengan pelan-pelan mengetuk rumah Teorama
Lama ditunggu tapi tak dijawab, akhirnya sela mengetuk untuk yang kedua kalinya
"Assalamualaikum pak, permisi," ucap Sela sedikit keras mengetuknya, karena Teorama tak juga keluar
"Waalaikumsalam, Iya Sel, masuk," ucap Teorama yang tiba-tiba langsung membuka pintu
Sela senyum ga enakan karena sempat mengetuk pintu rumahnya dengan sedikit tidak sopan
"Maaf ya pak agak ga sopan tadi saya ngetuk pintunya," ucap Sela sambil senyum ga enakan
Teorama pun tersenyum melihatnya, lalu berkata
"Gapapa kok Sel, tadi saya di dapur mau nyari roti sama buat minuman, karena kata kamu kan mau datang sore ini," ujar Rama
"Waduh pak jangan repot-repot, saya cuma mau jenguk bapak doang kok," kata Sela
"Lah? Saya ga repot, kamu yang malah saya repotin, gara-gara saya ga masuk kamu jadi ngurus semuanya di toko bunga, kan?" ucap Rama
"Ah ga juga pak, kan ada Anggi sama Rio juga bantuin saya, jadi ga berat lah hehe," kata Sela sambil tertawa tipis
"Oh iya btw, ke mana Anggi dan Rio?" tanya Rama
"Oh mereka langsung pulang pak, Rio langsung pulang mau bantu bapaknya, kalau Anggi langsung pulang mau bantu ibunya jualan katanya," ucap Sela
"Ohh," kata Rama
"Bapak kenapa sebenarnya pak, cerita aja ke saya kalau ada masalah, sebisa mungkin saya bantu kok," ucap Sela
"Hmm, panggil saya jangan bapak deh Sel, kita beda 1 tahun doang, panggil aja Rama,"
"Ha? Jangan pak, takut saya ga sopan," ucap Sela
"Lah kan saya yang nyuruh," kata Rama
"Ehhh, iyy.. iyaa deh pak, eh Ram," jawab Sela dengan terbata-bata
"Nyantai aja Sel, kita kenal udah lumayan lama kan, jangan canggung gitu ngobrolnya, anggap aja teman dari dulu," ucap Rama sambil tersenyum melihat kelakuan Sela
"Hehehe, iyaa Ram, aku cuma agak-agak gimana gitu kalau mendadak manggil nama, hehe," ucap Sela masih ga enakan manggil nama Rama
"Hmm yaudah, kamu mau minum apa nih? Tadi aku baru manasin air, mau minum apa?" tanya Rama
"Terserah deh Ram," jawab Sela
"Yaudah kopi mau?" tanya Rama lagi
"Boleh sih, terserah kamu aja," jawab Sela lagi
Setelah itu Teorama ke dapur untuk membuatkan segelas kopi untuk Sela, tak lama kemudian setelah membuat segelas kopi untuk Sela, Teorama kembali ke ruang tamu
"Nih Sel, diminum," ucap Rama
"Ehh iya makasih Ram," ucap Sela sambil menyeruput kopi yang masih sedikit panas
Tak lama kemudian Sela bertanya
"Kamu sebenarnya kenapa Ram?" tanya Sela
"Ga tau Sel, pikiranku belakangan ini melayang ga tentu. Selalu balik ke masa lalu aku yang begitu menyakitkan. Itu semua terbawa terus Sel di dalam kepala aku, aku susah tidur lah, aku ga fokus akan apa yang aku kerjain." ucap Rama
"Emang kenapa masa lalu kamu Ram? Apa yang ngebuat kamu sampe sejatuh itu, sampe ngebuat kamu kepikiran sepanjang waktu?" tanya Sela
"Ada beberapa hal di masa lalu aku yang ga bisa aku ceritain Sel, dan ada juga beberapa dari kasus percintaan aku sama mantan kekasih aku yang dulu, yang masih menimbulkan pertanyaan besar di dalam kepalaku kenapa perpisahan ini bisa terjadi."
"Ohh, emangnya kalian pisah karena apa Ram?" tanya Sela sedikit was-was
"Ga tau Sel, dia cuma beralasan bahwa dia "Bosan" dengan aku, padahal aku udah berusaha setiap saat untuk ngebuat dia bisa tertawa Sel, mencoba ngebuat dia menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini setelah ibuku."
Tak lama Teorama tersadar bahwa ia sudah hampir terlarut dalam ceritanya kepada Sela, akhirnya Teorama memilih berhenti bercerita kemudian diam.
