Setelah Arina merasa cukup sudah berkeliling di area taman komplek. Mereka pun memutuskan untuk pulang kerumah. Karna hari sudah lumayan panas. Arin merasa sangat cemas kalau berada diluar rumah terlalu lama. Ia takut papanya yang akan datang menjemputnya, jika ia terlalu lama berada diluar rumah.
Ia pun mengajak kedua asistennya untuk pulang. Kedua asisten itu hanya bisa ikut saja apa yang dikatakan nona muda mereka itu.
Tapi tidak jauh dari perempatan simpang, nampak seorang cowok yang sedang bingung, sambil membawa sebuah map di tangannya. Ntah apa yang membuat lelaki itu bingung dan celinguk kesana kemari.
Arin pun mencoba menghampirinya, cowok itu sangat tampan. Memiliki tubuh tinggi, kulit putih dan rambutnya ditata rapi. Anaknya manis banget, mirip idol k-pop korea. Satu lagi yang sangat mempersona dari cowok itu ia memiliki lesung pipi, ampun ganteng banget.
Arin pun mendekat kecowok tersebut dan bertanya padanya.
"Kamu ngapain bingung sendirian di sini. Ada yang bisa aku bantu gak?" kata Arin.
Cowok yang ia tanya hanya diam, kemudian senyum sambil mengambil kertas dan menuliskan sesuatu lalu menyerahkan kertas yang ia tulis pada Arin.
Arin bingung sebenarnya, tapi kemudian ia langsung mengambil kertas yang diberikan cowok itu padanya. Kertas itu bertuliskan *maaf, aku gak bisa bicara* kata tulisan diatas kertas tersebut.
Arin sekarang paham, kenapa cowok ganteng itu tidak menjawab pertanyaannya barusan. Ia pun merasa bahwa cowok itu bingung karna ia susah untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Arin pun memutuskan untuk membantu cowok itu. Bukan karna ia ganteng ya, emang dasar Arin itu orangnya gak sombong dan sangat mudah bergaul. ia pun gak pernah milih teman yang mana yang harus ia berteman. Ia selalu mengangap semua orang itu sama, mau miskin atau kaya, tapi di mata sang pencipta manusia sama saja tidak ada bedanya.
"Oh, baiklah. Kamu bisa berkomunikasi denganku menggunakan kertas," kata Arin pada cowok itu.
Cowok itu mengangukkan kepalanya, tanda ia mengerti apa yang Arin katakan.
"Apakah yang membuat kamu merasa bingung? Tapi sebelum nya, siapa nama kamu?" kata Arina.
Cowok itu pun menulis, dan kemudian menyerahkan kertasnya pada Arin.
*Namaku Satria, aku bingung mencari sekolah sma Harapan Bangsa*. Kata tulisan itu.
"Oh, itu sekolahku. Baiklah, kalau kamu tidak keberatan, ayo ikut aku, akan aku antarkan kamu kesekolah Harapan Bangsa," kata Arin ramah pada orang baru yang ia kenal ini.
"Kakak pulang duluan saja. Aku akan mengantarkan Satria ketempat yang ingin ia tuju dahulu. Aku gak akan lama kok," kata Arin pada asistennya yang sedari tadi hanya diam saja menyaksikan nona mereka.
"Tapi non ... nanti ibuk tanya bagaimana non?" kata salah satu dari mereka, dan yang lain menganguk membenarkan.
"Bilang saja apa yang kalian lihat dan kalian dengarkan ya kak. Gak usah di tutupi sama mama," kata Arin sambil bergerak untuk pergi.
Kedua asisten itu hanya bisa menuruti apa yang nonanya katakan. Mereka akan bicara apa yang sebenarnya terjadi.
Sepanjang perjalanan, Arin dan Satria hanya diam. Arin jadi gak enak untuk memulai apa yang ingin ditanyakan. Satria kan agak susah untuk komunikasi.
Tapi, dasarnya Arin yang gak bisa diam itu, ada saja yang keluar dari mulutnya untuk bertanya dan mengobrol.
"Oh ya, apa kamu tidak mau tahu namaku Satria?" kata Arin pada Satria.
Satria mengangukkan kepalanya sambil tersenyum, manis sekali. Lesung pipinya nampak dengan jelas ketika ia senyum.
"Namaku Arina, kamu bisa pangil aku Arin atau pun Rina. Semuanya terserah padamu saja," ucap Arin sambil tersenyum manis.
"Tapi, kalau dirumah, aku dipanggil Bunny oleh kakak dan papaku," kata Arin lagi.
Satria menulis sesuatu di kertas, dan menyerahkan kertasnya pada Arin. Arin pun mengambil dan membaca tulisan tersebut.
*Bunny? sangat manis. Bisakah aku juga memanggil kamu dengan nama Bunny* Kata tulisan Satria.
"Lho, manisnya dimana sih Sat? lagian kenapa kamu juga mau ikutan papa dan kakakku panggil aku Bunny segala. kan jelek".
Satria lagi-lagi menulis untuk berbicara pada Arin. Yang ia bisa hanya mengunakan kertas untuk komunikasi dengan orang lain. Ia pun menyerahkan kertas yang ia tulis pada Arin.
*kalau kamu tidak setuju aku ikutan panggil Bunny gak papa kok* katanya lewat tulisan.
"Aku gak keberatan lho Sat kalau kamu juga mau panggil aku Bunny. Akukan udah bilang padamu tadi, terserah kamu mau panggil aku apapun," kata Arin sambil tersenyum.
Tidak terasa mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah sma Harapan Bangsa. Arin pun menawarkan untuk mengantar Satria masuk kerumah guru yang ada didalam area sekolah itu. Pasnya dibelakang sekolah sih.
Tapi Satria menolaknya secara halus. Ia pun menuliskan kata-kata terima kasih banyak pada Arin. Karna Arin telah sudi mengantarnya sampai didepan gerbang sekolah.
Arin paham dengan apa yang dikatakan Satria. Lagian hari sudah siang sekarang. Kalau masih gak pulang juga, bukan kakaknya yang akan menjemput Arin lagi, melainkan papa yang super duper suka khawatir berlebihan itu yang akan datang.
Akhirnya ia pun pamit pada Satria untuk pulang dan menyuruh Satria segera menuju rumah guru yang Satria cari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Fitriyani Puji
kenapa suka banget bikin crita org cacat makin terharu karna ada kurang ada lebih nya
2022-10-24
0
Andayani Ahmat
lnjt.
2021-12-26
0
Kenzi Kenzi
awal yg manis...semanis mereka berdua
2021-07-13
1