"Oh, gitu ya Ram, kok bisa sih dia ngelakuin itu Ram, padahal kamu udah berusaha semaksimal itu," ucap Sela
Teorama hanya bisa terdiam, tak mampu menjawab apa-apa
"Udah lah Ram, kamu coba ikhlasin dia, biarin dia pergi, karena wanita yang ga bisa ngehargain perjuangan kamu, jangan kamu habisin waktu kamu untuk memperjuangkan nya Ram," ujar Sela
Teorama hanya terdiam, ia bingung harus merespon apa, ia diam, dan hanya itu yang bisa ia lakukan. Ia tau perkataan Sela benar, tapi hatinya seolah tak pernah mau menerima kebenaran itu. Ia terus menghakimi dirinya sendiri setiap saat, atas kepergian Senja. Padahal tidak semua yang terjadi itu atas kesalahan dia sendiri.
"Ram, haloo," ucap Sela sambil melambaikan tangan ke depan muka Rama yang termenung
"Eh iyaa kenapa Sel?" tanya Rama yang baru tersadar dari lamunannya
"Kamu kenapa tiba-tiba diam begitu Rama? Udah ceritain aja, kenapa kamu sampe bisa kayak gini? Aku takutnya kamu kenapa-napa Ram, aku takut nanti kamu kehilangan dirimu sendiri," ujar Sela
Seakan-akan Teorama menatap Sela dengan diam, ia benar-benar terkejut, dengan kata-kata sela yang "Aku takut nanti kamu kehilangan dirimu sendiri" ia ingin berkata bahwa sebenarnya dia merasa bahwa dia sudah tidak kenal lagi dengan dirinya siapa. Tapi ia urungkan karena masih bingung untuk menyampaikan yang sebenarnya
"Makasih ya Sel," ucap Rama sambil tersenyum kepada Sela
"Makasih, udah seperhatian itu sama aku," ucap Rama
"Ha? Ehh.... iya Ram, sama-sama. Maksudku yaa kamu jangan sampai larut, nanti sayangkan waktu kamu habis sia-sia cuma karena itu," ucap Sela sambil mengelak dari merah di pipinya karena tatapan Teorama
"Iya Sel, selalu berusaha melupakan, tapi bukan nya melupakan, malah semakin pekat hadir bayangannya dalam ingatan aku Sel. Kadang aku capek aja, harus ngehadapin ini semua," ujar Rama
"Coba jangan kamu lupakan Ram, kamu biarin dia mati dengan sendirinya dalam pikiran kamu Ram, jangan kamu tanggapi kalau bayangannya balik ke dalam pikiranmu, abaikan aja," ucap Sela memberi saran
"Iya Sel, udah ku coba abaikan, malah diriku sendiri yang terabaikan, aku malah mendadak larut lagi dalam pikiran itu Sel, padahal aku sendiri udah mencoba buat "Biasa aja" tapi hasilnya sama," ucap Rama
"Kamu udah ngomong sama teman kamu soal ini?" tanya Sela
"Ga, Sel. Aku ga punya teman. Maksudnya aku ga benar-benar punya teman yang benar-benar teman aku. Yang ada cuma aku merasa menganggap mereka temanku, tapi mereka ntah menganggap aku teman mereka atau tidak," jawab Rama
"Loh? Jadi kamu sendirian aja selama ini?" tanya Sela lagi
"Iya," jawab Rama
"Kamu ga cerita ke orang tua mu soal keadaanmu sekarang?" tanya Sela
"Ga sel, aku ga mau nyusahin mereka, biarin aku sendiri ngerasain hancur. Mereka ga perlu tau, mereka cuma perlu tau kalau aku bahagia, aku senang, aku berhasil. Itu aja, ga perlu mereka tau soal rasa sakit yang aku rasain sepanjang waktu," jawab Rama
Sela yang mendengar kata Teorama, semakin merasa terkagum-kagum karena pemikirannya yang cukup dewasa, padahal cuma berbeda 1 tahun dengan umur nya.
"Ram, kalau kamu butuh telinga untuk kamu mencurahkan isi hatimu, aku siap kok Ram," ucap Sela menatap Teorama dengan dalam
Teorama melihat Sela lalu berkata pada hatinya sendiri
"Sel, aku bukan ga mau menceritakan apa yang aku rasakan, pertama, aku bingung harus memulai dari mana, semuanya terlalu rumit. Kedua, aku takut nyaman denganmu, aku takut karena aku belum benar-benar bisa melupakan Senja, dia masih menghantui kepalaku, menjajah kerinduan itu. Aku hanya takut kau malah menjadi tempat pelarian dalam kesunyian ku Sel, aku hanya takut itu, aku takut aku masih mencari sosok Senja di dalam tubuh orang lain." batin Rama
\*Rama pun hanya tersenyum\*
Tak lama Sela tersadar
"Astagaaa, apa yang barusan aku omongin ke Ramaaa," tanya Sela dalam hati sambil malu
"Ehh ram, aa... aakuu.." ucap Sela belum selesai berbicara
Tak lama Teorama memotong pembicaraan
"Kenapa Sel?" potong Rama
"Aku pulang dulu ya, udah mau maghrib, takut mama nyariin," jawab Sela
"Oh iya Sel, makasih ya sudah datang," ujar Rama
"Iya Ram, nanti kalau kamu butuh temen cerita, hubungi aku aja ya," ucap Sela
"Iya Sel," jawab Rama
Sembari menghantar Sela ke depan rumah
"Aku pulang dulu ya Ram," kata Sela
"Iya Sel, hati-hati," jawab Rama
"Assalamualaikum," ucap Sela
"Waalaikumsalam," jawab Rama
Tak lama setelah Sela pergi, Teorama kembali berbicara kepada dirinya sendiri
"Apa yang sebenarnya terjadi padaku, kenapa aku tidak bisa mencoba untuk membuka hati kepada orang yang baru. Yang di mana jelas ia memperhatikanku, kenapa cuma Senja, Senja dan Senja dikepala ku, kenapa. Apa yang sebenarnya terjadi terhadap diriku sendiri." tanya Rama kepada hatinya
Malam akhirnya tiba, setelah maghrib tadi, setelah kepulangan Sela. Teorama masih bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Mencoba melihat bayangan Sela dalam kepalanya sewaktu mengobrol dengannya tadi sore. Tapi entah kenapa bayang-bayang Senja selalu saja ada disela-sela pikirannya, seolah tak mau tergantikan, tapi tak pernah ada kabar dari kepastian.
Malam ini begitu terasa sejuk, karena hujan pagi tadi yang di mana sore tak dihadiri matahari. Apalagi tenggelamnya matahari, yang sangat Teorama takutkan. Seolah-olah kejadian di masa lalu terulang kembali dikepalanya. Seolah-olah ia benar-benar sedang bersama Senja menatap matahari yang tenggelam tersebut.
Ketakutan itu terus mengiringi langkah Teorama setiap hari, membuat ia menjadi seseorang yang overthinking, yang membuat ia menjadi susah tidur. Ia berpikir entah memikirkan apa. Tapi terus terpikirkan tanpa ia ingin pikiri sebelumnya.
Kembali seperti biasa, Teorama mulai duduk di kursi di dalam kamar nya, di depan nya ada meja yang tak cukup besar, terletak komputer yang biasa ia pakai untuk menulis, sementara laptop tempat ia menulis di saat di luar kamar.
Teorama menghidupkan komputer nya, dan mulai memikirkan sesuatu, ia ingin menulis, tapi jarinya terhenti di suatu folder. Yang berisikan foto kenangan ia bersama Senja. Ia coba buka foto kenangan itu, terlihat senyuman Senja yang begitu manis dan tulus pada waktu itu. Menemani langkah Teorama melewati waktu.
"Terkenang"
Lagi dan lagi, dirimu terkenang
Tergenang sendiri dalam ingatan
Yang habis basah, dihujani sebuah perpisahan
Tak lagi benar-benar kering, ia basah karena air mata
Tak ada pertanyaan yang mampu dipertanyakan saat ini
Tak ada pula jawaban yang mampu menjawab semua pertanyaan itu
Waktu, hanya memanipulasi pikiran semu
Menghancurkanku perlahan-lahan, dengan kata yang biasa disebut "rindu"
Aku, selalu saja terpojok dalam sepi
Disengajakan mati oleh sunyi
Tak boleh bersuara ataupun tangis darah
Yang ku boleh hanya mencoba pasrah
Diam dan diam, berusaha baik-baik saja dalam keadaan
Kuharap tak mengapa
Ternyata aku salah
Semua harapan itu malah berubah
Menghantamku yang dipenuhi luka
^^^-Teorama^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Wida
ska thor setiap eps kata2nya pnjmg bnget
2021-06-04
1
𝑨͢𝒔𝒌𝒂
semangat terus kaka 😘
2021-03-01
1
Mei Shin Manalu
Like
2021-01-06
1